tag:blogger.com,1999:blog-73439290163053239272024-03-14T06:58:38.600-07:00Cerita Cerita, Cerita Pendek, Cerita Cinta, Cerpen Islamienjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.comBlogger101125tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-64339120817263505902012-10-19T03:25:00.002-07:002012-10-19T03:25:18.449-07:00Cerpen Sedih, Janji Terakhir<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.<br /><br />“Aku gak tau harus bilang apa lagi, buat kesekian kalinya kamu selingkuh! Kamu udah ngancurin kepercayaan aku!”<br /><br />Aku tidak sanggup menatap matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.<br /><br />“Maafin aku Nilam, maafin aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku janji Nilam. Aku sayang kamu! Please, kamu jangan nangis lagi!”<br /><br />Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memaafkannya, aku tidak ingin kehilangan Elga, aku sangat mencintainya.<br /><br />Malam ini Elga menjemputku, kami akan kencan dan makan malam. Aku sengaja mengenakan gaun biru pemberian Elga dan berdandan secantik mungkin. Kutemui Elga di ruang tamu, Dia tersenyum, memandangiku dari atas hingga bawah.<br /><br />“Nilam, kamu cantik banget malam ini.”<br /><br />“Makasih. Kita jadi dinner kan?”<br /><br />“Ya tentu, tapi Nilam, malam ini aku gak bawa mobil dan mobil kamu masih di bengkel, kamu gak keberatan kita naik Taksi?”<br /><br />“Engga ko, ya udah kita panggil Taksi aja, ayo.”<br /><br />Dengan penuh semangat aku menggandeng lengan Elga. Ini benar-benar menyenangkan, disepanjang perjalanan Elga menggenggam erat tanganku, aku bersandar dibahu Elga menikmati perjalanan kami dan melupakan semua kesalahan yang telah Elga perbuat padaku.<br /><br />Kami berhenti disebuah Tenda di pinggir jalan. Aku sedikit ragu, apa Elga benar-benar mengajakku makan ditempat seperti ini. Aku tahu betul sifat Elga, dia tidak mungkin mau makan di warung kecil di pinggir jalan.<br /><br />“Kenapa El? Mienya gak enak?”<br /><br />“Enggak ko, mienya enak, Cuma panas aja. Kamu gak apa-apa kan makan ditempat kaya gini Nilam?”<br /><br />“Enggak. Aku sering ko makan ditempat kaya gini. Mie ayamnya enak loch. Kamu kunyah pelan-pelan dan nikmati rasanya dalam-dalam.”<br /><br />Aku yakin, Elga gak pernah makan ditempat kaya gini. Tapi sepertinya Elga mulai menikmati makanannya, dia bercerita panjang lebar tentang teman-temannya, keluarganya dan banyak hal.<br />Dua tahun bersama Elga bukan waktu yang singkat, dan tidak mudah untuk mempertahankan hubungan kami selama ini. Elga sering menghianati aku, bukan satu atau dua kali Elga berselingkuh, tapi dia tetap kembali padaku. Dan aku selalu memaafkannya, itu yang membuatku kehilangan sahabat-sahabatku. Mereka benar, aku wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh Elga. Meskipun kini mereka menjauhiku, aku tetap menganggap mereka sahabatku.<br /><br />Selesai makan Elga Nampak kebingungan, dia mencari-cari sesuatu dari saku celananya.<br /><br />“Apa dompetku ketinggalan di Taksi?”<br /><br />“Yakin di saku gak ada?”<br /><br />“Gak ada. Gimana dong?”<br /><br />“ya udah, pake uang aku aja. Setiap jalan selalu kamu yang traktir aku, sekarang giliran aku yang traktir kamu. Ok!”<br /><br />“ok. Makasih ya sayang, maafin aku.”<br /><br />Saat di kampus, aku bertemu dengan Alin dan Flora. Aku sangat merindukan kedua sahabatku itu, hampir empat bulan kami tidak bersama, hingga saat ini mereka tetap sahabat terbaikku. Saat berpapasan, Alin menarik tanganku.<br /><br />“Nilam, kamu sakit? Ko pucet sich?”<br /><br />Alin bicara padaku, ini seperti mimpi, Alin masih peduli padaku.<br /><br />“Engga, Cuma capek aja ko Lin. Kalian apa kabar?”<br /><br />“Jelas capek lah, punya pacar diselingkuhin terus! Lagian mau aja sich dimainin sama cowok playboy kaya Elga! Jangan-jangan Elga gak sayang sama kamu? Ups, keceplosan.”<br /><br />“Stop Flo! Kasian Nilam! Kamu kenapa sich Flo bahas itu mulu? Nilam kan gak salah.”<br />“Udah dech Alin, kamu diem aja! Harusnya kamu ngaca Nilam! Kenapa kamu diselingkuhin terus!”<br /><br />Flora bener, jangan-jangan Elga gak sayang sama aku, Elga gak cinta sama aku, itu yang buat Elga selalu menghianati aku. Selama ini aku gak pernah berfikir ke arah sana, mungkin karena aku terlalu mencintai Elga dan takut kehilangan Elga. Semalaman aku memikirkan hal itu, aku ragu terhadap perasaan Elga padaku. Jika benar Elga tidak mencintaiku, aku benar-benar tidak bisa memaafkannya lagi.<br /><br />Meskipun tidak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus untuk mengerjakan tugas kelompok. Setelah larut malam dan kampus sudah hampir sepi aku pun pulang. Saat sampai ke tempat parkir, aku melihat Elga bersama seorang wanita. Aku tidak bisa melihat wajah wanita itu karena dia membelakangiku. Mungkin Elga menghianatiku lagi. Kali ini aku tidak bisa memaafkannya. Mereka masuk ke dalam mobil, aku bisa melihat wanitaitu, sangat jelas, dia sahabatku, Flora….<br /><br />Sungguh, aku benar-benar tidak bisa memaafkan Elga. Akan ku pastikan, apa Elga akan jujur padaku atau dia akan membohongiku, ku ambil ponselku dan menghubungi Elga.<br /><br />“Hallo, kamu bisa jemput aku sekarang El?”<br /><br />“Maaf Nilam, aku gak bisa kalo sekarang. Aku lagi nganter kakak, kamu gak bawa mobil ya?”<br /><br />“Emang kakak kamu mau kemana El?”<br /><br />“Mau ke…, itu mau belanja. Sekarang kamu dimana?”<br /><br />“El! Sejak kapan kamu mau nganter kakak kamu belanja? Sejak Flora jadi kakak kamu? Hah?!!”<br /><br />“Nilam, kamu ngomong apa sayang? Kamu bilang sekarang lagi dimana?”<br /><br />“Aku liat sendiri kamu pergi sama Flora El! Kamu gak usah bohongin aku! Kali ini aku gak bisa maafin kamu El! Kenapa kamu harus selingkuh sama Flora El? Aku benci kamu! Mulai sekarang aku gak mau liat kamu lagi! Kita Putus El!”<br /><br />“Nilam, ini gak…….”<br /><br />Kubuang ponselku, kulaju mobilku dengan kecepatan tertinggi, air mataku terus berjatuhan, hatiku sangat sakit, aku harus menerima kenyataan bahwa Elga tidak mencintaiku, dia berselingkuh dengan sahabatku.<br /><br />Beberapa hari setelah kejadian itu aku tidak masuk kuliah, aku hanya bisa mengurung diri di kamar dan menangis. Beruntung Ibu dan Ayah mengerti perasaanku, mereka memberikan semangat padaku dan mendukung aku untuk melupakan Elga, meskipun aku tau itu tak mudah. Setiap hari Elga datang ke rumah dan meminta maaf, bahkan Elga sempat semalaman berada di depan gerbang rumahku, tapi aku tidak menemuinya. Aku berjanji tidak akan memafkan Elga, dan janjiku takan kuingkari, tidak seperti janji-janji Elga yang tidak akan menghianatiku yang selalu dia ingkari.<br /><br />Hari ini kuputuskan untuk pergi kuliah, aku berharap tidak bertemu dengan Elga. Tapi seusai kuliah, tiba-tiba Elga ada dihadapanku.<br /><br />“Maafin aku Nilam! Aku sama Flora gak ada hubungan apa-apa. Aku Cuma nanyain tentang kamu ke dia Nilam!<br /><br />“Kita udah putus El! Jangan ganggu aku lagi! Sekarang kamu bebas! Kamu mau punya pacar Tujuh juga bukan urusan aku!”<br /><br />“Tapi Nilam…..”<br /><br />Aku berlari meninggalkan Elga, meskipun aku sangat mencintainya, aku harus bisa melupakannya. Elga terus mengejarku dan mengucapkan kata maaf. Tapi aku tak pedulikan dia, aku semakin cepat berlari dan menyebrangi jalan raya. Ketika sampai di seberang jalan, terdengar suara tabrakan, dan…………<br /><br />“Elgaaaa…..”<br /><br />Elga tertabrak mobil saat mengejarku, dia terpental sangat jauh. Mawar merah yang ia bawa berserakan bercampur dengan merahnya darah yang keluar dari kepala Elga.<br /><br />“Elga, maafin aku!”<br /><br />“Nilam. Ma-af ma-af a-ku jan-ji jan-ji ga sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah sa-ma kam……”<br /><br />“Elgaaaaaa……”<br /><br />Elga meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku mau memaafkan Elga semua ini takan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Elga menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi aspal jalanan.<br />Rasanya ingin sekali menemani Elga didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan, aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.<br /><br />Satu minggu setelah Elga meninggal, aku masih menangis, membayangkan semua kenangan indah bersama Elga yang tidak akan pernah terulang lagi. Senyuman Elga, tatapan Elga, takan pernah bisa kulupakan.<br /><br />“Nilam sayang, ini ada titipan dari Ibunya Elga. Kamu jangan melamun terus dong! Kamu harus bangkit! Biar Elga tenang di alam sana. Ibu yakin kamu bisa!”<br /><br />“Ini salah aku Bu. Aku butuh waktu.”<br /><br />Kubuka bingkisan dari Ibu Elga, didalamnya ada kotak kecil berwarna merah, mawar merah yang telah layu dan amplop berwarna merah. Didalam kotak merah itu terdapat sepasang cincin. Aku pun menangis kembali dan membuka amplop itu.<br /><br /> Dear Nilam,<br /> Nilam sayang, maafin aku, aku janji gak akan nyakitin kamu, aku sangat mencintai kamu, semua yang udah aku lakuin itu buat ngeyakinin kalo Cuma kamu yang terbaik buat aku, Cuma kamu yang aku cinta.<br /> Aku harap, kamu mau nemenin aku sampai aku menutup mata, sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Dan cincin ini akan menjadi cincin pernikahan kita.<br /> Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin berpisah denganmu Nilam.<br /> Love You<br /> Elga<br /><br /><br />Air mataku mengalir semakin deras dari setiap sudutnya, kupakai cincin pemberian Elga, aku berlari menghampiri Ibu dan memeluknya.<br /><br />“Bu, aku udah nikah sama Elga!”<br /><br />“Nilam, kenapa sayang?”<br /><br />“Ini!” Kutunjukan cincin pemberian Elga dijari manisku.<br /><br />“Nilam, kamu butuh waktu nak. Kamu harus kuat!”<br /><br />“Sekarang aku mau cerai sama Elga Bu!” kulepas cincin pemberian Elga dan memberikannya pada Ibu.<br /><br />“Aku titip cincin pernikahanku dengan Elga Bu! Ibu harus menjaganya dengan baik!”<br />Ibu memeluku erat dan kami menangis bersama-sama.</h3>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<h3>
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></h3>
</div>
<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />Efih Sudini Afrilya</h3>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-48336594687778485402012-10-19T03:21:00.001-07:002012-10-19T03:21:07.218-07:00Cerpen Cinta, Kata Cinta Yang Kedua<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="color: #741b47;">Awal aku masuk kuliah selama beberapa hari menjalani penyiksaan yang begitu pahit oleh senior yang kejam dan jahat. Dengan berkendaraan bus yang penuh sesak, ku masuki bus itu dengan sedikit hati hati, ku duduk di sebuah tempat dekat jalan, yang kurasa agar tidak terlalu sulit jika aku turun nanti, ku duduk dengan manisnya, sambil melihat orang di sekitarku. Rasanya ada yang aneh dengan gerombolan 6 orang yang duduk paling belakang itu. Rupanya aku kenal salah satu dari mereka tapi aku tidak tau namanya, ya.. teman satu jurusanku namun kita sama sekali tidak bertegur sapa, mungkin karna aku terlalu pendiam, mungkin juga dia tidak mengenaliku. Namun ada seseorang salah satu dari mereka yang agaknya terlalu memperhatikanku, dan saat aku melihatnya ke belakang untuk melihat keadaan, rupanya dia sedang melihatku , tatapan kami terhenti di salah satu sudut. Karena dia yang terlebih dulu melihatku, dia pula yang melempar senyum terlebih dulu kepadaku, tanpa canggung aku pun membalas senyumnya.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Cerpen Cinta: Kata Cinta Yang Kedua</span><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Ku buka kembali Diary lamaku saat aku pertama kali bertemu dengan Kevin. Rasanya tak pernah terfikirkan olehku akan melewati masa sesulit ini ketika telah mengenalnya.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“hayooo ngelamunin Kevin ya?” tiba-tiba Adel datang ke kamar.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“apaan si lo, sok tau.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“eh apaan tuh liat dong, lucu gitu bukunya, ada foto kamu sama Kevin lagi.” Sambil merebut buku yang di tangan Widy.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“eh jangan itu Diary gue” balik Widy merebutnya, tapi tak berhasil.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“ah biarin gue pengen tau.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Akhirnya Widy menyerah membiarkan Adel membaca buku Diarynya itu. Setelah lama Adel membaca halaman pertama buku itu diapun berkata.</span><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“jadi rupanya lo tuh suka pada pandangan pertama nih.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“eh engga ya, dia dulu yang ngelempar senyum ke gue, terus minta nomer gue ke Raka, temen satu jurusan gue itu yang satu bus sama gue waktu itu. smsin gue, ngajak jalan, sampe deket kaya gini, dan tiba-tiba dia pacaran sama Nuna.” Menceritakannya dengan emosi, lalu Widy mengeluarkan air matanya.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“sabar ya wid, gue rasa Kevin tuh ga bermaksud nyakitin elo, dia kan ga tau kalo Noumi itu kakak lo.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“dia tuh kakak tiri gue, dan kalo emang seorang kakak dia gak mungkin sejahat ngerebut orang yang gue suka.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“tapi lo gak pernah bilangkan orang yang lo suka itu Kevin, mana dia tau kalo dia yang lo suka.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“udahlah Del ga usah bahas dia lagi, mulai sekarang gue benci sama Kevin dan Noumi!”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Noumi, dialah yang sudah menghancurkan semuanya, aku terbiasa memanggilnya Nuna(sebutan kakak perempuan dalam bahasa Korea),dia adalah kakak tiri aku yang kuliah dan tinggal di Korea , dia tinggal disana bersama Paman Lian yang membuka usaha restaurant khas Korea, aku yang tidak suka dengan musim dingin hanya tinggal di Jakarta bersama Papah dan Mamah tiriku. Noumi ternyata teman sewaktu SMA Kevin, yang pernah disukai Kevin dulu tapi kenapa harus Noumi? dia orang yang terdekat denganku, dan kenapa aku harus tau sekarang, ketika aku sudah benar-benar menyayanginya.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Beberapa minggu lalu Kevin pernah menyatakan cinta padaku, tepatya saat aku pulang kuliah, tanpa ragu dia menyatakan kata-kata cinta itu dengan lancar, sampai aku seperti terhipnotis tak sadar melihat tingkah dan deretan kata-kata itu. Namun karna aku bingung dan ragu aku menjanjikannya akan menjawab pada saat malam minggu di Cafe tempat biasa kita makan bersama.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Memang waktu belum mengijinkan kita, pada saat itu banyaknya tugas yang datang mengahampiri membuat aku lupa akan hal itu. Berjam-jam ternyata dia menunggu di Cafe, dan aku memang benar-benar lupa. Seperti penyesalan yang amat mendalam, dia mengira aku tak datang menemuinya karna aku menolak cintanya, beberapa kali aku jelaskan aku lupa untuk datang ke Cafe itu, tapi Kevin hanya menjawab “lupakan saja Wid, anggap saja itu tak pernah terjadi.” dan aku sangat tau Kevin, sesekali ia dikecewakan, dia takan pernah memberikan kesempatan untuk orang yang pernah mengecewakannya. Dan aku menunggu dia menyatakan cinta itu lagi, karna aku takan menyia-nyiakannya untuk kedua kali, karna aku mencintainya. Tapi kemana dia, cinta itu tak pernah keluar dari mulutnya lagi sampai pada akhirnya dia menemukan Noumi, sahabatnya dulu yang pernah disukainya. Sampai pada akhirnya aku memutuskan, untuk merelakan semuanya. Bahwa Kevin kini telah menjadi milik Noumi.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Malam ini sengaja aku duduk ditaman rumah, malam inikan malam ulang tahunku tapi semuanya nampak sepi, Papah Mamah yang sedang berkunjung ke Korea menjenguk Paman Lian yang sedang sakit, tidak kunjung pulang sampai hari esok tiba. Headset yang tertempel ditelinga seperti melekat, aku menikmati alunan musik yang bertema galau, pas sekali dengan apa yang ku rasakan. Tiba-tiba Pemandangan yang tidak menyenangkan, oh Noumi dan Kevin, inikah kado terburuk yang pernah kudapatkan dihari ulangtahun ku besok, kemesraan yang tampaknya mereka pamerkan membuatku iri, harusnya aku yang sedang tertawa mesra bersama Kevin disana. Tak biasa mereka pulang semalam ini tepatnya jam 10 malam, pasti mereka habis makan di Cafe, nonton, semua hal yang mengasikan.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Saat mereka lewat didepanku, akupun sengaja menutup mata, agar tidak menambah beban pikiranku, dan diam-diam saat mataku terpejam, rasanya pipiku sudah basah terbanjiri air mata.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“kenapa malam-malam kamu masih diluar Wid?” tanya Kevin.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Rupanya alunan musik yang terdengar ditelinga Widy, membuatnya tidak mendengarkan ada suara apapun selain lagu lagu yang didengarnya.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“hei widy.” Sapa Kevin sambil menyentuh tangan Widy, agar Widy merasakan bahwa disana ada orang yang mengajaknya berbicara.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Mata Widypun terbuka dan dengan kagetnya, sampai gelas lemon tea didekatknya terjatuh.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“eh, eh Kevin.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Entah apa yang harus aku lakukan pada saat itu, suara pecahan gelas membuatku makin panik dan aku memunguti pecahan-pecahan gelas itu. Sebenarnya jika situasi sedang normal aku tidak akan melakukan hal itu, aku akan mengusir Kevin jauh-jauh dan menyuruhnya pergi. Dengan tergesa-gesa membereskannya membuat beling pecahan gelas itu, melukai tanganku. Kevin hanya terdiam melihat tingkahku. Dan ketika ia tersadar iapun langsung membantuku, mengeluarkan sapu tangan, dan membalutkannya ke tanganku yang luka.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“kamu tuh kenapa si, ga biasanya banget?” tanya Kevin.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“habisnya kamu tuh dateng tiba-tiba, bukannya tadi kamu bersama Nuna masuk kedalam eh tiba-tiba kamu ada disini.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“ya gapapa dong sekali-kali akukan pengen sama kamu.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Kata-katanya membuat aku benar-benar kesal, kamipun duduk berdua diatas ayunan panjang itu. Diam sejenak tanpa ada yang berkata-kata.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“sebaiknya kamu panggil Nuna sanah, dan aku mau istirahat.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Diam itu saat bersama Kevin itu, membuat kenyamananku terganggu, aku putuskan untuk kembali ke Kamar.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“eh Wid, disini aja. Noumi sedang mandi katanya dan kamu harus menemani aku.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“kenapa begitu”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“karna akukan tamu, masa tamu dibiarkan sendiri, ayolah yah yah...” mintanya dengan manja.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“engga!” Widy lari menuju rumah, dan Kevinpun mengejarnya</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“kenapa kamu jadi seperti ini si Wid? Kamu tidak seperti kamu yang dulu dan aku tidak suka.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“dan kamu pikir aku suka kamu dekat dengan Nuna, lalu melupakan aku begitu saja?”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“apa wid, jadi kamu tidak suka aku dekat Noumi?”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“eh bukan itu maksud aku.” Widy berusaha mengelak.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“wid sekarang aku tau perasaan kamu, akhirnya kamu menjawab semua rasa penasaran yang aku rasakan selama ini.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“maksudnya?”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“sebenarnya aku tidak pernah pacaran bersama Noumi, akupun tidak pernahkan bilang kalo aku pacaran sama Naomi bukan, tapi kamu sendiri yang menganggap semua itu.”jelas Kevin.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“ah sudahlah lepaskan, aku tidak mau lagi mendengar semua itu.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Widypun lari ke dalam rumah, dan berhenti ketika melihat Noumi sedang membuat kue ulang tahun, ah pasti itu buat Kevin, hari ini kan dia juga ulang tahun. Pasti mereka bakalan ngerayain bareng diatas penderitaan gue.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Kevinpun ikut lari ke dalam rumah.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“Widy, kenapa kamu masuk ke dalam, harusnya kamukan menemani Kevin diluar.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“ah urusi saja pacarmu itu sendiri.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Ketika Widy mencoba berlari lagi menuju kamar, langkahnya terhenti karna salah satu tangganya berhasil dipegang erat oleh Kevin.</span><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“jangan pergi lagi Widy.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Sontak Widypun kaget dan mencoba melepaskan pegangan itu, saat berhasil terlepas widypun berkata.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“apa si maunya kalian itu, aku hanya ingin tenang silahkan kalian bercinta sesuka kalian tapi jangan ganggu aku lagi.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“Widy apa maksud kamu?”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“Nuna pacaran sama Kevinkan, dan Nuna tau dia itu orang yang sering Widy ceritakan kepada Nuna saat kita sedang curhat bersama melalui e-mail.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Noumi hanya tersenyum lalu mengatkan “Happy Birthday Widy.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Nuna sambil berteriak, aku bingung seperti konyol sekali, itukan kue untuk merayakan hari ulang tahun Kevin.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“Widy maafkan aku, ini semua rencana aku, aku ingin tau sekali lagi perasaan kamu, dan aku rasa ini satu-satunya cara agar aku tau perasaan kamu, kamu cemburukan wid aku bersama Noumi, dan itu artinya kamu juga suka kan sama aku?”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Widy seolah tak percaya akan hal itu, air matanya mengalir ke lekuk pipinya.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“aku cinta sama kamu widy, sekali lagi aku ungkapkan itu, dan aku mau kamu menjawabnya sekarang, apapun jawaban kamu aku siap, tak perlu menunggu lain waktu, maukah jadi pacar aku?”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Tanpa berkata Widy langsung memeluk Kevin.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“jangan lakukan ini lagi, aku juga cinta kamu dan kamu harus tau itu.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Pelukan yang berlinang air mata, mengakhiri sebuah kebahagiaan.</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“Nuna maafkan aku yang selama ini sudah membenci Nuna.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">“tidak apa-apa, memang harusnya begitu kalo memang Nuna melakukan itu.”</span><br style="color: #741b47;" /><br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Malam itu malam yang indah, aku merayakan ulang tahunku bersama Kekasihku dan Nuna, orang yang sangat aku sayang.</span></h3>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br style="color: #741b47;" /><span style="color: #741b47;">Farhatul Aini</span></h3>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-86246239663234280122012-10-13T10:44:00.000-07:002012-10-13T10:44:24.828-07:00Antara Aku, Kamu dan Dia<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Harapan palsu yang kau berikan kepadaku kita menjadi bumerang diantara kita. Kenapa kau tega melakukan hal itu kepadaku yang baru saja memberanikan diri untuk membuka hatiku untuk memadu kasih. Tapi ternyata itu merupakan sebuah kesalahan, kesalahan kenapa aku bisa membuka hati ini untuk laki-laki seperti kamu yang hanya bisa menyakiti hatiku? Kenapa semua ini harus terjadi? Aku hanya bagaikan sampah yang bisa kau buang semaumu. Kini aku berjanji tidak akan pernah mau mengenalmu lagi meskipun kita berada di sekolahan yang sama tapi akan ku tekatkan hati dan pperasaan ini agar tidak akan melihatmu lagi. Terlalu sakit hati ini!<br /><br /> “Kring..... kring.....kring.....”<br /><br /> Suara hp-ku berbunyi, ternyata dari seorang laki-laki yang aku kenal karena ia merupan teman satu sekolahku. Ia bernama Angga. Berawal dari sms itulah kami menjadi dekat, hampir setiap hari kami saling SMS an. Angga yang baru saja putus Cinta dengan Citra yang juga teman satu sekolahku mencoba untuk melupakan mantan kekasihnya itu.<br /> <br /> Aku sebagai teman curhatnya mencoba untuk membantunya untuk melupakan mantan kekasihnya itu, tapi tetap saja ia tidak bisa melupakannya.<br /><br /> “Sulit bagiku untuk melupakan Citra karena hubungan kami yang sudah 2 tahun, tapi aku harus melupakannya karena kini dia sudah bersama orang lain” SMS yang angga kirimkan kepadaku.Aku hanya berusaha untuk menjadi pendengar yang baik agar Angga bisa kuat menjalani hidup meskipun Aku bukan Citra yang bisa membuatnya semangat seperti dahulu.<br /><br /> Berjalannya waktu kami semakin dekat, secara berlahan Angga bisa melupakan Citra dan ia pun berusaha untuk menarik hatiku untuk menjadi kekasihnya. Aku yang pernah terpuruk dalam masalah cinta takut untuk membuka hati lagi karena takut terluka lagi. Mengetahui hal itu Angga mencoba untuk meyakiniku dan berusaha membuatku nyaman saat berada bersamanya.<br /><br /> Malam itu, Angga mengajak aku untuk makan keluar. Sungguh sulit untukku tolak karena sudah kesekian kalinya permintaannya selalu ku tolak. Akhirnya Anggapun datang ke kos ku yang tidak terlalu jauh dari kosnya itu, dan kami pun pergi untuk mencari makan.<br /><br /> Ternyata Angga sudah menyiapkan tempat makan yang sangat romantis untuk kami berdua, aku kaget melihat semu kejutan ini.<br /> <br /> “kita makan disini?” tanya aku<br /><br /> “tempatnya romantis sekali, dengan lampu remang-remang, dan terletak di taman dengan meja dihiasi oleh lilin..Angga co,,coietzz” ungkapku di dalam hati<br /> <br /> “iya kita makan di sini, tempat ini sudah ku siapkan sejak lama tapi baru terwujud hari ini karena baru hari ini kamu mau makan malam bersamaku” jelas angga kepadaku<br /> <br /> Makan mallam yang sungguh berkesan dalam hidupku. Semua masalah dan ketakutan-ketakutanku kepada seorang laki-laki pun hilang sejenak. Semua yang tergambar hanyalah sebuah kebahagiaan yang tiada tara antara aku dan Angga.<br /><br /> Di akhir makan malam hati ku deg..deg..gan!!, badanku gemetar, sikapku salah tingkah, dan wajahku memerah. Ketika Angga menyatakan perasaannya kepadaku..<br /><br /> “Ning(namaku)....maukah kamu menjadi kekasihku” ungkap Angga sambil memegang tanganku.<br /><br /> “aku janji aku tidak akan pernah menyakitimu seperti mantan kekasihmu dulu. Aku juga sudah melupakan mantan kekasihku jadi kamu jangan takut aku akan meninggalkan kamu, please!! Jawab Ning??” Angga terus meyakinkan aku karena aku hanya diam dan binggung mau menjawab apa.<br /> <br /> Akhirnya ku putuskan untuk menjawab, karena Angga yang selalu menanti jawabanku.<br /><br /> “ Sebenernya aku juga suka sama kamu, tapi maaf aku belum bisa menjadi pacarmu sekarang karena aku belum yakin kamu sudah benar-benar bisa melupakan Citra. Aku takut kamu setelah menjadi kekasihmu dan sangat mencintaimu, kamu meninggalkan aku”. Jelas Ku dengan memberanikan diri dan berusaha untuk tidak membuat Angga marah karena penolakanku ini.<br /><br /> “Aku berjanji aku tidak akan menyakitimu. Tapi baiklah aku akan membuktikannya kepadamu bahwa aku benar-benar mencintaimu dan aku sudah sungguh-sungguh melupakan Citra dan tidak akan pernah lagi aku mau kembali dengan dia”. Angga meyakini ku.<br /><br /> Setelah pembahasan itu kami langsung pulang. Sampai di kos aku tidak bisa tidur memikirkan Angga dan makan malam yang romantis. Di satu sisi aku ingin sekali menjadi kekasihnya tapi rasa takutku lebih tinggi dari pada rasa ingin jadi kekasihnya.<br /><br /> Sepanjang malam kupikirkan sampai tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 2 wib. Entah apa saja yang ku pikirkan malam itu, sehingga membuatku tidak bisa tidur. Yang ada di kepala hanya baying-bayang Angga dan Citra mantan kekasihnya. Sekali lagi ku coba untuk menatap kata dan mencoba untuk membandingkan diriku dengan Citra yang lebih cantik dariku.<br /> <br /> Citra itu cantik, gaul, modis, sedangkan aku cumalah orang biasa yang hidup pas-pasan dan hanya menggunakan pakayan yang seadanya tidak seperti Citra yang hampir setiap hari belanja dan belanja. Ahhhh . apa yang telah aku pikirkan ini, bawa tidur sajalah nanti bisa-bisa tambah gila kalau memikirkan mereka.<br /><br /> Pagi yang cerah, ku berharap hari ini akan cerah secerah hatiku saat ini. Seperti biasa kebiasaan anak kos pagi-pagi sudah nongkrong di depan kamarku, karena di depan kamarku ada kursi yang bisa untuk ngumpul-ngumpul anak-anak. Mereka menggodaku karena mereka tahu semalam aku jalan keluar dengan Angga dan mereka memintaku untuk bercerita semalam ngapain aja. Dengan mali-malu aku menceritakan semuanya kepada mereka.<br /><br /> “wah.. kenapa kamu tolak dia? Padahal dia kan cowok romantis, kalau aku mah langsung mau sama dia”. Ucap temanku Lili<br /><br /> “ah.. kamu ini gimana si Li? Ning kan masih trauma githu ma mantannya yang dulu makanya dia takut untuk jatuh cinta! Ya gak Ning?hehe” sambung temanku<br /><br /> “hahahah,, Ning.. Ning ,, yang lalu ya biarkan berlalu lah, kan tidak semua cowok itu sama, jadi bagaimana mau maju kalau baying-bayang masa lalu menjadi ketakutan untukmu melangkah..”ungkap Lili, dengan puitis..<br /><br /> “hue,, kalian ini apa an cih!! Aku itu Cuma bellum yakin aja sama dia, nanti kalau dia tiba-tiba hanya menjadikan aku pelariannya saja untuk melupakan Citra di dalam hatinya gimana? Ada yang mau tanggung jawab gak??hehe” jelas ku kepada teman-teman.<br /><br /> “ia juga sih, ya lanjutkanlah kalau begitu,,hhaa” ungkap teman-temanku<br /><br /> Hari berganti hari tidak terasa sudah satu minggu peristiwa makan malam itu ku lewati. Dan aku juga merasa ada yang aneh, sudah tiga hari Angga tidak menghubungiku lagi. Dalam hati aku selalu bertanya-tanya kenapa Angga menghilang begitu saja tanpa pesan seperti ini. Aku coba untuk santai dan tetap tenang meskipun sebenarnya dalam hati ini aku selalu bertanya-tanya dimanakah dia sekarang ini.<br /><br /> Ku coba untuk mencarinya di sekolah tapi tetap dia tidak ada, ingin rasanya ku SMS atau Telphon dia untuk menghilangkan rasa kegundahan hatiku karena kehilangan dia, tapi ku coba untuk bertahan karena aku takut mengganggu dia.<br /><br /> Dua minggu berlalu baru aku tahu apa alasannya ia pergi tanpa pesan seperti ini. Hati ku hancur ketika aku tahu kalau ia akhirnya kembali lagi dengan mantan kekasihnya itu. Aku kembali terpuruk melihat mereka berdua di sekolah. Hati ini terasa sangat sakit, sangat rapuh. Jiwa ini seakan terbang melayang. Tak sanggup rasanya ku melihat mereka lagi.<br /><br /> Di dalam keterpurukanku aku masih bersyukur karena masih ada teman-temanku yang masi setia menemaniku dan memberiku semangat untuk bisa melewati semua ini. Meski dalam hati ini ingin ku sampaikan kemarahanku kepada Angga yang telah menggoreskan luka di hatiku.<br /><br /> “mengapa kamu tega menyakiti hatiku, mana janjimu yang tak akan menyakitiku, kau beri harapan kosong kepadaku, kenapa kamu pergi meningalkan aku begitu saja! Kenapa kamu tidak memikirkan perasaanku yang terlanjur mencintaimu! Angga sungguh kejam, kau buat ku melayang dan kiti kau patahkan sayapku sehingga aku tidak bisa terbang lagi!! Sungguh kejamnya dirimu!”<br /> <br /> Hampir setiap hari ku seselai kusesali hidup ini. Ternya tidak hanya aku semua temanku juga membenci Angga yang telah mempermainkan perasaanku. Ia datang dengan penuh kehangatan dan pergi dengan penuh tanda ?, karena tidak ada satu katapun yang ia ucapkan, ia hanya pergi dengan semau hatinya.<br /><br /> Meskipun dari awal aku menyadari hal ini akan terjadi tetapi tak habis pikirku ia tegaa meninggalkanku tanpa pesan seperti ini. Seandainya saja ia mau berterus terang dan jujur kepadaku bahwa ia ingin kembali kepada Citra mungkin aku bisa terima karena aku tahu dari awal ia tidak pernah bisa untuk melupakan citra..<br /><br /> Darah ku naik dan emosi ku kembali tinggi “ apasih susahnya untuk jujur! Dasar lali-laki hanya bisa menyakiti kaum perempuan.”<br /><br /> Kini aku hanya bisa menyesali mengapa aku pernah hadir di antara mereka berdua dan kenapa aku bisa membuka hati untuk laki-laki yang tidak punya perasaan seperti Angga.</h3>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<h3 style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /><i style="color: red;">Ayank Iratu</i></h3>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-19475616001596506282012-10-13T10:40:00.003-07:002012-10-13T10:40:25.845-07:00Cerpen Romantis Pelangi Cinta<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pagi yang begitu dingin membuatku enggan membuka mata untuk beranjak dari tempat tidurku dan selimut tebal yang membuatku begitu hangat. Sang Matahari tidak menyapaku pagi ini, sebagai gantinya gumpalan awan gelap menyelimuti langit di pagi yang indah ini. Suatu pertanda kalau hari ini akan datang hujan sepanjang hari. Hal yang paling aku benci karena hujan membuat langit menjadi mendung sehingga aku tidak dapat melihat indahnya sinar mentari di pagi hari. "Santi, ayo cepat bangun sayang!" ujar ibu menyuruhku.<br /> Setelah berlari-larian mengejar bus dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang kebanyakan pelajar sepertiku akhirnya sampai juga di sekolah. Sambil terus berdoa dalam hati semoga hujan tidak turun agar aku tidak sial hari ini. Tanpa aku sadari pak Satpam yang sedang berdiri di Gerbang Sekolah menegurku. "Eh, Santi kamu telat lagi ya?" Sapanya sambil setengah menahan tawa melihatku terengah-engah. "Sudah tau nanya", Batinku. "Ya Pak", Jawabku singkat sambil tersenyum simpul. Kemudian aku melanjutkan perjalanan menuju ke kelas. Di tengah perjalan tiba-tiba aku bertemu dengan Pak Pri, Guru BK yang super galak di sekolah ini. Banyak murid yang membencinya, murid satu sekolah ini rata-rata membencinya dan tak mau berurusan dengan dia termasuk aku. Rasanya ingin sekali menghilang dari pada mesti berhadapan dengan Pak Pri. Tapi kenyataannya sudah terlambat karena Pak Pri kelihatannya memang sengaja menungguku. "Santi, Kamu cepat ikut ke ruang BK", Kata Pak Pri dengan wajah kaku. Hatiku berdebar begitu kencang, keringat dingin pun mengalir. Apa yang akan aku hadapi nanti di ruang BK. "Baik pak", jawabku pasrah sambil mengikutinya dari belakang.<br /> Sesampainya di kelas aku heran melihat Eni teman sebangkuku duduk dengan Arif. Sedangkan semua bangku telah terisi dan hanya satu bangku yang tersisa di sebelah Andre cowok super pendiam dan cuek. Meskipun dia tampan tapi melihat sikapnya yang begitu pendiam dan cuek membuatku merasa tidak nyaman jika berada di dekatnya. Sambil terus melotot ke arah Eni yang sedang asyik mengobrol dengan Arif aku berjalan menuju bangku yang kosong itu. Tambah lagi kesialanku hari ini. "San, maaf ya hari ini kamu duduk bareng Andre saja ya. Soalnya aku sudah dari tadi duduk sama Arif aku kira kamu gak masuk hari ini, tidak apa kan?" Tanya Eni setelah melihatku. Sebenarnya aku ingin marah padanya tapi setelah aku pikir mungkin ini emang salahku. "Ya sudah terserah kamu lah,"jawabku kepada Eni. "Terimakasih ya, Santi,” ucapnya seraya mencubit kedua pipiku sehingga aku pun meringis menahan sakit. "Tega banget sih, sakit tau,” kataku kepada Eni. Eni hanya tertawa melihat pipiku yang mulai memerah.<br /> Siang menjelang namun matahari tidak juga menampakan diri, sebaliknya butiran-butiran bening terus berjatuhan dari langit. Hujan memang pertanda buruk bagiku itulah sebabnya aku benci hujan. Aku menerima hukuman harus membersihkan ruang BK setelah pulang sekolah. Dengan terpaksa aku harus membersihkan ruang BK sendirian karena Eni ada les Fisika setelah pulang sekolah. Ruang BK memang tidak begitu luas, tapi karena jarang di bersihkan butuh usaha ekstra untuk membersihkannya. Setelah selesai membersihkan semuanya aku bergegas untuk segera pulang karena hujan sudah lumayan reda hanya tinggal gerimis kecil.<br /> Suasana sekolah setelah pulang sekolah begitu sepi dan sedikit mencekam, sehingga aku menuju ke luar gerbang sekolah dengan berlari. Di gerbang sekolah terlihat ada seseorang yang sedang duduk di atas motor. Setelah aku perhatikan ternyata cowok itu Andre. Mungkin dia sedang menunggu seseorang. Aku menjawab pertanyaanku sendiri.<br /> "Ngapain masih disini Ndre?" Aku memberanikan diri untuk menghampirinya dan bertanya.<br /> "Ya, Nungguin Kamu lah. Aku udah satu jam lebih nungguin kamu disini,” ujar Andre.<br /> "Emangnya ada perlu apa sama aku?." Tanyaku kaget sekaligus penasaran.<br /><br /> "Kita kan ada tugas Bahasa Indonesia yang dikumpulkan seminggu lagi. Jadi kita mesti cari materinya mulai dari sekarang. Mau tidak? Kalau tidak mau aku bisa cari sendiri." Jelasnya dengan nada ketus.<br /> "Oh ya, Aku lupa. Tapi cepet banget sih mau cari materinya sekarang. Lagian Bu Tini juga baru ngasih tugasnya tadi pagi. Gimana Kalau besok saja? Hari ini kan akan hujan." Jawabku mencari alasan untuk menolak ajakannya.<br /> "Ya sudah kalau tidak mau, aku bisa cari materinya sendiri," kata Andre yang terlihat sekali kalau dia kesal denganku.<br /> "Ya sudah deh, aku ikut. Tapi hujan nih." Aku terpaksa menyetujui ajakannya.<br /><br /> "Terus?" Jawabnya cuek.<br /><br /> "Ya masak mau ujan-ujanan sih?" Aku mulai kesal dengan sifat cueknya.<br /><br /> "Ini pake jaket aku biar kamu gak kehujanan." Katanya sambil memberikan jaketnya kapadaku.<br /><br /> "Terus kamu gimana?" Tanyaku merasa tidak enak.<br /><br /> "Ach, tidak usah dipikirin" Dia pun menyalakan motornya dan aku pun segera naik. Ternyata dia baik juga. Batinku dalam hati sambil tersenyum sendiri. Hujanpun semakin deras, Andre memutuskan untuk berteduh di sebuah rumah makan. Kebetulan sekali karena perutku sudah begitu keroncongan. Rumah makan itu begitu unik karena di kelilingi oleh hamparan sawah. Suasananya pun begitu nyaman dan tidak terlalu ramai. Heran kenapa Andre bisa menemukan tempat sebagus ini. Kami duduk di lesehan karena dari situ bisa melihat pemandangan yang begitu indah.<br /> “Kamu pasti belum makan siang kan?" Tanya Andre. Aku heran kenapa dia bisa tahu. Apa dia mendengar perutku keroncongan.<br /> “Kita makan dulu sekalian nunggu hujannya reda, habis itu baru kita cari materi buatnya" Jelasnya panjang lebar.<br /> Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan darinya itu. Kemudian dia mulai memesanmakanan dan aku pun idak mau ketinggalan. Tidak berapa lama setelah kami memesan, akhirnya pesanan itu datang. Aku langsung menyantap nasi dan ayam goreng yang tadi aku pesan itu dengan lahap. Tanpa aku sadari Andre melirik ke arahku dan tersenyum sendiri. Aku tidak pernah membayangkan akanmakan berdua bersama dia. Meskipun kita satu kelas tapi kita berdua tidak pernah bicara ataupun menyapa satu sama lain. Aku yang cenderung cerewet dan dia yang hanya berbicara jika itu perlu. Meskipun aku tidak pernah berbicara dengannya diam-diam aku selalu memperhatikannya. Ketika dia menuliskan rumus-rumus di papan tulis untuk setiap jawaban dari pertanyaan Pak Yanto atau ketika dia sedang mengajari seorang teman yang paham dengan pelajaran terentu. Pantas jika dia selalu mendapatkan juara kelas.<br /> "Makannya biasa aja bisa tidak sih. Tidak usah buru-buru gitu." Dia menegurku. Aku begitu kaget sehingga aku pun tersedak dan batuk-batuk. Dia pun segera menyodorkan air minum kepadaku.<br /> "Makanya kalau di bilangin itu jangan ngeyel." Dia menertawakanku. Aku begitu malu untuk menatapnya.<br /> "Siapa suruh kamu ngagetin aku. Aku kan lagi konsentrasi makan." Kataku kesal.<br /> "Habis ini kita kemana?" Tanyaku setelah selesai makan. Tampaknya hujan juga sudah mulai reda.<br />Andre hanya diam. Aku hampir kesal karena merasa di cuekin lagi olehnya<br /> "Coba kamu lihat kearah kanan kamu!" Dia menyuruhku dan aku pun menoleh dan mencari-cari apa yang di maksudkan Andre itu. Sampai aku melihat pemandangan yang luar biasa yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah pelangi melingkar di padang sawah, menambah keindahan ciptaan sang kuasa itu.<br /> "Ndre bagus banget" Ku ungkapkan kekagumanku tapi Indre lagi-lagi malah sibuk mengambil sesuatu dalam tasnya. Aku pun tak menghiraukannya dan kembali melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Ketika aku menoleh ke arah Andre ternyata dia sudah siap mengambil foto dengan kameranya. "Sejak kapan anak itu suka sama fotograf?" Tanyaku pada diri sendiri.<br /> "Cepetan berdiri!" Suruhnya kepadaku.<br />Akupun berdiri kemudian dan dengan cepat dia mengambil fotoku. Aku di suruh bergaya semauku dan aku pun mengikutinya. Gak nyangka ternyata ada sisi lain yang aku tidak tau tentangnya. Sisi lain yang begitu menyenangkan dan nyaman. Hal itu membuatku semakin kagum dan menyukainya.<br /> "Selalu ada sesuatu yang indah di balik hujan. Makanya jangan jadikan hujan sebagai pertanda buruk atau kesialan." kata Andre.<br />Aku kaget kenapaAndre bisa tahu. Tapi, perkataannya menyadarkanku. Setelah melihat semua keindahan hari ini mungkin aku akan mulai menyukai hujan dan akan selalu menantikannya agar aku bisa melihat kembali pelangi setelah hujan reda.<br /> "Kenapa kamu bisa tahu kalau aku benci hujan?" Tanyaku penasaran. Dia hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. Terasa getaran-getaran halus dalam hatiku melihat senyumannya. Kami pun melanjutkan perjalanan ke perpustakan kota untuk mencari materi untuk tugas. Dari semua kejadian yang aku alami, aku mendapat ide membuat materi yang bertema Hujan dan ternyata Andre tidak keberatan dengan usulku.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br />Utari Usmawati</span></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-4015028098978488952012-10-12T02:43:00.002-07:002012-10-12T02:43:46.818-07:00Cerpen Batu Domino yang Beradu <div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Lebih baik jadi kuli di negeri sendiri.<br />Setelah segalanya seperti
menyusut ke dalam gelap, dan menghadirkan bintik-bintik cahaya lampu,
serupa ratusan bintang yang terapung di sepanjang pelabuhan, di sinilah
surga mereka. Di mana lagi, selain kedai kopi tempat mereka kembali,
tempat (seolah) mereka menemukan sebuah keluarga. Surga dapat dibangun
di mana saja, dan dihuni oleh siapa saja, pikir mereka. <br /><br />Keluarga
adalah surga. Keduanya ada saat kita membuatnya ada. Dan mereka selalu
merasa menemukan keduanya. Tak ada yang benar-benar merasa kehilangan,
saat batu-batu domino mulai beradu. Kehilangan adalah cerita lain, yang
sengaja diasingkan. Ia tak boleh hadir saat kesulitan-kesulitan hidup
bagai mendesak dalam setiap detik waktu yang berjalan setiap hari.
Mereka kuli. Kesadaran sebagai kuli harus ditanamkan dalam-dalam, supaya
tak berkesempatan perasaan-perasaan busuk singgah dan menggoda mereka
untuk melakukan hal-hal yang buruk. Seorang kuli bukan seorang pencuri.
Ini harus diyakini. Meski terkadang banyak mata yang memosisikannnya tak
terlalu jauh berbeda. Tapi mereka tak ingin mengerti. Sebab tak cukup
waktu untuk memahami dan mengerti tentang status, tentang kedudukan.
Mereka merasa sebutan kuli sudah cukup memberi kepercayaan diri bagi
mereka, dan itu lebih baik daripada seorang gelandangan atau
pengangguran. <br /><br />Lalu apa yang membuat status kuli menjadi tidak
baik? Tidak ada. Ini negeri kuli. Di setiap sudut kota, di
kampung-kampung, di mana pun, kuli jadi penghuni. Tidak percaya? Ribuan
kuli di negeri jiran adalah akibat dari kemelimpahan kuli di negeri ini.
Dan mereka, yang malam ini duduk membanting batu-batu domino di atas
meja kedai kopi, tidak memilih jadi kuli di negeri orang. "Lebih baik
jadi kuli di negeri sendiri," umpat mereka, saat seorang kawan membawa
oleh-oleh berupa bekas sabetan rotan yang menggaris di punggungnya.
Mereka seolah tak hirau pada sejumlah kawan lain yang dengan semangat
membara bersusah payah untuk bisa ikut menjadi kuli di negeri orang.
Mereka hanya mencibir, "kalian tak malu jadi kuli di negeri orang?" Dan
mereka pasti akan menutup telinga saat kawan-kawannya menjawab, "tak ada
bedanya jadi kuli di negeri sendiri." <br /><br />Dan malam, selalu jatuh
tepat di pundak sungai ini, seperti seorang tua berjubah hitam,
menyungkup kedinginan. Dan mereka, satu-satu datang, seperti bersepakat
untuk bertemu, berkumpul di kedai kopi. Inilah saat pesta domino
digelar. Membanting angka-angka keberuntungan. Teh telor, kopi ginseng,
hemaviton, ekstrajoss, bir bintang, topi miring, ciu, kti, dan segala
jenis minuman beralkohol adalah hidangan sebagai taruhan ringan. Dan
percakapan adalah lintasan-lintasan pikiran yang tak jernih. Tak ada
peristiwa yang selesai diperbincangkan dari mulut yang bau tuak. Mereka
mengucapkan pukimak, pantek, tai, asu, dan sejenisnya, sebagai
patahan-patahan emosi yang tak serius. Omong kosong, kebuntuan, ledakan,
cemeeh, semua tak terencanakan. Yang tak terbiasa, dan datang dengan
kejernihan yang normal, hanya akan mengotori telinga dan pulang dengan
wajah yang memucat, dan segera menyadari bahwa ia asing dan terlihat
aneh di lingkungan mereka. Dan percakapan yang tak selesai, acapkali
harus diakhiri dengan perkelahian. Inilah egoisme yang sering muncul
dalam kehendak untuk menang yang tak terkontrol. Gigi patah, muka lebam,
lengan koyak, kepala bocor, hidung meler, adalah hal yang tak
terhindarkan. Polisi ada, tapi menganggapnya biasa. Ia menjadi tradisi.
Tidak akan pernah ada yang kalah, sebab setiap mereka merasa telah
menang. Dan selesai. Malam berikutnya adalah surga, adalah keluarga.
Mereka kembali, seperti batu-batu domino yang tak bosan untuk beradu…<br /><br />Mungkin
hidup yang dulu telah membuang mereka. Kini mereka sedang berada dalam
pilihan hidup yang harus terlihat wajar sebagai sebuah keputusan yang
tak salah. Mereka sengaja membuang jauh ingatan lampau seperti seseorang
yang membuang sauh ke dasar laut. Orang tua, kakak, adik, abang,
saudara-mara, adalah wajah-wajah yang tak seharusnya hidup dalam ingatan
mereka saat ini. Sebab kehadiran wajah-wajah itu hanya akan membuat
kebebasan terkekang, dan hanya kembali menegaskan perasaan akan
kehilangan dan kekalahan. Ini memuakkan. Sama memuakkannya dengan wajah
kampung-kampung tempat kelahiran mereka. Kampung yang membuat
penghuninya merasa terbuang, merasa tak diperhitungkan. Dan anak-anak
yang terlahir dari sana adalah anak-anak yang menderita ketakutan akan
masa depan. Anak-anak yang setiap subuh bertelanjang dada, bermain
congkak di bawah asuhan beruk-beruk di hutan karet. Anak-anak yang gemar
memanjat batang kelapa, melebihi tupai. Anak-anak yang tahan berendam
dalam lumpur gambut di akar-akar bakau berburu ketam atau siput.
Anak-anak yang tiba-tiba telah tumbuh menjadi seseorang yang telah siap
dipekerjakan untuk menjadi kuli, menjadi anak buah tongkang berlayar
gelap ke negeri orang. Dan yang memuakkan inilah, yang kini harus
ditanggungkan. Maka tertawalah. Seperti seseorang yang baru saja
menemukan dirinya sedang mencapai puncak kebahagiaan. Dan malam, adalah
rumah tempat mereka melepas tawa, sebebas-bebasnya. Sebebas batu-batu
domino yang beradu…<br /><br />Dan tak ada satu malam pun yang luput.
Hari-hari kehilangan nama-nama. Di tepian sungai, kedai kopi seperti
mereguk malam demi malam, dan membiarkannya berlalu. Dan mereka adalah
orang-orang yang juga dengan sengaja membiarkan segalanya berlalu. Hidup
seorang kuli adalah hidup yang terbatas. Mereka tak terlalu
berkeinginan untuk merespons sesuatu yang sedang bergerak di luar
mereka. BBM, korupsi, asap hutan, demonstrasi, amuk massa, tawuran
antarsuku, penculikan, pembunuhan, kemiskinan, dan segala macamnya sudah
terlampau akrab dalam telinga mereka. Dan kini tak ada urusan, selain
menghitung keberuntungan dari angka-angka di batu-batu domino. Urusan di
luar diri mereka adalah urusan di dunia lain. Mencampurinya hanya akan
membuat mereka tak bisa bebas berpikir tentang bagaimana memenangkan
taruhan saat bermain domino. Dan tentu, tak bisa membuat mereka bebas
tertawa.<br /><br />Tapi, apakah segala urusan memang benar-benar berada di luar diri mereka?<br />Seperti
halnya yang terjadi pada malam ini. Seorang perempuan muda dengan perut
yang membuncit, tiba-tiba datang tergesa-gesa dan memukulkan botol bir
di kepala seorang kuli. Tak ada kalimat yang pantas, selain maki-hamun
yang keluar berdenging dari mulut perempuan itu. Semua kuli di kedai
kopi, tentu terpaksa berhenti tertawa. Sebuah urusan telah datang, dan
masuk ke dunia mereka. Salah seorang kuli kini telah bocor kepalanya.
Dan apa yang harus dilakukan oleh yang lain untuk urusan pribadi semacam
ini? Sementara perempuan itu terus meracau meminta pertanggungjawaban,
sambil entah berapa botol air mata pula yang tumpah berserakan di lantai
kedai kopi. Seorang kuli yang bocor kepalanya, tentu timbul rasa malu,
rasa kesenangannya terganggu, rasa kelelakiannya, egoismenya, yang
bercampur dan beradu. Lelaki itu lalu menghayunkan baku tinjunya yang
sebesar balok kayu mahang ke wajah perempuan hamil itu. Dan ia pergi,
seperti seorang koboi yang baru saja melepaskan sebutir peluru dari
pistolnya. Perempuan itu terkapar. Sebuah urusan telah membuat kedai
kopi ini mulai menjadi neraka. Keluarga adalah neraka?<br /><br />Malam
berikutnya, seorang lelaki separuh baya, berbadan besar, tidak berkumis,
datang membawa setumpuk kertas bon dan membantingnya di tengah salah
satu meja di kedai kopi. Ada apa? Pastilah hutang. Ini urusan yang tak
seharusnya datang saat malam belum lengkap memberikan kebebasannya.
Seorang kuli yang merasa berhutang, seperti tak mampu menyembunyikan
wajahnya dari yang lain. Dan tentu saja ini cukup menegangkan. Sementara
di meja yang lain, batu masih terus beradu, tapi tanpa suara lengking
tawa. Lelaki berbadan besar itu menghardik, melemparkan telunjuk ratusan
kali tepat ke wajah seorang kuli. Lelaki mana yang tak naik darah saat
dipojokkan di tengah banyak orang. Tapi ia memang telah berhutang. Dan
hutang itu memang telah berkeliling pinggang. Dan rasanya butuh
kekurangajaran yang lebih untuk bisa membalas hardikan lelaki berbadan
besar ini. Tapi mulutnya kian terkunci. Tak ada kalimat yang mampu
membentenginya dari semburan lelaki berbadan besar ini, selain sebuah
tusukan pisau kecil di perutnya yang buncit itu. Dan darah kembali
tumpah. Kuli berhutang itu bergegas pergi, seperti seseorang yang sedang
terlambat untuk sebuah janji. Kedai kopi ini mulai ditumpuki sejumlah
urusan.<br /><br />Siapa yang menyangka jika malam berikutnya, seorang
lelaki yang juga berbadan besar dan berambut cepak datang bergegas
dengan seorang anak lelaki berumur sepuluh tahun. Malam ini kedai kopi
kembali ricuh. Lelaki cepak itu langsung berteriak, "Mana kuli yang
telah merampas uangmu, mana dia, mana!" Lelaki kecil berumur sepuluh
tahun langsung menunjuk seorang kuli yang duduk merokok di sudut kedai.
Tidak ada basa-basi, sebuah tendangan telak mengenai dada lelaki kuli
itu. Dan karena melihat lawan sudah tampak terkapar, lelaki cepak pergi
dengan menggeret tangan lelaki kecil, pergi seperti seorang pahlawan
yang baru saja menunjukkan kehebatannya. Tapi siapa yang menyangka, jika
keesokan siangnya, telah ditemukan seorang mayat anak lelaki berumur
sepuluh tahun tersangkut di tiang pelabuhan. Dan kematian telah
mengakibatkan kedai kopi ini berurusan dengan banyak hal. Para kuli kini
harus mulai mengatakan bahwa mereka memang tak bisa terlepas dari
segala macam urusan. <br /><br />Sesuatu yang tak terduga pasti terjadi
setelahnya. Tengoklah, puluhan orang berbondong-bondong dengan sebilah
parang di tangan mereka. Orang-orang ini menjelma sebagai
makhluk-makhluk yang beringas, menabuh genderang perang. Dan
beruntunglah jika para kuli masih sempat memperpanjang nyawa mereka
dengan berlari ke segala arah, melepaskan diri dari serangan segala
urusan di luar diri mereka, yang rupanya kini tanpa disadari telah
menjarah dan merangsek ke dalam tubuh mereka. Orang-orang merasa tak
puas, karena tak seorang kuli pun yang berhasil mereka cincang, dan
membawa serpihan dagingnya pada anak-anak mereka di rumah sambil
mengatakan, "Ini kan orangnya yang telah mengganggu hidup kalian?"
Ketidakpuasan itu harus dituntaskan dengan sesuatu yang lain. "Bakar!
Bakar kedai kopi terkutuk ini!"<br /><br />Siapakah yang paling merasa kehilangan?<br />Malam
di tepian sungai ini, hanya sunyi yang jongkok di atas pepuing kedai
kopi. Ia seperti seseorang yang jongkok menekur diri, sambil bergumam,
"Tidak lebih baik menjadi kuli di negeri sendiri…"</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
***</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />Pekanbaru, 2005</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em>Marhalim Zaini</em> </div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-13285731707493626932012-10-12T02:31:00.000-07:002012-10-12T02:31:30.991-07:00Cerpen Mimpi Terindah Sebelum Mati <div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
RAMADHANI, sekalipun sedang sekarat, aku masih ingat dengan ucapanku
pada suatu kali. Di satuan waktu yang lain, berkali-kali kukatakan kelak
aku akan lebih dulu pergi darimu. "Mati muda," kataku datar. Dan kau
selalu saja mengunci mulutku dengan cara mencium bibirku. Memutus
kata-kataku yang menurutmu tidak pantas. Hanya saja pada satu waktu,
sebelum akhirnya kita harus berpisah untuk meluncur dihembuskan ke perut
bumi, kau sempat menampar pipi kiriku ketika lagi-lagi aku mengulang
kalimat tentang kematian itu. Tidak ada lagi ciuman seperti biasanya.
Aku berpikir mungkin kau sudah tak bisa bersabar menghadapiku. Atau kau
terlalu takut? Padahal aku sudah begitu sering bicara tentang daun yang
bertuliskan namaku di ranting pohon itu. Bahwa dia, kataku, sedang
menguning dan beranjak kering untuk kemudian bersegera gugur. Usianya
sangat pendek, tidak akan sampai menyaingi usia kita di sana. <br /><br />Tetapi
kemudian kita bertemu lagi di tempat yang kita sebut kehidupan. Hanya
saja situasi yang ada sangat berbeda. Kita masih seusia, tetapi tidak
bisa dikatakan sebagai seorang yang dewasa. Bicara saja kita masih tidak
tertata rapi. Ke sana kemari, khas bahasa anak-anak. Semua sangat
berbeda dengan apa yang pernah kita lalui bersama di satuan waktu yang
lampau. Sebelum kita berdua tertiupkan ke alam ini. <br /><br />NAFASKU
terpatah-patah. Aku merasa sangat lelah. Seperti seorang perempuan renta
yang sedang menunggu masa tutup usia. Berjalan hanya dalam khayal yang
sesungguhnya kedua kaki tak pernah melangkah kemana pun. Tapi aku memang
belum tua. Meski juga tak bisa berlari-lari. Aku hanya terus berbaring
dan berbaring. Sejak kepergian ayahku ke surga. Mataku masih menampung
sekian banyak buliran bening yang belum mendapat giliran untuk tumpah.
Aku terlanjur tertidur. Dan kini, aku bermimpi. <br /><br />Ayahku berdiri
dalam nuansa yang begitu lembut namun terkesan asing bagiku. Aku mencoba
memanggilnya, tetapi suaraku tersumbat di tenggorokanku yang kering.
Sudah lama sekali aku tidak minum air lewat mulutku. Hanya selang infus
itu yang terus menembus tangan kananku selama ini. Ayahku begitu sunyi,
seolah tak melihat kehadiranku di sini. Barangkali debur rindu di dadaku
yang membuncah tak cukup keras untuk menjadi tanda keinginanku bertemu
dengannya?<br /><br />Aku melihat lagi gambaran ketika ayahku meninggalkanku dan ibuku. "Ayah harus ke luar negeri," kata ibuku padaku suatu malam. <br /><br />"Untuk apa?" tanyaku. <br />"Untuk
bekerja," sahut ayahku. "Ayah janji tidak akan pergi lama. Kau bisa
menandai hari dengan terus mencoreti setiap penanggalan di kalender meja
kerja ayah. Setiap hari. Dan tanpa kau sadari, ayah sudah akan kembali
di sini." <br /><br />Aku memasang wajah tak percaya, "Ayah janji?"<br />Ayahku mengangguk mantap. Ibuku tersenyum melihat tingkahku. Dan aku mengantarkannya ke bandara dengan berat hati. <br /><br />Selanjutnya,
aku disibukkan dengan mencoreti kalender milik ayahku. Tetapi ayahku
pergi begitu lama. Sampai aku kelelahan menunggu dan mulai malas
mencoreti kalender seperti yang pernah diminta ayah. Aku mulai menangis
dan marah pada ibuku, juga semua orang. Tubuhku melemah karena aku
selalu menolak makanan bahkan minuman. Aku enggan bicara, termasuk pada
teman sepermainanku, Ramadhani. Sampai suatu hari ibuku mengatakan kalau
ayahku tidak akan pulang lagi. "Ayah sudah terbang ke surga," katanya. <br /><br />Sejak
itu aku sangat membenci angka-angka. Aku benci penanggalan dan tidak
mau melihat kalender terpajang di rumah. Aku benci menghitung sesuatu.
Aku juga mulai suka melukai diriku sendiri. Hingga akhirnya aku jatuh
sakit dan harus terbaring di rumah sakit yang bagiku baunya sangat tidak
enak. <br /><br />Bayangan ayahku dan nuansa lembut itu perlahan-lahan
memudar. Aku mencari-cari dan menajamkan pandanganku, tetapi percuma. Di
hadapanku, suasana berganti menjadi demikian putih dan rapat oleh kabut
tebal yang mengeluarkan hawa dingin. Satu sosok laki-laki dewasa tampak
berjalan menembus kabut menuju padaku. Tubuhnya jauh lebih tinggi
dariku. Dia tersenyum dan menggandeng tanganku. Kulit tangannya terasa
begitu halus di telapakku. <br /><br />Sambil mengajakku untuk duduk,
laki-laki itu bercerita tentang langit dan menyebut-nyebut surga. Aku
teringat pada ayahku dan bertanya kepada laki-laki di sebelahku, "Apa
ayahku ada di sana?"<br /><br />"Benar," jawabnya. <br />"Di mana?"<br />"Di langit ke tujuh."<br />"Apa kita bisa ke sana?" tanyaku tak sabar. <br />"Kelak kita akan ke sana. Tapi, ada syaratnya."<br />"Apa syaratnya?" sahutku semangat. <br />"Kau
terlebih dulu harus bisa menghitung jumlah langit itu. Kalau tidak, kau
tidak akan bisa sampai ke tempat ayahmu. Karena kau akan tersesat."<br /><br />"Kalau begitu lupakan! Aku tidak mau menghitung. Aku benci angka-angka!" aku berteriak. <br />"Di langit, kau juga bisa menghitung bintang-bintang." <br />"Aku tidak mau menghitung langit atau apa pun."<br />"Percayalah, kau akan menyukainya."<br />"Untuk apa aku menghitung bintang-bintang?"<br />"Mungkin di sana ayahmu juga sedang menghitung bintang-bintang."<br />"Benarkah?" <br /><br />Laki-laki
itu mengangguk. Aku memeluknya tanpa ragu-ragu. Suasana begitu hening
mengurung kami berdua. Aku menyandarkan kepalaku ke dada laki-laki itu.
Tidak ada suara apa pun di tempat ini, kecuali detak jantungku sendiri.
Degup yang sudah cukup lama ini terasa sangat lemah. Aku menikmati detak
jantungku yang menjelma nada indah tersendiri bagiku. <br /><br />"Apa kita bisa menghitung suara ini?" kataku menunjuk bunyi jantungku. <br />"Ya, tentu. Hitunglah. Akan sangat menyenangkan kalau kita menghitung sesuatu yang kita sukai."<br />"Apa suara ini akan selalu berbunyi selamanya?"<br />"Tidak. Dia akan berhenti, kalau kau sudah mati."<br />"Mati? Pergi ke surga, seperti ayahku? Begitukah?"<br />"Ya."<br />"Kalau aku mati, apa aku bisa bertemu ayahku?"<br />"Tentu saja."<br />"Aku ingin sekali suara ini berhenti berbunyi," kataku pelan.<br />"Ibumu akan bersedih jika kau meninggalkannya," jawab laki-laki itu. <br /><br />"Jangan
beritahu ibuku kalau aku mati. Berjanjilah untuk diam. Seperti yang
dilakukan ibu padaku dulu, ketika ayah meninggalkan kami." <br />"Bagaimana dengan temanmu, Ramadhani?" <br /><br />Aku
terhenyak. Ramadhani? Ah, aku melupakannya. Apa aku tega
meninggalkannya begitu saja? Tapi…bukankah aku sudah mengatakan hal ini
kepadanya dulu, di satuan waktu yang lain? Tentu dia akan mengerti.<br />Aku
baru saja akan mengatakan pada laki-laki itu bahwa Ramadhani akan
baik-baik saja jika harus kutinggalkan, tetapi dia telah lenyap dari
pandanganku. Aku tidak lagi berada dalam pelukannya. Suasana yang putih
berkabut kini berganti dengan taman yang sangat indah dan penuh bunga.
Aroma wangi dari kelopak-kelopak yang bermekaran memenuhi tempat yang
belum pernah sekalipun kutemui ini. <br />Saat itu, di kejauhan, aku
kembali melihat sosok ayahku berdiri sendiri. Kali ini dia menatap ke
arahku dan tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan berjalan
menujunya. Tetapi pandanganku mendadak mengabur. Aku berjalan terus
sampai semuanya semakin tak terlihat olehku. Aku menghentikan langkahku
dengan rasa kecewa. <br />Aku teringat pada teman kecilku. Ramadhani,
kalau setelah ini aku harus pergi, maka semua yang kulihat barusan akan
menjadi satu mimpi terindah sebelum matiku. Kataku dalam hati.<br /><br />AKU
lihat kau duduk di samping pembaringanku. Matamu teduh tetapi
berkaca-kaca. Ruangan rumah sakit ini lebih tampak seperti kamar mayat.
Dingin, sepi, dan jiwa-jiwa yang beku. Aku masih tertidur. Sesekali
berteriak menyapamu, tetapi kau tak mendengarku. Mimpi yang kulihat
masih tersisa dengan kaburnya. Kau takkan percaya, Ramadhani, aku
bertemu ayahku dalam mimpiku. <br /><br />Aku teringat dunia yang lain.
Waktu kau, Ramadhani, menciumi bibirku ketika aku bicara tentang mati.
Tapi kini kau tampak sedikit berbeda. Wajahmu terlihat sangat ketakutan
seolah sedang menonton opera kematian. Dan, ah, Ramadhani, lihat! Ayahku
datang lagi. Mimpiku jelas kembali. Dengan cepat aku menenggelamkan
diri di gambaran mimpiku.<br /><br />Di belakangku, ayahku merentangkan
tangannya untukku. Dadaku penuh rasa rindu yang tak tertawar lagi.
Dan…di arah yang berlawanan, "Hei, itu kau, Ramadhani. Kau juga di
sini?" tanyaku. Tapi kau diam. Kaku. Tak lama kemudian kau memanggil
namaku dengan sangat pelan. Nyaris tak terdengar olehku. Sebenarnya kau
mau aku datang padamu atau tidak?<br /><br />Aku tak bisa memilih. Antara
ayahku dan kau, dalam mimpiku. Napasku sudah total terengah-engah. Ini
melelahkan, Ramadhani. Tetapi juga menyenangkan. Pengalaman unik yang
tak bisa sembarangan diceritakan. Aku yakin sekali ini jauh lebih
menarik daripada menghitung langit atau bintang. <br /><br />Kemudian semua
terpastikan. Seseorang di atas kepalaku, menarik sesuatu dari tubuhku.
Ada yang terlepas dengan begitu lekas. Sangat cepat, tetapi sempat
membuatku tercekat. <br /><br />Aku lupa semua mimpiku. Tiba-tiba ayahku
sudah memelukku dengan eratnya. Sementara kau menangis di pelukan ibuku,
di ujung pembaringanku. Dokter mencabut selang infusku. Aku berteriak
untukmu, "Aku akan merindukan ciumanmu, Ramadhani." Tapi lagi-lagi kau
tak dapat mendengarku, melainkan hanya terus menangis. </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
***<br /><br /><em>Sidoarjo-Yogyakarta, 2004-2005</em></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<em> </em><em>Maya Wulan</em></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-40154503366630232592012-10-12T02:25:00.000-07:002012-10-12T02:25:05.315-07:00Cerpen, Cincin Bernama<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Saat pertama melihat tampangnya, tak sedikit pun aku menduga bakal mengalami kecelakaan ini: jatuh cinta! Ia tidak tampan. Bahkan tampilan fisiknya boleh disebut kusut. Gondrong sebahunya pasti hanya sesekali disisir dengan jemari tangannya. Dan ketika hidungku hanya berjarak beberapa senti dari tubuhnya, tak ada yang bisa tertangkap selain aroma keringatnya yang berbaur dengan bau kerak nikotin yang sangat menyengat. Ia laki-laki yang selalu berasap.<br /><br />Ia juga susah dimasukkan ke dalam kelompok laki-laki supel yang gampang akrab. Bahkan aku baru bisa bercakap-cakap dengannya dalam arti yang sesungguhnya setelah nyaris putus asa. Hari pertama, aku hanya mendapatkan senyuman hambarnya. Aku belum mendapatkan sedikit pun alasan untuk tertarik padanya. Hari kedua, kami baru berjabat tangan, dan kusebut namaku, dan ia sebut namanya.<br /><br />"Ouw, aku sudah kenal nama itu. Kau cukup banyak menulis artikel seputar persoalan perempuan, kan?"<br /><br />Aku sedikit terkejut, padahal sudah menduga sebelumnya jika ia akan berkomentar seperti itu setelah kusebut namaku.<br /><br />"Aku juga cukup banyak membaca tulisan-tulisanmu," kataku, yang kemudian dia sambut dengan ucapan terima kasih. Padahal, di dalam hati aku berkata, "Sayang, kau tak sehangat tulisan-tulisanmu. Kupikir kau orangnya hangat, menarik, tak akan pernah kehabisan bahan cerita. Eh, ternyata nyaris gagap di "darat"! Laki-laki yang tidak menarik!"<br /><br />Tetapi kekecewaanku lebih dari sekadar terobati ketika menyaksikan penampilannya di depan forum. Di antara moderator dan tiga orang pemakalah yang dipanelkan di dalam sesi itu, ia benar-benar jadi bintang. Tiba-tiba aku melihat dia dengan wajah baru, dengan kesegaran baru, dengan semangat baru. Dia tidak lagi gagap, bahkan terkesan garang, walau tidak segarang tulisan-tulisannya yang selama ini aku kenali (catatan: kemudian aku tahu bahwa sekian banyak tulisannya tidak aku kenali sebagai tulisannya karena dia menulis dengan beberapa nama samaran). Tiba-tiba aku melihat auranya menjadi sedemikian cemerlang. Ia menjadi sangat menarik, bahkan sangat merangsang! Aku pun kasmaran. Benar sekali kata Diat, temanku, bahwa bagian tubuh paling seksi itu adalah otak!<br /><br />Maka, begitu ia turun dari tempatnya, aku ikutan menghambur untuk menyalaminya, mengucapkan selamat atas kesuksesannya sebagai pembicara, dan yang paling penting adalah memuaskan diri, menghisap aroma keringatnya yang tak jadi soal lagi walau berbaur dengan bau kerak nikotin yang sangat menyengat itu. Ini hari keempat. Dan pada hari keenam, aku harus sudah meninggalkan kota dengan segudang sebutan ini: Kota Budaya, Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota "Seks in the Kost".*)<br /><br />Hari kelima, waktu istirahat dan makan siang, aku sudah menjadi akrab dengannya. Dari sorot matanya aku tahu betul bahwa diam-diam ia pun mengagumiku. "Pertanyaanmu tadi sangat cerdas," pujinya. Aku tidak terkejut, tetapi sedikit kecewa. Aku ingin ia bilang aku cantik. Ah!<br /><br />Lalu kami berdiskusi sambil makan, minum, dan sebentar kemudian ia menjadi laki-laki berasap. Rokoknya sambung-menyambung. Tetapi anehnya, aku makin kerasan berada di dekatnya. Waktu pun seperti makin bersicepat. Hanya tinggal satu hari satu malam kesempatan tinggal di tempat yang sangat menyenangkan ini.<br /><br />"Setelah ini inginmu masuk ke ruang apa?" tanyaku tiba-tiba, dan aku pun kaget sendiri, membayangkan dia tahu persis apa motivasi pertanyaan itu.<br /><br />"Sebenarnya aku sudah sangat jenuh. Mereka hanya mengulang-ulang kalimat-kalimat lama. Persoalan-persoalan lama. Lagu lama. Aku sih pengin jalan-jalan saja. Esok sudah hari terakhir. Tapi…."<br /><br />"Boleh aku ikut?"<br />"Oh, ya? Sebenarnya aku mau ajak Titok, tetapi dia pulang tadi pagi, ditelepon istrinya. Katanya ada sesuatu yang penting yang mesti cepat ia selesaikan."<br />"O, Titok yang dari Solo itu, ya?"<br />"Ya. Kenal dia?"<br />"Kenal, terutama dari tulisan-tulisannya."<br />"Ya, aku juga suka membaca tulisan-tulisannya. Aku juga baru mengenalnya secara langsung di sini, terutama karena harus sekamar dengannya."<br /><br />Sebentar kemudian kami sudah berada di sebuah taksi. Keliling kota. Turun di warung ikan bakar, makan sama-sama, lalu jalan kaki sama-sama. Lelah, naik taksi lagi, turun, jalan-jalan lagi, begitu entah sampai berapa kali ganti taksi. Lalu, tiba-tiba kami sudah berada di pusat kota. Orang bilang, belumlah sempurna mengenal kota ini tanpa pernah menyusuri jalan yang satu ini.<br /><br />"Jika aku ingin memberimu tanda mata, apa yang kauinginkan?" demikian pertanyaannya, sangat mengejutkanku! Dan yang lebih mengejutkanku lagi adalah jawaban spontanku, "Cincin!"<br /><br />"Oh, ya?"<br />"Tapi bukan cincin emas. Aku menginginkan sebentuk cincin perak. Kau mau membelikannya untukku? Lalu, sebagai kenang-kenangan dariku, apa yang sebaiknya kubeli untukmu?"<br />"Cincin."<br />"Ha?"<br />"Aku sudah punya cincin emas, aku juga ingin punya cincin perak, yang di lingkar dalamnya terukir namamu."<br />"Hah…?"<br />"Apakah permintaanku berlebihan?"<br /><br />Aku tidak memberikan jawaban berupa kata-kata untuk pertanyaan itu. Tetapi kemudian aku penuhi permintaannya dan dipenuhi pula permintaanku. Kami, masing-masing mendapatkan sebentuk cincin "bernama". Ada namaku pada cincin yang kubeli untuknya, dan ada namanya pada cincin yang dia beli untukku. Aku merasa sangat senang, jika terlalu berlebihan untuk disebut bahagia. Rasanya seperti ketika waktu kanak-kanak dulu mendapatkan baju baru, atau hadiah menarik dari ayah atau ibu. Hatiku berbunga-bunga. Bunga warna-warni: merah, kuning, putih, biru. Aku hampir saja melompat ke dadanya yang kerempeng itu. Coba, jika benar itu kulakukan dan kemudian ia terjengkang dan terkapar dalam keadaan aku bertahta di atas dadanya, betapa konyolnya. Hahaa, sebenarnya aku ingin mengatakan, "Betapa dramatiknya!"<br /><br />Kemudian tibalah saat yang menyedihkan itu. Acara berakhir, dan aku harus berpisah dengannya.<br /><br />"Kau selalu di hatiku," gombalnya.<br />"Ah, terlalu dalam. Aku ingin berada di atas dadamu saja," lucuku.<br />Tetapi dia tidak tertawa. Aku juga. Kami benar-benar bersedih.<br />"Jangan bosan-bosan membalasnya, aku akan rajin mengirimimu SMS," pintanya.<br />"Tentu. Bisa jadi aku akan lebih rajin mengirimimu."<br />"Ya, kirimkan rindumu padaku."<br />"Tentu!"<br /><br />Di bandara kulihat matanya berkaca-kaca. Sayang, kami harus menaiki pesawat yang berbeda. Ada keharuan yang mendesak-desak ketika kami saling melambaikan tangan. Sama-sama melambaikan tangan kiri, sekalian untuk saling meyakinkan bahwa kami memakai cincin bernama itu di jari manis kami. Aku yakin dia tidak sedang berbasa-basi. Seperti aku, tidak sedang berbasa-basi. Kini, aku sedang melayang-layang menyibak gugusan awan, lalu menukik tajam, bagai tersedot mulut jurang tanpa dasar itu: cinta!<br /><br />Berlama-lama aku memandangi sebentuk cincin yang melingkar di jari manisku ini. Lalu kulepas, kupandangi deretan huruf di lingkar dalamnya, sebelum kemudian kupakai lagi, kulepas lagi, kupakai lagi… Pikiran dan perasaanku menjadi sangat sibuk. Seolah aku sudah tidak kuasa mengendalikan diri. Tiba-tiba aku sudah menyalakan komputer.<br /><br />"Thing, thung, thing…."<br />Ouw! Itu suara ponselku jika menerima SMS.<br />"Aku mulai gelisah, cemas, dan merasa kesepian. Aku merindukanmu!"<br />"Oh, aku juga."<br />"Aku yakin, aku sangat mencintaimu."<br />"Rasanya, aku juga."<br />"Oh, ya? Kita menikah saja, ya?"<br />"Hm, secepat ini kaubuat keputusan? Aku takut kau sedang mabuk."<br />"Mabuk? Aku tak suka minum."<br />"Mabuk asmara, maksudku."<br />"Ah, percayalah padaku."<br />"Aku percaya. Tetapi kapan kita akan menikah?"<br />"Sekarang juga!"<br />"Ha…? Sekarang…?"<br />"Ya. Kunikahi kau dengan segenap cintaku. Tak sabar lagi aku untuk memanggilmu sebagai istriku."<br />"Ya, kuterima cintamu. Aku bersedia menjadi istrimu, suamiku!"<br />"Oh, istriku….!"<br />"Ya, suamiku…!"<br />"Chpmshshmmmm…..!"<br />"Mmmmuach…!"<br />Lagi, di depan komputer, berlama-lama kupandangi sebentuk cincin yang melingkar di jari manis ini. Lalu, kulempar ke dalam keranjang sampah sekantung cincin bernama yang kubangga-banggakan selama ini. Dan sambil sesekali membalas SMS "suamiku", aku pun mulai menulis, "Saat pertama melihat tampangnya, tak sedikit pun aku menduga bakal mengalami kecelakaan ini: jatuh cinta! Ia tidak tampan…."</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
***<br />Temanggung, 2004</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Rini T.S.
<br /></i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-27518073170057913212012-10-12T02:22:00.001-07:002012-10-12T02:22:30.135-07:00Cerpen, Sang Primadona <div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Apa yang harus aku lakukan? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing.<br />Apabila
masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan
pemecahannya, aku khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi
kesehatan dan kegiatanku dalam masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua
permataku yang manis-manis: Gita dan Ragil.<br /><br />Tapi agar jelas, biarlah aku ceritakan lebih dahulu dari awal.<br />Aku
lahir dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah-- kecukupan. Aku
dianugerahi Tuhan wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan.
Sejak kecil aku sudah menjadi "primadona" keluarga. Kedua orang tuaku
pun, meski tidak memanjakanku, sangat menyayangiku.<br /><br />Di sekolah,
mulai SD sampai dengan SMA, aku pun --alhamdulillah-juga disayangi
guru-guru dan kawan-kawanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam
perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara.<br /><br />Ketika
di SD aku pernah menjadi juara I lomba menari. Waktu SMP aku mendapat
piala dalam lomba menyanyi. Bahkan ketika SMA aku pernah menjuarai lomba
baca puisi tingkat provinsi.<br /><br />Tapi sungguh, aku tidak pernah
bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibu kota seperti sekarang ini.
Cita-citaku dari kecil aku ingin menjadi pengacara yang di setiap
persidangan menjadi bintang, seperti sering aku lihat dalam film. Ini
gara-gara ketika aku baru beberapa semester kuliah, aku memenangkan
lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan
main film. Kuliahku pun tidak berlanjut.<br /><br />Seperti umumnya
artis-artis popular di negeri ini, aku pun kemudian menjadi incaran
perusahaan-perusahaan untuk pembuatan iklan; diminta menjadi presenter
dalam acara-acara seremonial; menjadi host di tv-tv; malah tidak jarang
diundang untuk presentasi dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh
cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh jadi aku hanya dijadikan alat
menarik peminat. Tapi apa rugiku? Asal aku diberi honor standar, aku tak
peduli.<br /><br />Soal kuliahku yang tidak berlanjut, aku menghibur diriku
dengan mengatakan kepada diriku, "Ah, belajar kan tidak harus di bangku
kuliah. Lagi pula orang kuliah ujung-ujungnya kan untuk mencari materi.
Aku tidak menjadi pengacara dan bintang pengadilan, tak mengapa;
bukankah kini aku sudah menjadi superbintang. Materi cukup."<br /><br />Memang
sebagai perempuan yang belum bersuami, aku cukup bangga dengan
kehidupanku yang boleh dikata serba kecukupan. Aku sudah mampu membeli
rumah sendiri yang cukup indah di kawasan elite. Ke mana-mana ada mobil
yang siap mengantarku. Pendek kata aku bangga bisa menjadi perempuan
yang mandiri. Tidak lagi bergantung kepada orang tua. Bahkan kini
sedikit-banyak aku bisa membantu kehidupan ekonomi mereka di kampung.
Sementara banyak kawan-kawanku yang sudah lulus kuliah, masih
lontang-lantung mencari pekerjaan.<br /><br />Kadang-kadang untuk sekadar
menyenangkan orang tua, aku mengundang mereka dari kampung. Ibuku yang
biasanya nyinyir mengomentari apa saja yang kulakukan dan menasehatiku
ini-itu, kini tampak seperti sudah menganggapku benar-benar orang
dewasa. Entah kenyataannya demikian atau hanya karena segan kepada
anaknya yang kini sudah benar-benar hidup mandiri. Yang masih selalu ibu
ingatkan, baik secara langsung atau melalui surat, ialah soal ibadah.<br /><br />"Nduk, ibadah itu penting. Bagaimana pun sibukmu, salat jangan kamu abaikan!"<br /><br />"Sempatkan membaca Quran yang pernah kau pelajari ketika di kampung dulu, agar tidak hilang."<br /><br />"Bila kamu mempunyai rezeki lebih, jangan lupa bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim."<br /><br />Ya,
kalimat-kalimat semacam itulah yang masih sering beliau wiridkan.
Mula-mula memang aku perhatikan; bahkan aku berusaha melaksanakan
nasihat-nasihat itu, tapi dengan semakin meningkatnya volume kegiatanku,
lama-lama aku justru risi dan menganggapnya angin lalu saja.<br /><br />Sebagai
artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku. Tapi ada
seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar sekarang
ini. Tidak. Ia tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku
habis-habisan. Ini ia tunjukkan tidak hanya dengan hampir selalu hadir
dalam even-even di mana aku tampil; ia juga setia menungguiku shoting
film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila
berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya
untuk menyatakan kangen.<br /><br />Di antara mereka yang mengagumiku,
lelaki yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha
yang sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek
kata, akhirnya aku takluk di hadapan kegigihannya dan kesabarannya. Aku
berhasil dipersuntingnya. Tidak perlu aku ceritakan betapa meriah pesta
perkawinan kami ketika itu. Pers memberitakannya setiap hari hampir dua
minggu penuh. Tentu saja yang paling bahagia adalah kedua orang tuaku
yang memang sejak lama menghendaki aku segera mengakhiri masa lajangku
yang menurut mereka mengkhawatirkan.<br /><br />Begitulah, di awal-awal
perkawinan, semua berjalan baik-baik saja. Setelah berbulan madu yang
singkat, aku kembali menekuni kegiatanku seperti biasa. Suamiku pun
tidak keberatan. Sampai akhirnya terjadi sesuatu yang benar-benar
mengubah jalan hidupku.<br /><br />Beberapa bulan setelah Ragil, anak
keduaku, lahir, perusahaan suamiku bangkrut gara-gara krisis moneter.
Kami, terutama suamiku, tidak siap menghadapi situasi yang memang tidak
terduga ini. Dia begitu terpukul dan seperti kehilangan keseimbangan.
Perangainya berubah sama sekali. Dia jadi pendiam dan gampang
tersinggung. Bicaranya juga tidak seperti dulu, kini terasa sangat sinis
dan kasar. Dia yang dulu jarang keluar malam, hampir setiap malam
keluar dan baru pulang setelah dini hari. Entah apa saja yang
dikerjakannya di luar sana. Beberapa kali kutanya dia selalu
marah-marah, aku pun tak pernah lagi bertanya.<br /><br />Untung, meskipun
agak surut, aku masih terus mendapatkan kontrak pekerjaan. Sehingga,
dengan sedikit menghemat, kebutuhan hidup sehari-hari tidak terlalu
terganggu. Yang terganggu justru keharmonisan hubungan keluarga akibat
perubahan perilaku suami. Sepertinya apa saja bisa menjadi masalah.
Sepertinya apa saja yang aku lakukan, salah di mata suamiku. Sebaliknya
menurutku justru dialah yang tak pernah melakukan hal-hal yang benar.
Pertengkaran hampir terjadi setiap hari.<br /><br />Mula-mula, aku mengalah.
Aku tidak ingin anak-anak menyaksikan orang tua mereka bertengkar. Tapi
lama-kelamaan aku tidak tahan. Dan anak-anak pun akhirnya sering
mendengar teriakan-teriakan kasar dari mulut-mulut kedua orang tua
mereka; sesuatu yang selama ini kami anggap tabu di rumah. Masya Allah.
Aku tak bisa menahan tangisku setiap terbayang tatapan tak mengerti dari
kedua anakku ketika menonton pertengkaran kedua orang tua mereka.<br /><br />Sebenarnya
sudah sering beberapa kawan sesama artis mengajakku mengikuti kegiatan
yang mereka sebut sebagai pengajian atau siraman rohani. Mereka
melaksanakan kegiatan itu secara rutin dan bertempat di rumah mereka
secara bergilir. Tapi aku baru mulai tertarik bergabung dalam kegiatan
ini setelah kemelut melanda rumah tanggaku. Apakah ini sekadar pelarian
ataukah --mudah-mudahan-- memang merupakan hidayah Allah. Yang jelas aku
merasa mendapatkan semacam kedamaian saat berada di tengah-tengah
majelis pengajian. Ada sesuatu yang menyentuh kalbuku yang terdalam,
baik ketika sang ustadz berbicara tentang kefanaan hidup di dunia ini
dan kehidupan yang kekal kelak di akhirat, tentang kematian dan amal
sebagai bekal, maupun ketika mengajak jamaah berdzikir.<br /><br />Setelah
itu, aku jadi sering merenung. Memikirkan tentang diriku sendiri dan
kehidupanku. Aku tidak lagi melayani ajakan bertengkar suami. Atau
tepatnya aku tidak mempunyai waktu untuk itu. Aku menjadi semakin rajin
mengikuti pengajian; bukan hanya yang diselenggarakan kawan-kawan artis,
tapi juga pengajian-pengajian lain termasuk yang diadakan di RT-ku.
Tidak itu saja, aku juga getol membaca buku-buku keagamaan.<br /><br />Waktuku
pun tersita oleh kegiatan-kegiatan di luar rumah. Selain pekerjaanku
sebagai artis, aku menikmati kegiatan-kegiatan pengajian. Apalagi
setelah salah seorang ustadz mempercayaiku untuk menjadi "asisten"-nya.
Bila dia berhalangan, aku dimintanya untuk mengisi pengajian. Inilah
yang memicu semangatku untuk lebih getol membaca buku-buku keagamaan. O
ya, aku belum menceritakan bahwa aku yang selama ini selalu mengikuti
mode dan umumnya yang mengarah kepada penonjolan daya tarik tubuhku,
sudah aku hentikan sejak kepulanganku dari umrah bersama kawan-kawan.
Sejak itu aku senantiasa memakai busana muslimah yang menutup aurat.
Malah jilbabku kemudian menjadi tren yang diikuti oleh kalangan
muslimat.<br /><br />Ringkas cerita; dari sekadar sebagai artis, aku
berkembang dan meningkat menjadi "tokoh masyarakat" yang diperhitungkan.
Karena banyaknya ibu-ibu yang sering menanyakan kepadaku mengenai
berbagai masalah keluarga, aku dan kawan-kawan pun mendirikan semacam
biro konsultasi yang kami namakan "Biro Konsultasi Keluarga Sakinah
Primadona". Aku pun harus memenuhi undangan-undangan --bukan sekadar
menjadi "penarik minat" seperti dulu-- sebagai nara sumber dalam
diskusi-diskusi tentang masalah-masalah keagamaan,
sosial-kemasyarakatan, dan bahkan politik. Belum lagi banyaknya undangan
dari panitia yang sengaja menyelenggarakan forum sekadar untuk
memintaku berbicara tentang bagaimana perjalanan hidupku hingga dari
artis bisa menjadi seperti sekarang ini.<br /><br />Dengan statusku yang
seperti itu dengan volume kegiatan kemasyarakatan yang sedemikian
tinggi, kondisi kehidupan rumah tanggaku sendiri seperti yang sudah aku
ceritakan, tentu semakin terabaikan. Aku sudah semakin jarang di rumah.
Kalau pun di rumah, perhatianku semakin minim terhadap anak-anak;
apalagi terhadap suami yang semakin menyebalkan saja kelakuannya. Dan
terus terang, gara-gara suami, sebenarnyalah aku tidak kerasan lagi
berada di rumahku sendiri.<br /><br />Lalu terjadi sesuatu yang membuatku
terpukul. Suatu hari, tanpa sengaja, aku menemukan sesuatu yang
mencurigakan. Di kamar suamiku, aku menemukan lintingan rokok ganja.
Semula aku diam saja, tapi hari-hari berikutnya kutemukan lagi dan lagi.
Akhirnya aku pun menanyakan hal itu kepadanya. Mula-mula dia seperti
kaget, tapi kemudian mengakuinya dan berjanji akan menghentikannya.<br /><br />Namun
beberapa lama kemudian aku terkejut setengah mati. Ketika aku baru naik
mobil akan pergi untuk suatu urusan, sopirku memperlihatkan bungkusan
dan berkata: "Ini milik siapa, Bu?"<br /><br />"Apa itu?" tanyaku tak mengerti.<br />"Ini barang berbahaya, Bu," sahutnya khawatir, "Ini ganja. Bisa gawat bila ketahuan!"<br />"Masya Allah!" Aku mengelus dadaku. Sampai sopir kami tahu ada barang semacam ini. Ini sudah keterlaluan.<br /><br />Setelah
aku musnahkan barang itu, aku segera menemui suamiku dan berbicara
sambil menangis. Lagi-lagi dia mengaku dan berjanji kapok, tak akan lagi
menyentuh barang haram itu. Tapi seperti sudah aku duga, setelah itu
aku masih selalu menemukan barang itu di kamarnya. Aku sempat berpikir,
jangan-jangan kelakuannya yang kasar itu akibat kecanduannya mengonsumsi
barang berbahaya itu. Lebih jauh aku mengkhawatirkan pengaruhnya
terhadap anak-anak.<br /><br />Terus terang aku sudah tidak tahan lagi.
Memang terpikir keras olehku untuk meminta cerai saja, demi
kemaslahatanku dan terutama kemaslahatan anak-anakku. Namun seiring
maraknya tren kawin-cerai di kalangan artis, banyak pihak terutama
fans-fansku yang menyatakan kagum dan memuji-muji keharmonisan kehidupan
rumah tanggaku. Bagaimana mereka ini bila tiba-tiba mendengar --dan
pasti akan mendengar-- idolanya yang konsultan keluarga sakinah ini
bercerai? Yang lebih penting lagi adalah akibatnya pada masa depan
anak-anakku. Aku sudah sering mendengar tentang nasib buruk yang menimpa
anak-anak orang tua yang bercerai. Aku bingung.<br /><br />Apa yang harus
aku lakukan? Apakah aku harus mengorbankan rumah tanggaku demi kegiatan
kemasyarakatanku, ataukah sebaiknya aku menghentikan kegiatan
kemasyarakatan demi keutuhan rumah tanggaku? Atau bagaimana? Berilah aku
saran! Aku benar-benar pusing!</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
***</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i><span style="font-style: italic;">A. Mustofa Bisri</span> </i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-40065130879630621342012-10-11T11:43:00.001-07:002012-10-11T11:43:19.289-07:00Cerpen CINTA 13 HARI<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Icha merebahkan tubuh nya di kursi teras rumah nya , kelihatan sangat lelah sekali , Icha baru pulang sekolah , wajah nya yang merah merona karna terbakar panas matahari tak bisa menyembunyikan rasa lelah dalam dirinya . Tiba- tiba Icha di kejutkan oleh sms dari sahabat nya Renata .<br />Renata Message :<br />“cha , ntr mlm jd kan nonton konser nya ?<br />Harus jadi yach , aku punya 2 tiket nech ?<br />Icha Message : <br />“ship dah , :)<br />Renata Message :<br />“okey, kita barengan sepupu aku yach dri luar kota , <br />Katanya dia mau ikutan nonton “<br />Icha Message :<br />“ O.K , <br /> Icha pun langsung masuk ke kamar nya untuk beristirahat .<br />Nanti malam adalah acara konser dari group band ternama yaitu BONDAN FEAT FADE 2 BLACK , Kebetulan Icha dan Renata salah satu fans nya Bondan so, wajib nonton tuch .<br />****<br />Malam pun ,tiba terlihat Icha sudah siap untuk beranjak pergi bersama Renata .<br />Setiba nya di rumah Renata , Icha sedikit heran soalnya dirumah Renata sudah di penuhi oleh kumpulan cowok –cowok dan Icha belum mengenal nya sama sekali .<br />“Eh icha , ngapain bengong di luar , mari masuk, sambut Renata .<br />“emm, gak kok , sedikit gugup.<br />“ohw iya cha , kenalin ini Sepupu aku IVAN , yang aku ceritain td siang , <br />“Icha , sambil mengulurkan tangan nya ke arah IVAN, <br />“IVAN , sambil tersenyum , <br />Tak lupa juga IVAN juga memperkenalkan teman- teman nya kepada Icha .<br />Mereka pun berangkat menuju tempat Konser berlangsung .<br />Terlihat acara sudah di mulai . Icha dan Renata terlihat senang sekali karna bisa menyaksikan langsung konser itu meski agak sedikit jauh dari panggung .<br />Setengah jam konser telah berlangsung , diam- diam Icha memperhatikan Ivan dari kejauhan , <br />Sesekali Ivan senyum ke arah Icha ,<br />*******<br />Pagi yang sangat dingin , berhubung cuaca lagi hujan, Icha terasa enggan membuka mata nya , tapi lama kelamaan , Icha pun dengan terpaksa harus bangun dan harus siap- siap untuk berangkat ke sekolah . <br />Icha pun menuju ke meja makan untuk sarapan , sedang asyik nya Icha menyantap makanan nya itu, tiba – tiba hp Icha bergetar. Dari nomor yang tidak di kenal , dan itu membuat Icha penasaran .<br />Icha pun membuka pesan itu yang hanya sekedar sapaan selamat pagi .<br />Tanpa ada inesial pengirim nya .lalu Icha pun menanyakan si pengirim sms itu .<br />Mereka pun saling balas sms , Ternyata si pengirim sms itu adalah IVAN sepupunya Renata ,tapi sms terhenti saat Icha menyakan dapat Nomor hp nya dari siapa .<br />Icha sudah menduga kalau Ivan dapat nomor hp nya dari Renata ,secara Renata kan sepupuan sama Ivan . tanpa banyak fikir lagi Icha pun menanyakan hal itu kepada Renata .berhubung Icha dan Renata beda sekolah , Icha hanya bisa menanyakan hal itu kepada Renata lewat sms. <br />Icha message :<br />“ta, kmu yach yang ngasi nmr hap aq ke IVAN, sepupu mu itu ?<br />Renata message : <br />“ owh , iyac cha, maaf yach aq lupa ngasi tau km sebelum nya, <br />Piece <br />Icha message “<br />“ yach gk p2 sech , cma wkt aq tnya dpt nmr q dr siapa dia nya gk blz lagi , <br />Cuek amat !<br />Renata Message :<br />“ehehe iyah dia emang rada cuek gt cha , tpi asyik kok anak nya . <br />Yach lanjutin aja mz an nya , ehheheh<br />Icha Message :<br />“ idiiiihhh , cuek gtu ta, gak asyik ta , hemmm<br />Renata message :<br />“yach , km blm kenal dia lbh jauh sech , coba aja “<br />Ehehehe>>><br /><br />Icha hanya bisa menarik nafas , melihat sms dari Renata itu , tanpa balik membalas dan berlalu meninggalkan nya . <br />Icha asyik dengan buku yang di baca nya , tiba- tiba ia teringat pembicaraan Renata tadi pagi , <br />Ivan, iyah untuk kali ini Ivan yang jadi sasaran objek di fikiran nya , <br />Sikap Ivan yang cuek , membuat Icha penasaran dan ada rasa ingin lebih jauh mengenal nya , <br />Lain hal nya dengan Icha yang sudah terkenal rada “bawell “ dan mungkin seluruh dunia juga tau akan kebawelan nya .<br />*********<br /><br />Waktu terus berlalu , Icha dan Ivan pun semakin akrab , saling berbagi cerita , Ternyata sifat cuek nya Ivan membuat Icha ingin lebih jauh mengenal nya , ada rasa yang tak biasa yang di rasakan oleh Icha , serasa ada getaran dalam jiwa menggugah seluruh tubuh Icha , inikah cinta ? cinta pada pandangan yang untuk kesekian kalinya .Tak dapat di pungkiri , ternyata Ivan juga merasakan hal yang sama . sifat bawel nya Icha membuat ia merindukan nya , >><br /><br />Sungguh perkenalan yang begitu singkat , seiring berjalan nya waktu , Ivan menyatakan perasaan nya kepada Icha , ,,,, dan itu membuat I cha bahagia, ia tidak menyangka ternyata Ivan juga punya rasa yang sama , tapi rasa suka Icha tak membuat Icha begitu saja menerima Ivan, ia pun meminta waktu kepada Ivan untuk memikirkan semuanya . berhubung Icha dan Ivan tinggal berjauhan , hal itu juga lah yang membuat Icha merasa ragu .<br /><br />******<br />3 hari berlalu , dan waktu icha memberikan jawaban kepada Ivan , tak dapat di pungkiri , Icha juga tidak dpat membohongi perasaan nya , ia juga suka sama Ivan , dannnnn>><br />Icha pun menerima nya . Icha menerima Ivan sebagai pacar nya. Dua hati menyatu dalam satu ikatan cinta , iyach , Ivan dan Icha , dunia seakan menjadi milik berdua, tak ada yang bisa di ungkapkan Icha selain rasa bahagia , yang mengisi relung hati nya . <br />Tak juga ketinggalan Renata sahabat nya Icha pun ikut senang mengetahui hal itu .<br />*****<br />Walaupun Icha dan Ivan terpisah jarak dan waktu , tapi itu tidak menyurutkan niat kedua insan tersebut. Dan mereke punya gelar masing – masing Icha memanggil Ivan dengan sebutan Pangeran Cuek , begitu pula hal nya dengan Ivan memanggil Icha dengan sebutan putri bawel . Itu menambah betapa romantisnya percintaan mereka .<br />*****<br />Hari ini Icha merasa perasaan nya tidak enak , keringat dingin bercucuran membasahi tubuh nya , jantung nya berdetag tak menentu . , ia pun hari ini heran akan diri nya , di tambah lagi dari pagi sampai siang begini tidak ada kabar tentang Ivan , tidak seperti biasanya Ivan yang selalu saja sms Icha meski hanya ucapan selamat pagi . <br />Pelajaran kosong Icha coba untuk sms Ivan , tapi tidak ada balasan . <br />Icha trus bersabar akan hal ini , “duhh , dsar pangeran cuek , kambuh lagi nech penyakit “gerutu Icha dalam hati . Icha pun meminta tolong kepada sahabat nya Renata untuk coba menghubungi Ivan .<br />Icha message :<br />“ta, maaf ganggu , bsa bantu aq gak ? , pliase ???<br />Renata message :<br />“gak ganggu kok? Bantu apa, aq usahain .<br />Icha message :<br />“gini , Ivan dari td pagi susah d hubungin, yach aku takut aja terjadi sesuatu sama dia , ta ?<br />Renata message :<br /> Cie- cie , khawatir amat nech putri bawel , oke dech ntr aku coba hubungin dia , “<br />Icha message :<br />“huh dasar , yaa udah jangan ngeledek ! mksih sebelum nya , ntr kabarain aq yach , “<br /><br /><br />******<br />Icha masih gelisah dengan keadaan ini , dan ia juga berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal ini , <br />Ia juga berharap semoga Ivan si pangeran cuek baik- baik saja . <br />Icha menarik nafas dan ia pun memutuskan untuk kekantin saja sekedar mengisi perut , berhubung lagi pelajaran kosong . dan ia juga mengajak Dian teman sebangku nya itu , tapi ternyata Dian sedang tidak enak badan , katanya sech kepala nya pusing , badan nya panas. Kemungkinan Dian demam , Icha pun tidak tinggal diam , ia pun membawa Dian ke ruang UKS dengan di bantu oleh beberapa teman sekelas nya .<br />*******<br />Setelah dari UKS , Icha pun kembali ke kelas nya dan mengurungkan niat nya untuk ke kantin , tapi ada yang berbeda saat ia kembali ke kelas nya . semua mata tertuju pada nya ada juga yg sedang menertawakan nya .Icha heran , apa ada yang aneh dalam diri nya ? terlihat di pojok kelas si Andre salah satu teman sekelas Icha yang juga rada Jahil sedang memegang hp Icha ,<br />Oh mai Gat !!!!!! si Andre lagi asyik membacakan sms dari Ivan . Icha pun dengan cepat merebut hp nya kembali .Betapa malu nya Icha saat itu , semua mata tertuju kepada Icha , di tambah lagi isi dari sms itu adalah kata putus dari Ivan. <br /><br />Hati Icha hancur lebih dari berkeping – keping , .<br />****** <br />Icha masih duduk di dekat jendela kamar nya , rintikan hujan mewakili hati Icha yang hampir rapuh , Icha masih larut dalam kesedihan nya . dan ia masih tidak bisa percaya bahwa Ivan secepat itu mengakhiri hubungan mereka hanya karna alasan Ivan tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh .Lalu kenapa waktu itu ia ucapkan kata cinta , .<br />Icha tersenyum sinis , mengingat hubungan nya bersama Ivan hanya sampai 13 hari saja , <br />Dan itulah resiko yang harus Icha nikmati sekarang atas keputusan nya .<br />Icha pun di kejutkan sms dari Ivan yang berisikan kata maaf , dan tidak satupun dari sms Ivan di balas nya . <br />Malam semakin larut , tpi Icha juga tak bisa memejamkan matanya, Iya pun memutuskan untuk mengambil gitar nya , sekedar menghibur hatinya , mencoba menuliskan tentang perasaan nya , lewat lirik-lirik dan nada –nada jiwanya .<br /><br />*****<br />Renata sudah berada di rumah Icha saat itu , tapi Icha masih belum bangun dari tidur nya , <br />“cha , banguuuunnnnnnn,Ya ampunn , , <br />Icha pun dengan malas nya terpaksa bangun dari tidur nya , <br />“cha ni kamar atau apa sech ? berantakan bgt, “ gerutu Renata .<br />Tiba- tiba Renata melihat selembar kertas yang berisikan liri-lirik lagu, >><br />“cha , ini apa? Puisi or lagu ? tanya Renata .<br />“iseng nulis-nulis lirik semalam, “ jawab Icha.<br />“wah , keren aku mau kmu nyanyiin ntr , buat aku , sepertinya ne lagu bgs dech , <br />Lihat aja lirik nya menyentuh “ <br />“owh ya cha , aku sdah tau apa yag terjadi antara kamu dengan Ivan, <br />Maafkan sepupu aku yach , maafkan aku juga , “<br />“ehehe , ya udah gak usah di bahas , biarkan berlalu n gak ada yag perlu d persalahkan, “jawab Icha .<br /> “ yang sabar yach cha, ya dah sekarang siap- siap kan hari ini aku janji mau nemenin kamu ke sekolah buat nyiapin PENSI besok d sekolah kamu , “celoteh Renata .<br />Owh iya ,sekalian aja cha ni lagu kamu bawain pas PENSI besok , yach … yach ..?”bujuk Renata <br />“apaa? Gak ! malu di tonton banyak orang , “ jawab Renata .<br />“ayolah cha , aku kan pengen denger , pliaseeeeee>>>>>>.<br />“hemmm, kita liat saja besok , “jawab Icha singkat .<br />***<br />Hari ini di sekolah Icha ada acara PENSI , yaang biasa di gelar setiap tahun nya , dan hari ini juga Renata datang kesekolah Icha , meski harus bolos dari sekolah nya . <br />Dan hari ini juga ia akan melihat penampilan Icha , sahabat nya . menyanyikan sebuah lagu yang iya ciptakan semalaman .<br />Lagu nya tidak sedih , seperti layak nya orang yang sedang patah hati, hanya saja lirik nya sedikit mewakali apa yang di alami Icha “<br />“|CINTA 13 HARI “<br />“sungguh bahagia<br />Dan sungguh tak ku sangka<br />Saat pertama<br />Aku kenal dia,<br />Tak berlangsung lama<br />Perkenalan antara kita<br />Dan tiba- tiba saja<br />Dia katakan cinta<br />Namun semua hanya sesaat saja<br />Dan cinta nya hanya sementara<br />REFF:Terpaksa aku trima semua<br />Kenyataan yang ada meski sakit yang ku rasa<br />Cinta nya 13 hari saja<br />Namun tak mengapa<br />Ku sedikit bahagia<br />Mencintai dia ,<br />Meski hanya 13 hari saja<br />*******<br />Semua bertepuk tangan melihat penampilan Icha di atas panggung , cukup menghibur semua yang hadir saat itu, terutama Renata , iya pun langsung memeluk Icha saat icha turun dari panggung .<br />“chaa kerennn , “<br />“terima kasih , ta ,jawab Icha .<br />Ini baru sahabat aku , cukup kuat untuk menghadapi semua nya .<br />“iya ta, harus , buat apa menyesali yang telah terjadi , aku harus melihat kedepan ta, <br />Biarkan semua berlalu , n semua menjadi kenangan hidup ku ,”jawab Icha <br /><br />Icha telah melupakan semua nya, tak akan ada lagi ivan, tak akan ada lagi pangeran cuek di hidUP Icha , trus melangkah kedepan , menyongsong masa depan . <br />Itu yang sekarang Icha lakukan . <br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-22801093337124235602012-10-11T11:14:00.001-07:002012-10-11T11:14:31.690-07:00Kisah Sedih Seorang Istri Solehah<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br />Mengharu biru; kekuatan kata istri shalehah dalam kisah ini begitu mengena. Catatan yang diambil dari page di sajadah cinta ini , semata-mata ingin menyebarkan manfaat yang terkandung dalam kisah ini. Semoga bermanfaat_<br /><br />Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu. “anty sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian akhwat itu .bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman.. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.<br /><br />“mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya- tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “mbak kerja dimana?”, ntahlah keyakinan apa yg meyakiniku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahuku, akhwat2 seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.<br /><br />“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” , jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.<br /><br />“kenapa?” tanyaku lagi.<br /><br />Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.<br /><br />Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.<br /><br />Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.<br /><br />“saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing. Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendirilah”.<br /><br />Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi deman, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”<br /><br />Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yg di usapnya.<br /><br />“anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata “umi,,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah2an umi ridho”, begitu katanya.<br /><br />Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya<br /><br />“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.<br /><br />“beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”<br /><br />Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.<br /><br />“kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo ma jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.<br /><br />“anty tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Baigaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah dihadapannya hanya karena sebuah pekerjaan.<br /><br />Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.<br /><br />Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku.<br /><br />Dia mengambil tas laptopnya,, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.<br /><br />Ya Allah….<br /><br />Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.<br /><br />Pelajaran yang membuatu menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..<br /><br />Subhanallah..<br /><br />Sahabat..<br />Kekeliruan slama ini, orang mengganggap kebahagiaan itu adalan kaya akan materi.. mobil mewah.. rumah bagus..<br />Tapi sesungguhnya kekayaan sebanarnya itu ada saat kita merasa cukup akan nikmat ALLAH walaupun tampa ada materi yang bersifat wah..</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-60325597731320574442012-10-11T10:58:00.003-07:002012-10-11T10:58:53.927-07:00CERITA CINTA<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
"sayang,kamu serius sama aku?,kamu sayangkan sama aku?,kalau kamu beneran sayank sama aku. Kamu harus bisa buktiin".<br />"sayang mau bukti apa?pasti aku turuti.aku gak mau kecewain cinta".<br /><br />Dingin yang menembus ke sum-sum tulang, membuat burung takut terbang keluar dari sangakar, dingin yang menyulap lilin menjadi padam, dingin yang menimbulkan efek embun pada lampu-lampu berwarna kuning berada di pojok-pojok taman, sehingga menambah suasana romantis acara makan malam dua ingsan yang sedang memadu.<br />"sayang kok diam?sayang pingin bukti apa sih?<br /><br />Zara tak dapat berkata, bibirnya kelu, batinya merinding, bulu kudunya berdiri. Zara tak dapat berkata, serasa mulutnya terkunci, batinya menciut, ungkapan yang mengurungkan hasrat. Reval tau kekasihnya itu sedang menggigil. Yang dia tahu perempuan di dekatnya itu kedinginan, dia tak tahu pasti apa maksud semua ini, dia tak tahu apa yang terjadi, dia tak tahu isi hati.<br />"sayang kamu kedinginan?ya sudah kita kedalam yuk!"<br /><br />Hanya anggukan yang Zara ungkapkan. Ia tak tahu juga apa isi hatinya. Ia hanya pasrah akan keadaan. Yang ia tahu ia sedang berjuang menepis angkara-angkara fikiran negative. Ia hanya menurut pada apa saja yang dikatakan hati. Dengan di gandeng Reval, Zara masuk kedalam rumah bermotifkan paris yang memunculkan efek elegan pada rumah ber dinding warna kalem sehingga menambahkan suasana romantis.<br />Zara hanya tahu kalau sekarang dia sedang digandeng reval, selebihnya dia tak tahu. Rasanya ditepis keadaan. Dia pun tak tahu kapan dia sampai dikamarnya dan dia tak tahu kapan Reval pulang.<br /><br />Zara sudah niat untuk ngomong sama Reval hari ini. Dia sudah tekad. Dia harus mengatakanya. Zara pun mengambil ponsel warna pink di meja marmer dekat ranjangnya berwarna pink pula. Tanganya tak mampu mengetik kata. Hanya memandang ponsel nokia black berry itu yang dari tadi Zara lakukan. Zara sendiripun tak mengerti jalan fikiranya. Dia ling-lung akan perasaanya sendiri. Dia tak mengerti.<br />"Sayang..."<br /><br />Pesanpun telah terkirim dan telah sampai ke hand phone Reval.<br />'kau mau apa pasti kan ku beri,kau minta apa akan ku turuti. Walau...'<br />"aduh,siapa sih malam-malam ganggu orang tidur aja"<br /><br />Batin Reval dalam hati. Suara dering hand phonenya memaksa tubuh yag letih untuk bangun Reval dengan lunglai dan masih mengantuk mencari sumber suara itu. Dia mencari-cari hand phonenya yang dari tadi masih berada didalam saku celana jeans warn abu-abu yang dipakainya kerumah Zara. Reval langsung melihat dan<br />'1 message received'<br /><br />Dan ternyata dari Zara. Reval dengan spontan membuka pesan dari kekasihnya itu karena rasa penasarana apa isi dari pesan itu. Tidak biasanya Zara menghubungi Reval larut malam. Zara yang dikenalnya manja,cantik dan baik hati itu tidak pernah tidur lewat tengah malam.<br />"Iya sayang, kenapa? Kok tumben belum tidur? Ada apa?"<br />'message delivered'<br /><br />Kini waktu menunujuk pukul 1 malam. Angin malam menembus jendela kamar lewat celah-celah kecil diantara ukiran kayu terpahat sangat rapi. Sepoi-sepoi,dingin membuat rasa kantuk Reval semakin menjadi dan nafsu untuk mengukir mimpi ingin dituruti. Tapi di lain ruang ada kekasihnya yang butuh dirinya. Diapun berjuang menepis setan-setan yang merasuki darahnya,mengipas-ngipas kalbunya, membujuk batinya,menarik matanya karena Reval tak mau mengacuhkan pesan kekasihnya.<br />'kau mau apa pasti kan ku beri,kau minta apa akan ku turuti. Walau harus aku...'<br /><br />Dering hand phone mengagetkan jantung yang terlelah. Menggerakan tangan untuk meraih sebuah ponsel dan segera membukanya. Berharap rasa penasaran hati akan segera luluh dengan sendirinya. Jari jempol reflek bergerak.<br />"Aku butuh bukti, kalau kamu beneran sayang sama aku...<br /><br />Dengan setengah mengantuk Reval membaca pesan rembulan hati yang sangat ia sayang. Reval adalah seorang yang mungkin dikirim tuhan untuk Zara. Reval sangat sayang sama Zara, tak mau mengecewakan Zara, dia selalu berusaha untuk membuat Zara tersenyum dan dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri kalau sampai Zara bersedih lebih-lebih sampai air mata rembulan hatinya tak bisa dibendung oleh kelopak mata yang membuat hati Reval damai bila melihat sepasang mata itu. Sepasang mata yang memberi kedamaian ingsan yang memandang, sepasang mata yang mengisyaratkan keteduhan jiwa, sepasang mata yang berwarna coklat muda. Sepasang mata yang saat ini dia miliki dan dia tak akan pernah melepasnya walau yang lain merebutnya. Reval melanjutkan membaca isi pesan Zara...<br />.....Kamu mau gak aku kasih sebuah tantangan untuk kepastian cintaku?"<br /><br />Tanpa fikir panjang Revalpun menyetujui tantangan dari kekasihnya.<br /><br />Dan berharap dia tidak mengecewakan dan bisa memenuhi tantanga Zara dengan baik. Reval pun langsung membalas berharap kekasihnya tak menunggu terlalu lama.<br />"iya, Reval bener-bener sayang sama Zara. Sayang pingin aku ngelakuin apa?"<br />"aku pingin kamu hidup tanpa aku selama 1 hari! Tidak ada komunikasi di antara kita selama 1 hari. Aku pingin tau apa yang kamu rasakan. Aku pingin tahu kesungguhan cinta kamu ke aku! Kamu sanggup?"<br />"kenapa kok gitu sayang?"<br />"kalau kamu bisa melakukanya aku akan cinta kamu selamanya!"<br />"iya sayang"<br /><br />Seharian pun Reval tidak SMS ataupun telefon Zara.<br />"hmmmmm... Pluto,besok Zara ulang tahun. Aku harus siapin kado spesial buat dia!. Aku pingin dia bahagia!"<br /><br />Terlihat, Reval sedang berbicara pada sahabat. Sahabat yang mungkin tak pernah dan tak akan menjawab semua keluh Reval. Tapi, dia sahabat yang sangat setia dan mau mendengarkan semua isi hati tuannya. Karena sahabat itu adalah seekor kucing. Kucing yang sangat bersahabat. Dengan di temani cuaca yang tidak bersahabat, langit mendung berwarna abu-abu matang, rintik hujan mulai berjatuhan, matahari menyembunyikan sinar terangnya, Seharian Reval menyiapkan kado untuk hari indah kekasihnya. Dengan hati, Reval menyiapkan semuanya. Dinner romantis dengan ditemani lilin-lilin berbentuk hati, makanan yang Zara suka, biola dengan lagu klasik yang selalu Zara mau tidak mugkin terlupakan dan sebuah cincin cantik berwarna silver dengan dua liontin. Itulah cincin pertunangan yang akan Reval sematkan pada jari manis kekasihnya sebagai tanda ikatan cinta dan kasihnya yang tulus. Tanpa Reval ketahui Zara hanya punya waktu 20 jam untuk hidup karena Zara punya penyakit kangker. Reval tak pernah mengetahui penyakit kekasihnya itu, karena memang Zara tak pernah bercerita. Karena hanya satu alasan, Zara tidak mau kekasihnya sedih.<br /><br />Dengan hati yang bangga karena yakin akan usahanya, dengan rasa gemetar tapi Reval sadar bahwa ia mempunyai satu rasa yang tak terartikan oleh nya, rasa yang aneh. Reval sudah siap menjemput Zara.<br /><br />Honda Jazz merah menembus jalan yang sepi, menghamburkan daun yang terjatuh rapi, membelah ruang yang sunyi. Akhirnya honda jazz pun terparkir dipelataran degan suasana yang tidak biasa terjadi.<br /><br />Reval masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, langkah demi langkah yang berat memaksa kaki untuk berjalan. Hatinya meleleh, seperti Ice Cream yang di telan hawa panas ketika melihat sesosok yang sangat di kenal, pujaan hatinya. Tiba-tiba air mengalir dari kedua matanya, entah siapa yang mengundang. Ketika ia mengetahui ternyata Tuhan telah memanggil Zara. Menjerit sampai tenggorokan kering serak ingin ia ungkapkan ketika sesosok jelita hatinya telah terbaring dengan surat ditanganya.<br />"kamu berhasil sayang. Bisakah kamu melakukanya setiap hari?<br />I LOVE U. Aku selalu berdoa, semoga tuhan akan mempertemukan kita di syurga-NYA".<br /><br />Semoga Cerita Pendek Cinta Romantis bermanfaat bagi anda dan bisa menjadi Motivasi untuk membuat Cerpen yang lebih baik. </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Iva Yansikha</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-40140037260762930972012-10-11T05:44:00.002-07:002012-10-11T05:44:28.029-07:00Cerpen Sedih, Good Bye....<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Setya adalah seorang anak SMA yg suka main game, dan dia menghabiskan waktunya untuk bermain game Lostsaga selama 6 jam perhari, dan hingga suatu saat dia ketemu ama cewe namanya Arin di game tersebut waktu demi waktu dan akhirnya mereka janjian untuk bertemu, Arin tinggal di Bandung sedangkan Setya tinggal di Jakarta, Arin sebenernya sudah ada cowo juga di Bandung, tetapi si Setya ga tau soalnya dirahasiain.. hingga pada suatu saat,<br /><br />“Rin aku mo ke Bandung di liburan ini, tapi kapannya masih ga pasti, alamat rumahmu masih sama kan?”<br /><br />“iya, tapi tolong kalo bisa kasih tau yah, soalnya biar aku bisa jemput kamu atau bisa nyambut kamu dulu… “ Jawab Arin<br /><br />“ah seruan surprise lah, ya uda nanti aku hubungi lagi.. “<br /><br />Dan akhirnya liburan pun tiba, setya dengan semangat 45 pergi ke Bandung dengan motornya, dan kerumahnya Arin pas hari itu hari Sabtu, saat tiba disana, dia melihat mobil sedan yg lumayan bagus parkir didepan rumahnya Arin, dia gak jadi mampir dulu, tapi muter lagi ke Bandung buat beli setangkai bunga mawar…<br />Setelah beli dan sampai dirumahnya Arin lagi, ternyata mobil itu masih parkir didepan rumahnya, dia pikir “ah, temen ortunya kali… cuek ah gw dah kangen”<br />dan pas Setya masuk dihalaman, terlihat Arin dengan seorang cowo sedang bercanda mesra… saat melihat itu tangan setya yg baru bawa bunga bergetar… tubuhnya serasa berhenti berjalan… dan tiba-tiba Arin melihat kearah halaman.. dan dia juga kaget, Setya menarik nafas panjang… dan dia langkahkan mendekati berenda tamu depan rumah Arin, dengan modal senyum…<br /><br />“Sore rin, maaf mengganggu, tapi aku bawa bunga untukmu… surprise….”<br /><br />“ …….” Arin diam saja..<br /><br />“Heiii kamu sapa hah? kasih kasih bunga ama cw gw? senyum2 lagi… mo gw tonjok lo?”<br /><br />“Ow ini cowomu ya? ~senyum~<br />“rez kenalin ini setya temenku maen game”<br />“oww temen game LostSaga itu ya? gitu aja ngasih2 bunga, jangan ngarap lu”<br /><br />“Maaf, ……….. ~senyum~ klo gitu aku pulang dulu ya rin…”<br /><br />Hati Setya langsung terpuruk habis…. dan dia balik ke Jakarta dengan perasan yg benar-benar gak menentu, dan ditengah jalan Arin menelpon, tapi Setya gak mau angkat hingga akhirnya pas Setya dirumah, Arin telp lagi lewat hpnya, dan Setya pun angkat<br /><br />“Maafin Arin ya gak cerita, tadi cowoku, tapi aku ga begitu suka dia, soalnya dia keras, cuma aku sama kamu……. aku kenal dia duluan, tapi bukan berarti aku ingin menyakitimu dengan gak kasih tau, justru aku takut menyakitimu… aku gak ingin kehilangan kmu… selama hidupku cuma kamu yg selalu tersenyum manis dan tulus buat ku”<br /><br />“… Apakah kamu sayang aku?”<br /><br />“Iyah....”<br />akhirnya mereka balikan lagi, dan Setya cuek aja mau Arin suka ama cowo itu apa ga yg jelas dia gak ke Bandung lagi.. hingga suatu hari Setya di call gak pernah jawab.. hpnya mati, dan Arin mencari di game Lostsaga gak ketemu-ketemu, akhirnya dia menerima telp penting dari temenya setya.<br /><br />“Arin kamu bisa ke Jakarta ga?”<br /><br />“Wah aku baru test semesteran nih”<br /><br />“Penting, si Setya di RS, dia meminta kamu dateng ke sini, kalo perlu aku jemput, Setya sakit dan udah 5 hari ini dirawat di ICU sini, aku telpon karena disuruh sama keluarga Setya, katanya “Setya menunggu seseorang bernama Arin kamu tau ga dia sapa?” … trus aku jawab, ya om saya tau nanti coba saya telp dia, saya ajak dia kesini”<br /><br />“hahhhhh, Setya knapa? ada apa?<br /><br />“Gak tau, aku juga tau baru aja kok, aku kesana ya!”<br /><br />“Gak usah! Alamat dan nama RS-nya apa? aku langsung kesana sekarang juga”<br /><br />Dan saat itu juga Arin meninggalkan sekolah dan ke Jakarta dengan naik taksi dia ambil duit tabunganya buat bayar taksi 1 jam kemudian sebelum Arin tiba di Jakarta, tiba-tiba Bapaknya Arin telp.<br /><br />“Rin kamu dimana?”<br /><br />“Temenku ada yg masuk di ICU pah..”<br /><br />“Temenmu? nanti sore kan bisa, papa antar juga bisa?”<br /><br /><br />“Aku dah dari tadi pagi ada perasaan ga enak dan saat denger kabar ini, aku langsung ke pergi”<br /><br />“Ya uda RS apa? …………. hah??? itu kan di Jakarta? kamu kesana naik apa? papa kesana juga sekarang… kamu itu rin, sapa sih temenmu sampai kamu belain gini?<br /><br />“Dia satu-satunya temen yg selalu bikin Arin tersenyum… temen special…, dan yg mengajari biar Arin selalu tersenyum, hingga papa dan mama juga suka kalo liat Arin tersenyum, uda yah pa aku tutup.. low bat”<br /><br />Sampai di RS, Arin langsung mencari ruang ICU, dan ternyata gak ada Setya, dia sudah dipindahkan ke kamar biasa… “sukur Tuhan dia dah ga di ICU lagi, terimakasih Tuhan”<br />[slama perjalanan ke Jakarta Arin terus menerus berdoa untuknya]Dan saat kamarnya ditemukan, tampak beberapa orang berkumpul didepan kamarnya Setya, dan temanya Arin menyambut<br /><br />“Masuk rin, dah ditunggu Setya”<br /><br />Terlihat saat memasuki kamar itu, banyak yg sedang meneteskan air mata, wajah2 penuh kesedihan terlihat di muka keluarga Setya dan teman-temannya.<br /><br />“hai Setya…”<br /><br />“maaf aku meminta kamu datang tiba-tiba” ~seyum~<br /><br />“ga papa kok, kamu kok ga cerita sih kamu sakit apa?”<br /><br />“cuma sakit biasa aja, aku ga cerita cuma gak ingin kamu khawatir.. kan baru semesteran khan?” ~senyum~<br /><br />“ih kamu cerita ga akan bikin aku khawatir kok..” [sambil cubit]<br /><br />“terus kabarmu gimana sekarang ? tadi kesini naik apa? eh kok kmaren aku liat dompetmu gak ada fotoku sih?”<br /><br />“dasarrrrrrr dompet gw di intip-intip……..”<br /><br />Lalu mereka berdua ngobrol 1 jam, ngobrol hal2 yg biasa2 aja<br /><br />Hingga akhirnya<br /><br /><br />“rin, aku ingin kamu tau kalo aku sayang kamu, dan bahagia banget bisa kenal dan tau klo ternyata kamu sayang aku”<br /><br />“kamu ngomong apaan sih… sapa yg sayang kamu ueee”<br /><br />“pah… mah.. kak…”<br /><br />Bokap dan kakaknya Setya berdiri mendekat, masih dengan wajah yang penuh sedih<br /><br />“rin tolong dunk kamu duduk di deketku, dan sangga kepalaku yah, moh pake bantal…”<br /><br />“eh.. malu Setya… tapi ga papa cuma bentar aja kan?”<br /><br />“iya… mo ngomong ama papa dan mama dan kakaku dan kamu juga”<br /><br />“kamu knapa sih? jadi manja gini?”<br /><br />“pah.. mah kakak……. klo aku pergi, jangan tangisi aku… karena ini adalah hari terbahagiaku selama aku hidup, bisa bersama dengan orang-orang yg sangat aku cintai, dan bisa berkumpul dengan kalian yg begitu menyayangi aku juga… dan karena ada Arin … karena dia.. aku sangat bahagia juga ma…”<br /><br />“Setya…… [meneteskan air mata] kamu knapa? kok ngomong aneh?” [arin menggenggam tangan setya erat2]<br /><br />: “memang aku baru manja nih, boleh minta kecup didahiku ga rin?”<br /><br />“… iya<br />Arin mengecup dahinya pelan2 dan saat dia mengecup Setya berkata dengan lirih…”<br /><br />“Arin… aku ingin bilang aku sayang kamu dan terimakasih kamu bisa datang dan membuat hari ini adalah hari yg paling bahagia untuku.. dan ingat aku akan selalu ada dihatimu.. karena aku sayang sama kamu…”<br /><br />…. …. …<br /><br />Pelan-pelan tubuh setya mulai melemas.. dan matanya menutup perlahan… dan dia.. tersenyum<br /><br />“Aku.. sayang….. k a m u…. rin” ~seyum~…………………………<br /><br />“… aku juga sayang kamu….”<br /><br />Arin memeluk tubuh Setya dan Setya menghembuskan nafas terakhirnya<br />“S e t y a….” [ucapnya lirih]<br /><br />Setya meninggal dalam pelukan kekasihnya, Setya pergi dengan meninggalkan wajah penuh kedamaian dan tersenyum, semua orang di kamar itu gak bisa menangis tersedu-sedu.. bahkan mama dan papanya setya hanya diam dan berlinangan air mata..<br /><br />Setya telah pergi dengan bahagia… bagai mana bisa bersedih bila Setya merasa ini hari paling bahagia untuknya<br /><br />Lalu mamanya Setya memelukArin dan bercerita kalau Setya kena kangker pankreas stadium akhir, dan sudah mengidap selama 1 tahun… seharusnya menurut dokter dia masih bisa bertahan hingga 6 bulan lagi.. tapi kemaren tiba-tiba Setya minta dipindahkan dikamar biasa aja.. dan menunggu Arin… dia ingin habiskan waktu-waktu terakhirnya dengan orang2 yg dia cintai….<br /><br />Paginya, saat pemakaman Setya, tampak wajah-wajah yg bahagia bukan kesedihan… karena mereka semua mengerti, kata-kata terakhir yg Setya ucapkan benar, Setya pergi dengan sangat bahagia dan tak ada alasan apapun untuk bersedih karena kepergianya… dan saat melihat isi peti mati terlihat wajah Setya yg damai dan tersenyum..<br /><br />Dan sorenya saat Mamanya Setya mempersilahkan Arin untuk mengambil barang-barang Setya apapun yg bisa dia jadikan kenangan… Arin menemukan sepucuk note, yg tertulis :<br /><br />“Tuhan terimakasih kamu sudah menemukanku dengan seorang bidadari bernama Arin, aku belum pasti apakah dia mencintaiku apa ga, dia gak pernah menyimpan foto2ku, tapi yg jelas aku amat sangat menyayanginya… dan walaupun kami terpisah kota dan sepertinya dia juga mempunyai seseorang disana, tapu aku tetap tulus menyayanginya dan aku yakin didalam hatinya dia juga menyayangiku… aku bisa merasakanya Tuhan… aku akan selalu tersenyum untuknya… selamanya hingga saat terakhirku pun aku pasti akan tetap tersenyum untuknya… aku gak berharap agar Tuhan menyembuhkan penyakitku… asal aku bisa melihat senyumanya Arin, dan tau klo dia juga benar2 menyayangiku.. aku kira itu cukup bagiku… aku hidup untuk mencari kebahagian… dan aku sudah menemukan kebahagianku dalam Arin… bidadariku… terimakasih untuk semuanya Tuhan”<br /><br />Lalu arin tersenyum dengan meneteskan air mata… tanganya bergetar saat membaca note tersebut…<br /><br />“Setya… aku sayang kamu… sejak kita bertemu dan kenalan dan pertama kali melihat senyumu aku jatuh cinta padamu.. hanya saja aku gak mau mengakuinya… dasar kamu bodoh… dompetku gak akan ada fotomu karena aku selalu terbayang wajahmu yg sangat lugu dengan senyumanmu itu… hanya senyumu yg bisa menghangatkan hari-hariku… senyummu setya… senyumu sudah hidup dalam hatiku untuk slamanya…”<br /><br />Lalu Arin hanya terdiam dan menangis berjam-jam dikamar Setya<br /><br />2 bulan kemudian><br /><br />Arin berdiri di depan makam setya lalu dia pun berlutut dan berkata<br /><br />Arin : “ini setangkai mawar untukmu sayang… dan senyum dari kita semua<br /><br />aku sayang kamu… slamanya” ~senyum~ Dulu kamu yang membuat ku tersenyum sekarang aku akan brusaha untuk tersenyum!”<br />tak lama kemudian hujan pun turun arin pun bergegas meningal kan pemakaman sebelum dia keluar dari areal pemakaman di lihat nya makam Setya! antara sadar dan tidak sadar di lihat nya bayangan setya tersenyum ke pada nya<br /><br />“Tersenyum lah untuk ku dan untuk semua orang! hanya senyum mu yang bisa membuat ku tenang di alam sana slamat tingal priest ku sayang Arin.”<br /><br />lalu bayangan Setya pun menghilang<br /><br />Arin hanya menangis dan berkata<br /><br />“Good bye my lovely Wiz!”</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Khresna Mahisa</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-13438173590905253562012-10-11T05:42:00.002-07:002012-10-19T03:26:45.716-07:00Cerpen Romantis, Ku Temukan Pelangi di Tepi danau<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“ Angi....maafin Riko. Riko janji....Riko akan kesini lagi didanau ini. Tapi....”<br />
“ Tapi apa Riko??” potong Pelangi.<br />
“ Tapi sekarang Riko harus pergi...” jawab Riko dengan berat hati.<br />
“ Pergi...kemana??” tanya Pelangi tertegun dengan kata-kata Riko.<br />
“ Ke London….” Jawab Riko pendek.<br />
Pelangi menundukkan kepalanya. Ia mencoba menyembunyikan kesedihannya itu. Riko sungguh tidak tega meninggalkan sahabat yang disayanginya itu. Sesungguhnya dalam hati Riko menganggap Pelangi lebih dari seorang sahabat. Sayangnya keadaanlah yang membuat Riko enggan mengungkapkan perasaan itu, ketakutannya akan hubungan persahabatan dengan Pelangi akan renggang setelah dia mengungkapkan perasaan itu.<br />
“ Tapi Riko janji…. Riko akan kesini lagi, di danau persahabatan kita ini.” tegas Riko.<br />
Ada sedikit harapan di hati Pelangi untuk bertemu kembali dengan Riko. Tetapi keragu-raguan tetap menyelimuti hati Pelangi. Jarak yang jauh akankah membuat Riko tetap mengingatnya.<br />
“ Ini Riko titip gelang.” ujar Riko sedari melingkarkan gelang berinisial R di tangan kiri Pelangi.<br />
“ Kamu harus jaga gelang ini, kamu nggak boleh ngilangin gelang ini. Gelang ini sebagai tanda janji Riko untuk Pelangi, janji harus Riko tepati nantinya.” Tambah Riko.<br />
Gelang perak berinisial R kini melekat di tangan pelangi. Tak kuasa buliran bening membasahi pipi pelangi. Sebagai gantinya Pelangi memberikan kalung yang terukir nama PELANGI kepada Riko.<br />
“ Buat Riko…. Supaya Riko nggak lupa sama Angi.” Kata pelangi memakaikan kalungnya pada Riko. Riko memegang kalung itu dan memandangi ukiran nama yang menggatung dikalugnya. Kabutpun mulaidatang menyelimuti kalung itu, tidak berapa lama wanita berparas anggun datang menjemput Riko.<br />
“ Rikoo… ayo sayang nanti kita terlambat.” Teriakan mama Riko memecahkan kesunyian.<br />
“ Iya mah…” sahut Riko.<br />
Pelangi semakin sedih saat detik-detik keberangkatan Riko. Rasanya dia ingin ikut bersama-sama Riko. Tapi tidak mungkin Pelangi melakukannya.<br />
“ Riko pergi…. Sampai jumpa lagi saat kita berumur 17 tahun nanti.” Ujar Riko untuk terakhir kalinya kepada Pelangi. Kabut di Danau semakin bertambah tebal mengiringi kepergian Riko. Pelangi hanya bisa menangis mengantar kepergian Riko ke London. Dan sejak saat itu adalah awal semua perubahan kehidupan Pelangi.<br />
******<br />
Hari demi hari dijalani Pelangi tanpa kehadiran Riko. Tak ada canda ataupun kejailan Riko. Pelangi selalu datang ke danau awal persahabatannya dengan Riko. Di danau itu Pelangi memutar kembali memorinya saat-saat bersama Riko. Semua kenangan diputarnya secara perlahan-lahan agar tidak hilang dari ingatannya. Ingin sekali Pelangi cepat-cepat berusia 17 tahun, tak sabar untuk menanti kedatangan Riko yang mengalami banyak perubahan.<br />
Tapi sayang, itu masih 5 tahun lagi dan waktu 5 tahun itu adalah waktu yang sangat lama. Dalam benak Pelangi dia bertanya-tanya mungkinkah Riko masih mengingatnya??<br />
******<br />
Lima tahun genap Riko meninggalkannya. Belum ada kabar sama sekali tentang Riko. Sampaia suatu hari, dimana hari itu adalah hari ulang tahun Pelangi yang ke-17. Pelangi sangat sedih, disaat hari istimewanya itu Riko tidak berada di sini.<br />
“Lima tahun sudah Rik.. kamu pergi,dan hari ini adalah hari ulang tahun ku. Kapan kamu pulang??”ujar Pelangi memandangi foto dirinya bersama Riko saat masih kecil dulu.<br />
Buliran air mata turun dari pelupuk matanya. Pelangi masih setia menunggu sahabatnya itu.Sahabat yang sangat dicintainya,dalam hatinya dia berharap Riko bukan sekedar sahabatnya melainkan orang yang memiliki hatinya.<br />
“Angiiiii….”seruan mamanya memecahkan kegundahan hati Pelangi.<br />
“Iya Mahh…” sahut Pelangi.<br />
“Cepat kesini….., ada surat untukmu” ujar mama.<br />
Pelangi segera menghapus air matanya dan berlari menghampiri mamanya. Dalam hati dia berkata “ Semoga surat dari London, semoga surat dari London.” Pelangi memengang surat itu<br />
Dilihatnya alamat surat itu tertera tulisan dari London. Cepat-cepat pelangi membuka surat itu.<br />
<br />
<i><span style="color: purple;"> London ,14 Febuary 2010</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Untuk</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Pelangi tersayang</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Salam sayang,</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> “hai.. Angi”, mungkin kata-kata itu yang tepat ku ucapkan untuk ku ucapkan pertama kali setelah sekian lama aku tak menyapamu.Aku tau kamu pasti marah kepadaku setelah sekian lama aku pergi dan ini surat pertama yang kau terima.Oh..ya sebelumnya , apa kabar Pelangi ??? akuharap kamu disana sehat dan semakin cantik saja.Apa ada laki-laki yang mengisi hatimu?? Semoga saja belum da seseorang mengisi hatimu.(seulas senyum terlukis diwajah Pelangi)</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Aku minta maaf baru bisa memberimu kabar sekarang.Sebenarnya sudah lama aku ingin membagi kabar pertama ku saat di London.Tapi apa daya, aku ingin memberimu kabar lewat e-mail tapi aku tak tahu alamat e-mail mu.</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Aku tau hari ini kamu genap berusia 17th.Mungkin jika kamu disini kamu sudah berulang tahunkemarin.Aku ingin sekali bercerita bnyak tentang London .Disini cuacanya sangat bertolak belakang dengan di Indonesia, makanannya juga aneh-aneh namanya. Apalagi rasanya,lebih enak masakan si mbok. Masih banyak yang ingin kusampaikan padamu. Aku harap kamu masih seceria dulu saat-saat kamu masih bersamaku. Sekian dulu surat dariku, aku akan menemuimu di tempat awal kita bertemu dulu. Sebelumnya aku ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun Pelangiku sayang. Semoga kau sehat selalu. Tolong tunggu aku sebentar saja, aku akan kembali padamu.</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Orang yang merindukanmu,</span><br style="color: purple;" /><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> ( Riko )</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> NB: masihkah kau jaga gelang dariku???</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Aku harap kau masih memakainya…</span><br style="color: purple;" /><span style="color: purple;"> Jangan hilangkan gelang itu !!!</span></i><br />
<br />
Pelangi tak kuasa meneteskan air matanya. Meskipun berulang kali Pelangi menyekanya, air mata itu tetap saja tidak mau berhenti keluar dari matanya. Entah air ,mata kebahagiaanya atau kesedihannya. Pelangi bahagia ternyata Riko tidak pernah melupakan dirinya. Tapi satu hal yang mengganjal hatinya kapankah Riko akan pulang?<br />
******<br />
Hari itu Pelangi berangkat ke sekolah, kebetulan jarak sekolahan cukup jauh. Tapi Pelangi tak mengurungkan niatnya untuk naiksepeda ke sekolahannya. Hari itu bertepatan dengan kepulangan Riko dari London. Riko memang sengaja tidak memberi tahu Pelangi bahwa hari ini dia akan pulang. Dia ingin memberikan kejutan untuk Pelangi. Riko tiba di bandara tepat pukul 08.30 WIB. Senyumannya mengembang saat ia menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Indonesia setelah sekian lama dia pergi.<br />
“ Aku pulang Pelangi….” Ujarnya sendiri sambil menatap birunya langit pagi itu.<br />
Riko akan pulang ke rumah lamanya yang telah sekian lama ia tinggalkan dengan mamanya. Selama Riko di London rumah itu dihuni oleh neneknya dan 2 pembantu serta seorang satpam. Semenjak Riko pergi memang jarang pergi berkunjung ke rumah Riko.<br />
Sebuah mobil kijang merah marun menjemput Riko. Pak Karjon menenteng koper Riko dan langsung meluncur.<br />
“ Pak Karjon mampir ke toko boneka dulu ya…” pinta Riko.<br />
“ Iya Den, mau beli boneka buat Non Pelangi ya?” Tanya Pak Karjon.<br />
“ Iya pak…, Pelangi tambah cantik nggak Pak?”<br />
“ Cantik Den, Non Pelangi sering lewat naik sepeda ke sekolah.” jawab Pak Karjon.<br />
Sampai di toko Riko segera membeli sebuah boneka berbentuk kelinci berwarna merah muda, yang rencananya akan diberikan kepada Pelangi malam nanti.<br />
******<br />
“ Pelangiiiiii……… kamu sudah mendapat kabar dari Riko?” Tanya Mama.<br />
“Sudah mah, tapi Angi nggak tahu kapan Riko akan pulang.” Jawab Pelangi. Mamanya mengerutkan dahi karena bingung dengan jawaban Pelangi.<br />
“ Kok gitu??”<br />
“ Ya Angi nggak tahu mah, ya udah deh Angi istirahat dulu ya mah..”<br />
“ Iya udah sana.”<br />
Sore menjelang malam Riko telah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Pelangi. Mulai pakaian, diperhatikannya dari ujung rambut sampai kaki tidak dilewati Riko. Neneknya hanya tertawa melihat cucunya yang mendadak fashionable. Akhirnya setelah berjam-jam berdandan, Riko berangkat menuju ke rumah Pelangi.<br />
Riko memacu mobilnya kecepatan yang stabil. Senyumnya tak berhenti mengembang saat melihat boneka kelinci yang akan dberikan pada Pelangi. Sangking senangnya Riko tidak melihat adanya truck dari arah yang berlawanan.<br />
Mobil yang dikendarai Riko keluar dari jalur dan menabrak pohon. Selang kejadiaan itu terdengarlah suara serene yang terdengar parau di telinga Riko.<br />
******<br />
Dirumah, Pelangi memandangi fotonya bersama Riko sewaktu kecil dulu. Senyum tipis muncul di wajah Pelangi mengingat kejadiaan saat kecil dulu. Saat akan diletakkannya foto itu kembali, tiba-tiba saja foto terjatuh. Pelangi kaget bukan main, pikirannya mendadak teringat tentang Riko.<br />
Sementara itu Riko tersadar telah berada di ruang yang aromanya penuh dengan obat. Didapatinya nenek berada di sampingnya, menangis mencemaskan keadaannya.<br />
“ Riko kenapa?” Tanya Riko dengan lemah.<br />
“ Kamu kecelakaaan saat menuju rumah Pelangi.” Jelas nenek.<br />
“ Tapi Riko harus ke rumah Angi sekarang juga.” Ujar Riko bersih keras ingin ke rumah Pelangi.<br />
“ Kamu belum sembuh betul, Nak.”<br />
“ Tapi….”<br />
“ Sudah kamu istirahat saja dulu.” Ucap nenek memotong perkataan Riko.<br />
******<br />
Pagi telah datang, Minggu ini adalah saat yang tenang untuk Pelangi. Entah kenapa mendadak Pelangi ingin pergi ke danau. Di keluarkanya sepeda yang kemudian dikayuhnya menuju danau.<br />
Sementara itu Riko masih terbaring lemah di ranjang. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden jendela tempat Riko dirawat.<br />
“ Danau… Aku ingin kesana.” Ujar Riko ketika terbangun dari tidurnya.<br />
Dengan langkah tertatih Riko keluar dari kamar inapnya. Riko memanggil taxi untuk mengantarnya ke danau. Jika neneknya tahu Riko akan pergi ke Danau, neneknya tidak akan mengizinkannya.<br />
Dalam hitungan jam Riko sampai di danau. Taxi itu meninggalkan Riko yang tertatih menyusuri jalan setapak yang dipenuhi kabut. Riko melihat sekeliling danau, sedikit ada perubahan pada jembatan danau itu. Senyumnya kembali terlukis di wajahnya melihat tempat kenangan masa kecilnya bersama Pelangi. melihat tempat kenangan masa kecilnya bersama Pelangi. Tak jauh dari jembatan Riko mendapati seorang wanita yang sedang duduk di bangku taman tepi danau. Dalam hati Riko menebak-nebak “apakah wanita disana itu Pelangi?”. Perlahan-lahan Riko mendekati wanita itu. Rambut berwarna hitam kecoklatan kontras dngan kulit wajah putihnya. Wanita itu memakai switer hijau. Pandangannya menerawang jauh kearah cakrawala.<br />
“Angii…” panggil Riko dengan rasa yang berkecamuk dihatinya.<br />
Wanita itu menoleh kea rah suara yang memanggil namanya. Pelangi menengadakkan kepalanya ke sosok laki-laki bertubuh atletis yang berdiri di depannya. Wajah laki-laki itu terlihat pucat, matanya melihat Pelangi lekat-lekat. Riko melihat gelang yang melingkar di pergelangan wanita itu. Hal itu membuat Riko semakin yakin bahwa wanita itu adalah Pelangi. Pelangi terkejut dengan tingkah laki-laki yang berdiri dihadapannya.<br />
“ Angi…, kamu benar Pelangi?” ujar Riko dengan derai air mata.<br />
Pelangi semakin hera darimana laki-laki itu tahu namanya. Akhirnya Riko menunjukkan kalung yang terukir nama Pelangi untuk meyakinkannya. Pelangi berdiri dari duduknya. Buliran air mata tak terbendung lagi di matanya. Ternyata laki-laki di hadapannya adalah Riko.<br />
“ Ini aku Riko, Pelangi.” Kata Riko dengan suara bergetar.<br />
Pelangi hanya diam menagis sejadi-jadinya.Sungguh idak disangka kalau Riko benar-benar menepati janjinya. Riko menarik tubuh Pelangi kedalam pelukannya. Di danau ini, di tempat ini pertama awal pertemuan dan persahabatan Riko dan Pelangi. Dan di danau ini pula, sekarang Riko dan Pelangi dipertemukan kembali setelah 5 tahun berpisah.<br />
“ Jangan tinggalin aku lagi…..please.” ujar Pelangi sesenggukan di pelukan Riko.<br />
“ Nggak akan… I’ll stay here for you…. Forever.” Jawab Riko.<br />
Sesuatu yang terlihat jauh tak selamanya menjadi jauh. Begitupun dengan orang yang kita sayangi, walau waktu dan jarak yang jauh tidak akan selamanya terpisah. Yakinlah bahwa waktu juga yang akan menyatukan kita kembali. </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Nurul Fajarwati</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-65511693890658139412012-10-11T05:36:00.001-07:002012-10-11T05:36:12.665-07:00Cerpen Cinta, Matematika Cinta<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“bagaimana anak-anak untuk tugasnya kemarin, apa ada yang sudah selesai?”<br /><br />Suasana kelas sunyi layaknya di kuburan yang ada hanya malaikat yang mencatat pelajaran eh salah maksudnya mencatat amal baik dan amal buruk, tapi beneran loh sepi banget rasanya ini kelas soalnya setauku ngak ada tu yang selesai tugas dari ms.killer kali ini. Jadi, kalian tau donk rasanya kalau di tatap oleh seseorang dan keringat dingin membanjiri tubuh, tapi yang natap bukan pacar ya! kalau doi yang lihatin gue setahun juga ngak apa-apa deh. Sumpah gue paling ngak tahan di buat malu nah ms.killier ini kalau seandainya jikalau andaikata apabila gue ngak bisa ngerjain itu tugas mau di tarok dimana muka gue yang udah kayak bidadari ini.<br /><br />Klop banget nih tamingnya, udah semalam gue begadang karena nyoba jawab ini soal yang pada akhirnya masih ngak bisa gue jawab di tambah ini kelas sepi banget sukses bikin gue tidur.<br /><br />“tok tok tok.” Suara pintu kelas di ketuk *ya iyalah ya pintu kelas masak iya atap kelas*<br /><br />“assalamualaikum, permisi buk saya murid pindahan ini surat penganyar dari bapak kepsek.”<br /><br />“oh baiklah, kamu langsung duduk di sebelah puspa perkenalanya nanti saja saya tidak mau jam pelajaran habis untuk hal yang tidak penting.”<br /><br />“baik bu!”<br /><br />“tapi sebelumnya kamu pinjam buku di puspa dan kerjakan semua soal itu, ibu ingin buktin kemampuanmu”<br /><br />What ini guru emang killer banget orang baru pindah sekolah kayak gitu langsung di suruh ngerjain soal tapi untung deh setidaknya gue lepas dari masalah.<br /><br />“hey permisi saya di suruh ms. Killer pinjem buku matematika kamu.”<br /><br />“ehm ya nih bukunya, tau darimana loh kalau dia itu ms. Killer?” kami bicara berbisik, soalnya kalau ketauan bisa gaswat.<br /><br />“dari mukanya kelihatan kok tapi tenang aja loe selamat kok gue bisa ngerjaiinya.”<br /><br />Cowok itu mengerlingkan sebelah matanya dan gue hanya bisa senyum ngak jelas tapi bodoh amat pokoknya thank you so much.<br /><br />“ehm puspa, mau aku traktir ngak?”<br /><br />“loh kamu tau nama aku?” pertanyaan terbodoh yang pernah gue tanyain, tadikan jelas-jelas dia tau dari ms. Killer<br /><br />“ha?” cowok itu hanya tersenyum “kenapa kamu ngak Tanya nama aku aja. Kamukan belum tau namaku.”<br /><br />“ha iya benar. Nama…”<br /><br />“udah telat nanyanya. Langsung aku jawab aja nama aku somad.”<br /><br />“he?”<br /><br />“udah ngak usah sok kaget gitu, nama aku emang kampungan tapi baguslah buat melestarikan bahasa betawi, oh ya kalau masalah tampang aku yang indo ini kerena ibu aku orang betawi dan ayah orang aku itu orang betawi juga.”<br /><br />“loh kok bisa?”<br /><br />“tuhkan mulai deh ngak connectnya, orang aku udah ketawa dari tadi itu tandannya aku becanda.”<br /><br />“ooo, hehehe.”<br /><br />“telat lagi ketawanya. Ke kantin aja deh laper.”<br /><br />Somad langsung menarik tanganku dan menyeretku ke kantin. Aku hanya bengong, somad langsung melepaskan tanganku saat dia sadar mengenggam tanganku.<br /><br />“maaf gue ngak maksudnya aku ngak maksud. Ah kok jadi ribet gini kalimatnya.”<br /><br />“udah ngak usah salting gitu donk mad. Aku tau kok kalau aku itu emang cantik tapi ngak usah segitunya kali.” Aku tersenyum penuh kemenangan akhirnya aku bisa membalas ejekkanya cowok berwajah indo ini.<br /><br />“hemm dasar.”<br /><br />“yah kau benar nak, silahkan duduk.”<br /><br />“makasih buk.”<br /><br />Sudah beberapa minggu ini aku sukses menyelesaikan tugas matematika dan menjadi salah satu murid kesayangan ms.Killer ehtapi sekarang aku ngak pakai sebutan itu lagi soalnya kata somad kalau mau bisa matematika pertama kita harus berdamai dengan gurunya dan menyayangi pelajaran tersebut. Eh, tau ngak sejak pertama bertemu somad aku dan somad emang udah akrab ngak tau kenapa tapi sepertinya aku punya something dengan somad tapi entahlah, soalnyakan somad itu keren banget seandainya aja ngak ada yang ngefans sama somad tapikan itu tadi ngak mungkin somadkan cakep banget.<br /><br />“puspa hari ini aku ngak bisa temenin kamu ke toko buku soalnya kau ada acara sama seseorang.”<br /><br />“siapa?”<br /><br />“mau tau aja. Ah, atau kamu cemburu ya?”<br /><br />“kata siapa?”<br /><br />“kata aku”<br /><br />“buktinya?’<br /><br />“itu muka kamu merah. Cielah ayo ngaku.”<br /><br />“ngak kok beneran.”<br /><br />“ayo ngaku.”<br /><br />“beneran soamd, udah pergi sana entar telat lagi.”<br /><br />“ya udah aku pulang duluan ya, jangan jelous ya.”<br /><br />“ngak bakalan. Ngak bakalan ngak nangis lihat kamu jalan sama cewek lain.” Aku berkata lirih.<br /><br />“apa? ngak kedengaran?”<br /><br />“aku bilang, cepet pergi atau aku lempar pakai sepatu nih.”<br /><br />Aku hanya mondar-mandir di toko buku, ngak tau kenapa kok bisa gini. Rencananya sih sampai di toko buku aku langsung beli buku terus pulang tapi kok sekarang jadi ngak jelas gini, parahnya lagi aku ingat somad itu cowok lagi apa ya sekarang? Ehm kok kayaknya aku dengar lagunya one time deh tapi kok di toko buku di puter lagu sih? Atau eh iya lupa itukan nada dering hp aku. Somad? Telpon aku? Katanya lagi ngedate?<br /><br />“halo kenapa?”aku mengangkat telpon dengan suara yang sedikit ketus.<br /><br />“aduh jangan sok ketus gitu donk suaranya. Masih jelous ya?”<br /><br />“hallo, kenapa somad? Apa ada yang bisa saya Bantu?”<br /><br />“bisakah anda menyuruh orang yang bernama puspa untuk membaca sms dari aku sekarang?”<br /><br />Kapan somad kirim sms ya, kok ngak ada tandanya sih? Iya sih ada sms dari somad<br /><br />“eh iya ada kok.”<br /><br />“cepat ya jangan lama-lama.”<br /><br />Telpon langsung di matikan. Sms teka-teki? Tantangan nih kayaknya, lumayan buat main-main daripada mondar-mandir ngak jelas di sini.<br /><br />“perpustakan cinta?” aku bengong saat berhasil memecahkan teka-teki yang di berikan somad tadi, aku kira apaan gitu yang surprise ternyata hanya sebuah perpustakaan yah walaupun namanya perpustakaan cinta tapi tetap aja perpustakaan..<br /><br />“selamat datang di perpustakaan cinta. Karena kamu pengunjung pertama aku punya hadiah.”<br /><br />“buku matematika?” aku semakin benggong saat di beri hadiah buku ini sangat jauh dari yang aku harapkan.<br /><br />“makanya jangan lihat hanya pada satu arah.”<br /><br />“maksudnya?”<br /><br />“mulai deh ngak connectnya, ya bukunya di baca.”<br /><br />“sekarang?”<br /><br />“oh ngak besok aja, ya sekarang baca yang keras.”<br /><br />“beneran bacayang keras yah? Okey judul Buku Matematika Cin.. ta” aduh kenapa semua yang ada di sini judulnya cinta-cinta semua sih? “standard kompetensi 2011, kata pengantar buku ini di buat untuk memenuhi standard isi hatiku?” aku semakin bingung.<br /><br />“kenapa ngak di lanjutin?”<br /><br />“dan dengan segala ke ikhlasan hati maukah kau jadi pacarku?” nah loh apa tadi yang aku baca, ngak salahkan?<br /><br />“tentu dengan senang hati my princess akhirnya kamu nembak aku juga.”<br /><br />“ha? Apa tadi kamu bilang? Kapan aku nembak kamu?”<br /><br />“yeee tulalit banget sih tadikan kamu baca buku.”<br /><br />“he ngak adil pokoknya ngak adil.”<br /><br />“ya udah aku yang nembak deh, kamu mau ngak …”<br /><br />“aku mau kok whit my pleasure.”<br /><br />“eh emang aku mau bilang apa tadi? Ke gr-an”<br /><br />“ya udah, aku pulang deh udah sore nih.”<br /><br />“eh tunggu okey aku serius, kamu mau ngak jadi my princess?”<br /><br />“apa ngak kedengaran?”<br /><br />“KAMU MAU NGAK JADI PACAR AKU?”<br /><br />Kau tau rasanya di tembak seseorang? Seneng banget kata iklan di tv sih serasa melewatin atmosfer cinta dan menuju rasi bintang paling manis.<br /><br />“iya somad aku mau…”<br /><br />“mau apa puspa? He? Kamu tidur lagi ya? Keluar dari kelas SE KA RANG”<br /><br />“ha? Apa buk? Kok saya di kelas buk? Somadnya mana buk?”<br /><br />“somad-somad kamu keluar SEKARANG”<br /><br />Yeee jadi tadi Cuma mimpi? Tapi kok mimpi aku panjang banget rasanya dan anehnya kayak nyata aja. Mimpi yang manis. Aku berjalan menuju pintu keluar dengan mata yang masih setengah terbuka teriakkan ms.killer tadi ternyata ngak cukup buat aku sadar 100% dan walhasil aku menabrak seseorang dan buku-buku yang dia bawa jatuh berserakkan.<br /><br />“eh kalau jalan pakai mata donk.” Cowok itu memaki ku.<br /><br />“eh iya maaf ngak sengaja,” aku mencoba membuka mata sepenuhnya dan melihat ke arah orang yang ku tabrak “somad?”</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i><span>Septi Minarni</span></i></span></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-7668276842939024032012-10-11T05:31:00.004-07:002012-10-11T05:31:55.514-07:00Cerpen Cinta, Antara 3 Cinta<div style="color: purple; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Di suatu sore disebuah rumah makan yang terletak dipusat kota Jakarta, terlihat Riska sedang duduk menyantap makanannya. Tanpa disadarinya terlihat juga sepasang mata memperhatikannya dari sebuah kursi yang tak jauh dari tempat duduknya.<br /><br />’’eh Reza,disini juga.’’ Sapa Riska saat tersadar ada Reza didekatnya.<br /><br />‘’iya, boleh aku duduk disitu?’’ jawab Reza.<br /><br />‘’kenapa tidak…’’ sahut Riska.<br /><br />Mereka pun mengobrol dan terciptalah keakraban diantara mereka,padahal selama 2 tahun ini mereka satu sekolahan,tapi mereka jarang sekali bertegur sapa, dan entah kenapa hari itu Reza dan Riska terlihat akrab.<br /><br />‘’besok weekend ya.. kamu ada planing kemana?” Tanya Reza.<br /><br />“gak ada rencana sih mau kemana. Ya paling jalan sama teman-teman” jawab Riska<br /><br />Obrolan itu terhenti saat reza menerima telepon, dan dia pamit untuk pulang lebih dulu karena mendapat panggilan untuk menjemput adiknya. Selepas Reza pergi tinggallah Riska duduk sendiri lagi.<br /><br />“ bosen ah, mendingan aku online dech.”gumam Riska sambil membuka akun facebooknya.<br /><br />Riska meng-update status yang bertuliskan lirik sebuah lagu yang baru saja didengarnya.<br /><br />“bodohnya diriku selalu menunggumu yang tak pernah untuk bisa mencintai aku.”<br /><br />Beberapa saat setelah menulis status itu,mampir sebuah pemberitahuan bahwa Sisil, sahabat dekat Riska mengomentari statusnya.<br /><br />“siapa sih ka? Kayaknya lagi mendam rasa ‘ma seseorang ya,, cerita dong..”<br /><br />Rischa memang tidak pernah menceritakan kepada siapapun bahwa selama ini dia sedang menyimpan rasa pada seseorang. Hanya diari mungilnya yang menjadi saksi bisu gundah gulana hatinya. Dia berusaha mengelak dari pertanyaan Sisil.<br /><br />“gak kok,itu cuma lirik lagu aja…” jawab Riska.<br /><br />Memang sudah lama Riska memperhatikan Vino,teman satu sekolahannya, namun tak ada keberanian untuk mengatakannya. Mereka hanya bisa mengobrol seperti teman biasa, dan Riska risih jika harus berhadapan dengan Vino,karena dia harus menutupi rasa gugupnya.<br /><br />***<br /><br />“hai Vin,,ujan-ujan gini mau pulang?” Tanya Riska saat bertemu Vino di parkiran sekolah.<br /><br />“nunggu ujan sih lama, ujan kayak gini biasanya awet loh..” sahut Vino ramah.<br /><br />“oh,ya udah..hati-hati ya,,,” pesan Riska.<br /><br />Senyum mengembang di bibirnya karena baru saja berpapasan dengan pujaan hati tercinta. Sesampainya dirumah,Riska masih saja teringat wajah Vino tadi,tiba-tiba dering handphone membuyarkan lamunannya. Satu pesan dari Rian, teman satu sekolahannya.<br /><br />“hai Ka..lag ngapain? udah makan belum?” begitulah isi sms tersebut.<br /><br />“ngapain lagi Rian nhi sms,,gak kapok-kapok juga apa.” Batin Riska kesal.<br /><br />Begitulah Rian, selalu membuat Riska risih dengan sikapnya. Selalu sms gak jelas,gak penting pula. Kalau mereka ketemu, pati selalu saja ada kejahilan yang dibuat Rian kepada Riska. Riska sering dibuat kesal dengan sikap Rian terhadapnya yang dia sendiri tidak tahu apa maksud dan tujuan dari Rian bersikap seperti itu.<br /><br />“mending aku mikirin Vino. Andai saja Vino yang sms. Aminnnnn,,”gumam riska.<br /><br />Lagi-lagi Riska meng-update status facebok-nya yang bernada sedih.<br /><br />“oh mungkin aku bermimpi menginginkan dirimu….” Begitulah lirik lagu yang menjadi status facebooknya.<br /><br />“aduh..ngapain sih mikirin Vino lagi,gak bisa berhenti bentar aja kenapa. Kalau bisa jangan berharap lebih deh sama dia,,lupain aja perasaan ini. Lagian dia juga gak bakalan tau perassan aku kalau aku gak ngasih tau ke dia,kalau aku cuma diem aja. Lagian ternyata susah juga nyimpan rasa ini sendirian.” Batin Riska berbicara sendiri.<br /><br />Besoknya dia memutuskan untuk menceritakan tentang perasaan gundah gulananya selama ini dengan Deva, sahabatnya.<br /><br />“udahlah Ka,ngapain sih ngarepin yang gak pasti. Toh, dia kan juga gak tau. Angggap aja kamu itu cuma mengagumi.” Saran Deva.<br /><br />“ya niatnya sih emang mau ngelupain dia, tapi kan kita satu sekolah. Tiap hari ketemu, gimana caranya ngelupain? Mana tiap ketemu dia,aku jadi lupa sama niatku buat ngelupain dia.”<br /><br />“waduh,,kenapa jadi aku yang bingung ya? Gini aja, kamu jangan maksain buat ngelupain dia, jalanin aja dulu..siapa tahu lama-lama dia bakalan nangkap sinyal-sinyal kamu dan bakalan tahu perasaan kamu ke dia. Kamu berdo’a aja.”<br /><br />“eh tapi Va, gue juga ngerasa sinyal-sinyal dari dia. Kadang nih ya,aku sering ngeliatin dia.. eh kadang aku sering ketemu mata sama dia.’<br /><br />“jangan-jangan tanpa kamu tahu,dia juga sering ngeliatin kamu.”<br /><br />“hmm…..semoga aja, jadi aku gak galau lagi, ya gak?”<br /><br />‘amiinn..aku do’ain aja deh.”<br /><br />***<br /><br />Pagi yang cerah membuka semangat baru bagi Riska untuk memulai aktivitasnya di sekolah. Lagi-lagi Riska bertemu Rian di koridor sekolah dan Rian lagi-lagi mencoba menggodanya. Dengan sengaja dia menarik tangan Riska hingga Riska tersungkur ke tubuh Rian.<br /><br />“ih.kamu gak bisa diem apa. Sehari aja gak jahil bisa gak?’ serang Riska garang.<br /><br />Rian pun hanya membalas dengan senyuman. Dan itu membuat Riska bertambah kesal.<br /><br />“aduh Va, Rian tuh gak bisa berheti gangguin orang. Tiap malem aja pasti ada sms dari dia,yang isinya tuh gak penting banget.” Cerita Riska kepada Deva.<br /><br />“wah jangan-jangan dia naksir kamu ka” goda Deva.<br /><br />“ waduh..aku mohon dengan sangat,,jangan sampai itu terjadi. Aku kan pengennya deketin Vino.kenapa jadi temennya yang kecantol.”<br /><br />Deva hanya tertawa melihat wajah sahabatnya itu yang sedang gusar.<br /><br />***<br /><br />Malam ini Riska merenung sambil mendengarkan lagu favoritnya. Sementara matanya tak beralih dari langit yang berhiaskan bintang berkilauan. Sesekali matanya memandang foto Vino yang kemarin dia curi dari handphone temannya.<br /><br />“Vin,kapan kamu bisa ngerti perasaan aku,kapan kamu bisa tau? Aku capek mendam rasa ini sendirian Vin.kapan kamu tahu,aku disini nunggu kamu Vin.” Gumam riska.<br /><br />Untuk menghibur dirinya,dia membuka akun facebook-nya dan ada satu pesan yang ternyata dari Reza dan isinya cukup mengagetkan Riska.<br /><br />“ ka..i love you.” Riska membaca pesan itu berulang kali.<br /><br />Besoknya Riska langsung menceritakan itu kepada Deva.<br /><br />“waduh ka,jangan-jangan Reza……” Deva menggantungkan kalimatnya.<br /><br />“jangan-jangan apa Va..” Tanya Riska.<br /><br />“ Ya…jangan dong Va, kemarin Rian,sekarang Reza, coba aja Vino,pasti aku tanggapin dengan senang hati.” Riska mengerti maksud kalimat Deva setelah sesaat berfikir.<br /><br />“ ya udah deh..aku tahu cintanya Cuma buat Vino seorang, yang lain bisanya ngarep aja deh.” Kata Deva sambil tersenyum.<br /><br />***<br /><br /><br /><br />Rasa suka yang dialami Riska terus hadir walaupun dia telah mencoba untuk mengabaikan rasa itu. Tiba-tiba datang Deva mengusik ketenangannya yang sedang merenung.<br /><br />“ hey, Riska Vino.” Kaget Deva.<br /><br />“ apaan sih, Riska aja, bukan Riska Vino.”<br /><br />“bentar lagi juga bakalan jadi Riska Vino” goda Deva.<br /><br />“Amiinn Ya Allah…..” harap riska.<br /><br />“eh, kamu tahu gak,aku denger kemarin Vino jalan sama adek kelas kita, si Yessi itu lho.”adu Deva.<br /><br />“ya terserah dia lah. Aku juga gak akan terlalu berharap banyak sama dia.” Sahut Riska sedikit kecewa.<br /><br />“loh,tadi baru bilang aminn, sekarang udah gitu lagi.” Goda Deva lagi.<br /><br />***<br /><br />Entah kenapa rasa itu perlahan hilang, namun tetap saja sisa-sisa cinta itu masih tertinggal dihati Riska. Suatu saat ketika dia sedang duduk bersama temannya, terlihat Vino dan Rico,teman sekelas Riska sedang ngobrol dan kelihatannya percakapannya serius. Rico pun meninggalkan Vino dan duduk di bangku dekat Riska sambil menggerutu.<br /><br />“tuh anak bikin kesel aja. Apa sih maunya.” Geram rico.<br /><br />Riska hanya bisa heran melihat sikap Rico. Tiba-tiba datang lagi Vino menuju kearah Rico. Riska mulai melihat sinyal-sinyal negatif dari wajah Vino.<br /><br />“wah,dari tampangnya,kayaknya bakal ada perang nih. Gawat, aku harus cegah.” Gumam Riska.<br /><br />Saat Vino lewat didepannya.<br /><br />“Vino..jangan,kalian apa-apaan sih.” Cegat Riska.<br /><br />“aku juga gak tau ka,kayaknya aku gak ngerasa punya salah sama dia,tapi dia ngajak ribut kayaknya.” Jelas Vino berhenti sebentar,lalu meneruskan jalannya ke arah Rico.<br /><br />Riska hanya bisa melihat mereka dari tempat duduknya.<br /><br />“loe gak ngehargain cewek Vin,loe gak ngerti perasaan mereka.” Sergah Rico tiba-tiba.<br /><br />“maksud loe apa?kok ngebahas cewek?”Tanya Vino tak mengerti.<br /><br />“loe tahu,selama ini diam-diam ada seseorang yang ngarepin loe,nunggu loe. Loe gak tau kan?”<br /><br />“siapa?”<br /><br />“loe pikirin aja sendiri.kira-kira siapa orang itu.”<br /><br />Vino hanya bisa heran dan tampak bingung mendengar perkataan Rico. Dia bertanya-tanya dalam hati,siapa yang dimaksud Rico tadi.<br /><br />***<br /><br />Riska tiduran dikamarnya sambil mendengar mp3 di handphonenya.<br /><br />“ Tuhan,kenapa sat aku mencintai seseorang. Dia tidak bisa membaca apa yang kurasakan. Namun disaat ada seseorang yang membuka hatinya untukku,aku malah tidak bisa merasakan cintanya. Kenapa aku gak bisa dicintai oleh orang yang juga aku cintai.” Gumam Riska.<br /><br />Dering handphone membuyarkan lamunannya.<br /><br />“apa mungkin aku hanya bisa berharap tanpa bisa memilikinya.” Riska membaca sms yang ternyata datang dari Rico.<br /><br />“maksudnya?” Riska bertanya-tanya sendiri.<br /><br />Otak Riska mulai berimajinasi. Selama ini sikap Rico memang baik dengannya dan mereka cukup akrab.<br /><br />“ah,tapi gak mungkin. Sikap dia kan cuma sebatas teman aja,gak lebih kok.” Riska menepis pikiran itu.<br /><br />***<br /><br />Sementara itu, Vino masih kepikiran dengan ucapan Rico. Dia masih mencari-cari siapa yang diam-diam menunggunya selama ini.<br /><br />“udah tahu orangnya?” Tanya Rico saat mereka berpapasan di kantin sekolah.<br /><br />“belum.siapa sih” Tanya Vino.<br /><br />“yakin mau tahu” Tanya Rico lagi.<br /><br />“cepetan lah Co,gue penasaran nih.”<br /><br />“Adelia Priska.alias Riska.”<br /><br />“gak mungkin Co. loe tau darimana?” Tanya Vino,tidak yakin dengan ucapan Rico.<br /><br />“gue denger dari mulut dia sendiri saat dia sedang curhat dengan Deva dikelas. Gue gak sengaja denger.sekarang loe tahu kan,dan gue harap loe bisa dewasa nentuin sikap.jangan biarkan dia nunggu loe terus dengan harapan-harapan kosong yang bakal nyakitin dia.” Jelas rico.<br /><br />“maksudnya?” Vino bertambah bingung.<br /><br />Pertanyaan itu diabaikan Rico,dan dia berlalu pergi meninggalkan Vino. Akhirnya Vino memutuskan untuk menanyakan sendiri dengan Riska.<br /><br />“ ka, bener apa yang dibilang Rico kalau selama ini loe diam-diam merhatiin gue?”<br /><br />Riska pun kaget membaca isi sms yang datang dari Vino tersebut. Dia pun bingung harus menjawab apa, lalu diabaikannya sms Vino.<br /><br />Besoknya di sekolah, kebetulan Riska berpapasan dengan Vino dan Vino langsung memanfaatkan kesempatan itu.<br /><br />“ Ka, kenapa semalem kamu gak jawab pertanyaan aku? Bener apa yang dibilang Rico?” sergah Vino.<br /><br />Tak sengaja Rico lewat dan Vino langsung mencegat Rico.<br /><br />“ co, jelasin apa yang loe bilang sama gue kemaren?”<br /><br />“loe tahu darimna Co?” Tanya Riska.<br /><br />“gue gak sengaja denger curhat loe sama Deva waktu itu.”<br /><br />“trus kenapa loe bilang semuanya sama Vino.” Tanya Riska lagi,dan Rico pun terdiam.<br /><br />“ jawab co, kenapa?”<br /><br />“sampai kapan loe mampu mendam rasa ini sendirian ka. Gue gak mau liat loe sedih karena cinta loe gak pernah dibalas. Bahkan Vino mungkin gak akan tahu kalau gue gak bilang langsung sama dia...” Jelas Rico<br /><br />“tapi Rico…”<br /><br />“ gue Cuma mau liat loe seneng Ka.” Potong Rico.<br /><br />Riska terdiam dan dia menatap Rico.<br /><br />“maksud loe?” Tanya Riska lagi sambil menatap Rico.<br /><br />“loe ingat sms gue dulu ke loe. Itu isi hati gue Ka.” Riska teringat sms Rico waktu itu, dan dia menarik nafas perlahan sambil menundukkan kepala.<br /><br />”karena gue ingin loe bahagia,jadi gue bilang semuanya sama Vino Ka.’ Lanjut Rico lagi.<br /><br />“Rico…terus gimana…”<br /><br />“gue gak apa-apa Ka. Asal loe bahagia.” Rico memotong kalimat Riska.<br /><br />Riska diam dan mengalihkan pandangannya ke arah Vino.<br /><br />“ Vin.itu semua benar. Tapi itu dulu,dan sekarang gue udah gak ngarepin balasan dari loe lagi. Lagian gue juga gak mau maksa loe buat nerima gue. Karena gue tahu, loe gak akan bisa mencintai gue seperti gue dulu ke loe.” Jelas Riska.<br /><br />“maksud loe Ka?” Tanya Rico dan Vino serempak.<br /><br />“ya,gue udah ngubur perasaan itu dalam-dalam. Dan sekarang gue gak lagi ngarepin Vino kok, loe tenang aja Vin. Gue gak akan maksa loe buat suka sama gue lagi.”lanjut Riska.<br /><br />“sekarang ada orang yang benar-benar sayang sama loe. Apa harapan itu ada untuk dia?” Tanya Vino sambil menunjuk rico.<br /><br />“jujur gue juga sayang loe Co.sikap loe,kebaikan loe. Itu yang bikin gue juga sayang loe. Tapi gue gak bisa nerusin rasa itu karena gue gak mau persahabatan kita rusak gara-gara itu. Karena loe udah jadi teman aja loe udah bikin gue bahagia kok punya teman kayak loe.” Jelas Riska.<br /><br />“loe bener ka.persahabatan kita lebih penting.” Jawab Rico.<br /><br />“lagian,loe masih bisa kok sayang sama Riska sebagai adik.’ Sambung Vino.<br /><br />“iya dong, gue kan juga sayang sama Rico. Tapi Cuma sebagai sahabat. Loe gak perlu berubah kok sama gue,sikap loe,kebaikan loe. Contohnya sekarag aja.mumpung masih dikantin nih,boleh dong ya mesen satu mangkok aja.laper ni habis klarifikasi tadi.”canda Riska.<br /><br />“yeee ujungnya gak enak tuh.” Balas Vino.<br /><br />Dan akhirnya semuanya berkahir bahagia. 3 hati itu tetap bisa saling menyayangi sebagai sahabat.</div>
<div style="color: purple; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Mellytha Afriani</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-64016998880314136502012-10-11T05:27:00.005-07:002012-10-11T05:27:59.007-07:00Cerpen Sedih, Penaluna<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Aku bersandar di dinding dapur. Ini sudah hampir setengah jam tapi Mama ngga juga berhenti mengoceh. Aku muak. Aku benar-benar muak dengan semua perkataan Mama. Banyak hal yang Mama ngga tahu tentang aku. Mama cuma mengenal dan menilai aku berdasarkan apa yang dia lihat. Dia ngga tau apa-apa tentang aku.<br /><br />“Kamu itu rasioal sedikit lah, Luna. Mau jadi apa kamu dengan mimpi-mimpi kamu itu? Papa dan Mama pingin kamu jadi dokter. Titik. Mimpi itu ya mimpi, ngga akan untuk jadi nyata. Ngerti kamu?” Kata Mama tanpa memandangku.<br /><br />“Terserah deh, Ma. Mama ngga tahu apa-apa.” Balasku sambil berjalan pergi meninggalkan Mama. Perasaanku campur aduk. Banyak hal yang membuatku down saat ini. Di sekolah, di rumah, semua orang. Kepalaku terasa sangat berat. Aku masih ngga percaya Emma yang lolos audisi Teen Movie Maker. Emma si cewe centil dari SMA 23 yang aku temui di tempat audisi. Sepertinya dia sama sekali ngga punya kemampuan untuk jadi sutradara. Mungkin dia hanya bisa memegang alat make-up. Aku yang selama ini berjuang untuk lolos audisi itu. Aku yang setiap hari terus berlatih. Aku yang setiap saat bermimpi untuk jadi sutradara. Aku yang selama ini kerja keras belajar segala hal. Aku selama ini yang berjuang. Bukan dia, bukan Emma. Dia ngga tahu apa-apa tentang bagaimana membuat film. Dia ngga tahu apa-apa. Aku yang tahu. Aku yang selama ini mimpi untuk lolos audisi itu. Aku!<br /><br />Aku membaringkan tubuhku di tempat tidur. Kamar adalah satu-satunya tempat dimana aku bisa sendiri. Aku ingin menghilangkan semua kekecewaan dan rasa bersalah pada diriku sendiri. Apa salah aku ngga mau jadi dokter? Apa salah aku punya impian sendiri? Apa salah aku ingin meraih semua hal yang selama ini aku inginkan? Semua orang meremehkanku, bahkan orang tua dan sahabatku. Semua orang, tapi ngga dengan Jeff. Dia laki-laki yang selama ini mendampingiku. Dia ngga pernah meremehkanku. Dia selalu disampingku.<br /><br />Tiba-tiba ponselku berbunyi.. Jeff Menelpon.<br /><br />“Halo Jeff.” Sapaku ramah.<br /><br />“Kamu lagi dimana, sayang? Aku cari kamu di sekolah, ternyata kamu udah pulang.” Mendengar suaranya membuatku merasa lebih baik.<br /><br />“Aku di rumah.”<br /><br />“Kenapa suara kamu lemes gitu? Kamu lagi nangis ya? Ada apa?”<br /><br />“Eh engga kok, sayang. Aku ngga nangis. Cuman lagi kecewa aja.”<br /><br />“Karena audisi Teen Movie Maker itu?”<br /><br />“Iya..”<br /><br />“Aku ke rumah kamu sekarang ya. Aku pingin bikin kamu senyum lagi.”<br /><br />“Ada Mama di rumah, Jeff.”<br /><br />“Mama kamu ngga akan apa-apa kalau aku yang datang.”<br /><br />“Iya deh.”<br /><br />“Tunggu ya, princess..” Jeff menutup telepon.<br /><br />Aku mengambil sebendel kertas dari dalam tas. Beberapa lembar kertas ini adalah naskah film pendekku. Sebuah film pendek yang aku buat susah payah. Tapi semuanya sepertinya sudah berakhir. Padahal lewat audisi Teen Movie Maker lah satu-satunya jalanku meraih semuanya. Sutradara terkenal. Gue benar-benar menginginkannya. Aku menggumam dalam hati, seperti biasanya. Ngga sengaja aku menjatuhkan tas disampingku dan membuat isinya berceceran di lantai. Semua barang-barang gue hari ini, gila banyak banget, mungkin gue bakalan kaya kalau tiap hari dapet bayaran buat bawa semua school stuffs ini. Aku memerhatikan sebuah buku berjudul ‘Dream Big’ diantara buku-buku sekolahku. Buku tentang motivasi dengan sampul bergambar balon warna-warni. Buku pemberian Manda, untuk memberiku inspirasi, katanya. Yah, kurasa dia mulai menyemangatiku. Aku meraih buku itu. Satu persatu halaman aku buka dengan tidak acuh. Aku terlalu malas membacanya. Kurasa menonton film jauh lebih menyenangkan daripada membaca buku. Aku mendengus. Tiba-tiba mataku terpaku pada sebuah halaman. Halaman 14, kalimat yang dikutip dari Woodrow Wilson.<br /><br />“Semua orang adalah pemimpi. Mereka melihat segalanya bagaikan kabut lembayung pada musim semi, atau sebagai api yang membakar pada malam musim dingin. Beberapa dari kita membiarkan suatu impian mati, namun yang lain memupuk dan melindunginya, merawatnya dalam hari-hari buruk hingga membawanya ke sinar matahari dan juga cahaya yang selalu menghampiri mereka yang selalu berharap impiannya akan menjadi nyata. Semua yang Anda impikan, Anda inginkan dan Anda harapkan, akan dapat Anda raih jika Anda memiliki kekuatan untuk bertahan, jika Anda dapat tetap terfokus pada tujuan Anda dengan intensitas yang cukup dan dengan satu tujuan.”<br /><br />Aku bengong. Ini kata-kata terindah yang pernah kubaca. Mungkin buku itu dikirim Tuhan padaku sebagai perwujudan dari malaikat. Aku tertawa sendiri. Buku ini adalah malaikat yang dikirim Tuhan? Kalau begitu, buku ini pasti punya sayap tersembunyi. Aku pasti sudah gila. Makin hari, otak gue semakin kacau. Berasa apa kalik gue kalau kayak gini terus. Ha-ha. Aku membaringkan tubuhku lagi dan buku itu kuletakkan di atas dadaku, mencoba meresapi semua kata-kata tadi. Aku bisa, ya, aku bisa meraih apa yang aku inginkan. Tuhan selalu memberi jalan.<br /><br /><br /><br />Ponselku berdering..<br /><br />Ternyata aku tertidur tadi. Jeff pasti sudah sampai dan sedang berusaha menelponku. Benar, Jeff menelpon. Aku melempar ponselku ke meja dan segera berlari menuju ruang tamu. Jeff sudah duduk disana dan tersenyum manis padaku. Aku membalas dengan senyuman riang dan menghampirinya. Aku langsung memeluknya. Aku bisa mencium wangi parfum Drakkar, parfum yang sangat dia sukai.<br /><br />“Luna, aku tadi ngga ingin bangunin kamu. Jadi aku telpon aja biar kamu bangun sendiri.” Kata Jeff sambil tertawa.<br /><br />“Itu sama aja bangunin aku. Dasar. Tapi maaf ya aku ketiduran.” Aku merapikan kemeja Jeff. Dia tampan hari ini. Dia juga terlihat sangat dewasa, mungkin karena dia lebih tua dua tahun dariku sehingga aku sering melongo melihat gaya berpakaiannya yang berbeda dari anak seumuranku. “Mama ngga bangunin aku. Harusnya Mama bangunin aku.”<br /><br />“Mama kamu ngga di rumah kok.”<br /><br />“Loh? Tadi Mama di rumah.”<br /><br />“Kata Bi Sami, Mama kamu lagi nyetorin tulisannya ke penerbit.”<br /><br />“Oh.. emang dasar penulis ya ke penerbit terus kerjaannya.” Kataku ketus.<br /><br />“Karena itu ‘kan nama kamu Penaluna. Mama kamu penulis dan juga pelukis, seniman dehpokoknya. Pena dan Luna. Penaluna Windy Arzen. ” Jeff mencubit pipiku.<br /><br />“Tapi kalo Papa itu ‘kan investor. Berarti harusnya nama tengahku Investasi.”<br /><br />Jeff tertawa terbahak-bahak. “Penaluna Investasi. Nama kamu keren banget!”<br /><br />Aku memandang wajah Jeff. Cara tertawanya yang begitu lepas dan juga mata coklatnya. Aku suka kedua mata coklat itu. Jeffri Raditya, aku sudah pacaran dengannya semenjak aku di kelas tiga SMP, sekitar tiga tahun yang lalu. Dia begitu berarti bagiku.<br /><br />“Oh iya, ngomong-ngomong soal audisi, semuanya bukan salah kamu, sayang. Kamu udah usaha keras selama ini buat bikin film pendek itu. Kita semua tahu kamu yang terbaik. Mungkin Emma lagi lucky aja.” Jeff meraih tanganku.<br /><br />“Kita semua? Siapa yang kamu maksud kita semua? Mamaku? Papaku? Sahabatku sendiri, Kesly sama Manda? Mereka pikir aku yang terbaik untuk ini?”<br /><br />“Udahlah, sayang. Kamu harus senyum. Ayo senyum..” Jeff menarik-narik kedua ujung bibirku dan membuatku tidak bisa menahan tawa. Jeff selalu membuatku tersenyum dan menjagaku. Dia segalanya. Sesuatu di dalam dirinya membuatku merasa begitu berarti. Aku sangat mencintainya.<br /><br />Sore itu Jeff mengajakku keluar rumah hingga malam. Tentu saja untuk menghiburku. Dia membawaku ke pasar malam di pinggiran Jakarta. Wahana bermain anak-anak yang sederhana, penjual mainan, permen kapas, lampu-lampu malam, anak-anak kecil dan tawa mereka. Semuanya membuatku merasa lebih baik. Membuatku merasa seperti anak kecil lagi, saat aku bebas bermimpi seperti kupu-kupu yang bebas terbang dan selalu merasa semuanya begitu mudah untuk diraih.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Mobil Papa berhenti di depan sekolah. Aku mencium pipi Papa dan langsung keluar mobil untuk menghampiri Kesly dan Manda yang sudah berdiri di depan gerbang. Mereka selalu menungguku disana setiap pagi sambil duduk-duduk di bangku bawah pohon depan sekolah.<br /><br />“Hey, you guys!” Sapaku dengan senyum ceria sembari menarik mereka melewati gerbang sekolah. Kedua sahabatku itu langsung menyerbuku dengan pertanyaan.<br /><br />“Beneran Lun, Emma yang dari SMA 23 yang menang? Kok gue baru tau, loe ngga bilang-bilang.” Manda dengan wajah penuh penasarannya.<br /><br />“Iya, sengaja ngga gue sebarin. Gue malu.” Jawabku datar.<br /><br />“Tuh ‘kan Lun, Teen Movie Maker itu audisi yang susah banget. Hadiahnya aja ngga tanggung-tanggung: langsung dapet project dan ikutan gabung bareng sutradara-sutradara terkenal di berbagai seminar! Gila aja.” Kesly menarik tangan kananku dan membuat beberapa bendel kertas tugas yang kupegang jatuh. “Eh.. maaf, Lun. Gue ngga sengaja. Maaf banget.”<br /><br />Aku tersenyum kecut, sementara Kesly memungut naskah yang berserakan di tanah. “Udah ngga apa-apa, Kes. Sini kertasnya. Jalan ke kelas, yuk.”<br /><br />Kelas masih sepi. Sepertinya kami bertiga berangkat terlalu pagi. Aku memerhatikan anak-anak kelas sepuluh dan sebelas lalu lalang di depan kelasku, mereka berteriak pada anak-anak kelas duabelas dengan senyum mengembang di wajah mereka: “Pagi, kak” “Have a nice day, kak.”. Terasa baru kemarin aku seperti mereka, kesana kemari untuk menyapa kakak kelas yang paling senior. Itu semacam tradisi sekolahku setiap pagi. Konyol memang. Tapi hal itu yang akan selalu membuatku merindukan masa-masa SMA.<br /><br />Aku masih tenggelam dalam pikiraanku sendiri hingga aku teringat sesuatu. Aku langsung mengecek tas. Dan benar saja setelah seisi tas aku acak-acak, aku ngga menemukannya. CD film pendek gue hilang! Gue yakin gue masukin ke dalam tas kemarin. Haduh bego banget gue sampe hilang gini. Kalo ilang, ya mati gue. Aku buru-buru menelpon rumah untuk menanyakan CD itu ke Bi Sami, mungkin saja dia melihatnya di kamarku. Tapi kata Bi Sami dia ngga melihatnya. Haduh mati gue bisa mati!<br /><br />“Kenapa, Lun? Kok muka loe aneh gitu?” Kesly yang duduk di sebelahku nyeplos.<br /><br />“Ada yang hilang. Haduh bego banget gue.”<br /><br />“Apaan yang hilang, Luna Lalunna?”<br /><br />“Eh, ngga apa-apa kok. Barang ngga penting he-he.” Aku nyengir. Kayaknya emang ngga usah dicari deh. Seinget gue, masih ada back-up nya di rumah. Semoga aja ngga ditemuin orang iseng.<br /><br />Aku berpikir keras. Kira-kira siapa yang menemukan CD film pendekku itu? Pencari bakat atau juri Teen Movie Maker yang akhirnya menyadari bakatku dan memberiku kesempatan kedua untuk jadi juara? Aku tertawa kecil. Aku menertawai kekonyolanku. Kesly yang duduk sebangku denganku memandangiku aneh, tapi dia tahu bagaimana aku saat bertingkah aneh, terutama saat aku tertawa sendiri tanpa alasan, benar-benar seperti orang aneh. Dia membiarkanku lalu kembali sibuk dengan buku tugas matematikanya.<br /><br />Jauh dari perkiraanku, bukan pencari bakat atau juri Teen Movie Maker yang menemukan CD itu, tapi Ivan. Dia salah satu anak populer di sekolah, dia juga super tajir, orangtuanya bukan orang sembarangan. Aku ngga pernah kenal dia, bahkan ngobrol sekalipun engga. Tiba-tiba dia menghampiri mejaku saat aku masih berkutat dengan PR matematika yang belum sempat aku kerjakan semalam—sangat realita anak SMA—. Tangannya mengulurkan sebuah formulir pendaftaran dengan kop bertuliskan Vancouver Film School.<br /><br />“Luna Lalunna Penaluna, loe jatuhin CD loe di depan ruang OSIS kemarin dan gue temuin. Demi apa film pendek loe keren banget! Bener-bener ngga nyangka gue. Gue rasa loe cocok masuk ke Sekolah ini. Bokap gue yang rekomendasiin.” Ivan tersenyum padaku. Aku melongo, begitupun Kesly yang langsung menyerobot formulir itu dari tangan Ivan.<br /><br />“A-apa? Bokap loe? Gimana bisa? Maksud gue, loe bahkan ngga kenal gue, iya kan? Kok bisa?”<br /><br />“Banyak nanya nih loe, Lun. Udah ini terima aja formulirnya. Juga lampirin CD loe ini. Terus kirim ke alamat yang ada di kop. Gue yakin loe ngga cuman diterima, beasiswa bahkan udah nunggu elo. Bentar lagi 'kan kita juga udah lulus, jadi loe bebas nglanjutin dimana aja.” Cetus Ivan sambil menyodorkan CD film pendekku.<br /><br />“Loe serius?” Aku masih memandangnya heran.<br /><br />“Bokap gue nonton film pendek loe. Gue sih yang ngajak dia buat nonton. Gue juga kenal loe. Luna Lalunna Penaluna, si cewe cantik yang gue taksir dari kelas satu, tapi sayang udah punya pacar. Btw, good luck, ya. Kabarin gue berita baiknya.” Ivan nyelonong pergi dengan tawa di wajahnya. Luna Lalunna Penaluna, si cewe cantik yang gue taksir dari kelas satu, tapi sayang udah punya pacar. Aku bengong, ngga bisa ngomong apapun. Vancouver Film School? Bahkan lebih hebat dari hadiah Teen Movie Maker!<br /><br />Kesly melambaikan tangannya di depanku. “Penaluna, loe masih hidup, ‘kan?”<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Beberapa bulan kemudian..<br /><br /><br /><br />Jeff, Mama, Papa, Kesly, Manda, dan Ivan. Satu-persatu dari mereka memberiku pelukan perpisahan. Pesawat berangkat lima menit lagi. Iya, aku dapat beasiswa di Vancouver, Amerika itu dan berangkat lima belas menit lagi, tepat lima belas menit lagi. Ngga ada lagi yang memaksaku untuk jadi dokter, ngga ada lagi yang meremehkanku karena paling tidak aku seudah membukitikan kemampuanku pada mereka. Aku bisa meraih apa yang aku impikan. Yah, belum jadi sutradara hebat juga, sih. Tapi ini sebuah pijakan awal. Selama ini aku jadi orang aneh, terlalu terobsesi, semuanya karena aku ingin meraih apa yang aku inginkan. Ada yang salah dengan bermimpi? Semua orang bebas bermimpi. Semuanya berawal dari mimpi. Ngga ada yang bisa mengendalikan masa depan kita selain diri kita sendiri, bukan orang lain. Terkadang kabar baik juga datang dari orang yang sama sekali ngga terduga, dari orang yang bahkan ngga terlintas di pikiran. Ivan si anak populer yang entah gimana sekarang jadi salah satu sahabatku. Dia sangat berjasa bagiku. Suatu saat aku akan membalasanya. Hmm.. dan tentang Jeff, dia yang akan selalu di sisiku. Dia berarti segalanya. Dia belahan jiwaku.<br /><br />Aku berjalan meninggalkan orang-orang yang kusayangi. Tentu saja meninggalkan mereka untuk sementara. Kulihat mereka tersenyum padaku. Senyum ceria mereka. Senyum dengan rasa bangga mereka. Mereka melambaikan tangan padaku, mulut mereka bergumam dan aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka katakan. Tapi aku percaya mereka mengatakan ‘Kami mencintaimu, Lun’.<br /><br />Luna Lalunna Penaluna. Well, ini bukan akhir, tapi permulaan dari sebuah akhir..<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Annisa Widyawati</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-72110217420690462422012-10-11T05:25:00.001-07:002012-10-11T05:25:14.667-07:00Cerpen Sedih Sayang, Aku Ingin Putus<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Saat aku sedang tidak ada kerjaan, tiba-tiba ada seseorang yang mengirimi ku sms. “Anggi” isi smsnya. Aku pun langsung membalas nya dengan bertanya “siapa ini?”. Dia mengaku sebagai ahmad teman sekelas ku. Aku masih belum percaya bahwa dia adalah ahmad, akhirnya aku bertanya dengan teman-temanku apakah mereka mengetahui nomor siapa ini. Ternyata nomor itu adalah milik Rendi teman sekelas ku juga, ia mendapatkan nomor ku dari salah satu teman ku.<br /><br />Setelah itu, kami jadi sering smsan. Aku awalnya tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya, tapi suatu saat dia menembakku dan aku tidak bisa menerimanya karna aku menganggap dia hanya teman. Dia tidak putus asa, beberapa kali dia menembak ku lagi sampai akhirnya aku menerima nya karna aku memiliki perasaan yang sama dengan nya, tapi saat aku menerima nya aku berkata bahwa aku tidak dibolehkan berpacaran selama sekolah, jadi kita tidak bisa ketemuan atau ngedate. Ia pun menyanggupinya.<br />Kami berpacaran hanya lewat sms dan telfon, di sekolah pun kami jarang berbicara karna kami tidak mau teman-teman kami yang lain tau bahwa kami berdua berpacaran. Selama itu kami banyak menghadapi masalah sampai harus putus nyambung putus nyambung. Suatu saat aku ketahuan berpacaran oleh orang tua ku, akhirnya hp ku disita dan kami tidak berhubungan lagi. Ketika hp ku dikembalikan, aku menghubungi rendi lagi dan kami pun berpacaran kembali.<br /><br />***<br />Saat itu sandi ingin sekali menemuiku, tapi aku tidak mau karna takut ketahuan. Kami pun sepakat untuk bertemu didepan jendela kamar ku pada jam 3 subuh. Ketika kami bertemu, kami senang sekali walau dibatasi oleh teralis jendela kamarku. Tapi sayang, saat itu juga mama ku masuk ke kamar ku dan melihat ada rendi di depan jendelaku. Rendi pun langsung pergi dan aku hanya bisa diam saat orang tua ku memarahiku. Hp ku kembali disita selama berbulan-bulan dan kami tidak ada berhubungan sama sekali. Aku mengira bahwa rendi telah memiliki kekasih yang baru dan melupakanku, padahal saat itu aku masih sangat sayang kepadanya.<br /><br />Setelah 6 bulan, hp ku pun dikembalikan tapi aku tidak menghubungi rendi. Pada tanggal 23 februari saat dia berulang tahun, ku beranikan diriku untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Aku kira dia tidak akan membalas sms ku, tapi ternyata dia membalas sms ku dengan ucapan terima kasih. Bermula dari sanalah hubungan kami terjalin lagi.<br /><br />***<br /><br />Saat pembagian kelas, aku dan sandi sekelas lagi, tapi orang tua ku tidak menyetujuinya dan meminta kepada guruku untuk memindahkan ku ke kelas yang lain. Aku pun rela dipindahkan dan tidak sekelas lagi dengan rendi. Tapi, kami masih berhubungan baik walaupun aku terkadang cemburu dengan nya yang sekelas dengan mantannya. Di saat seperti itu, aku biasanya meminta rendi untuk menelfon ku dan ku ceritakan semua unek-unekku kepadanya. Tidak jarang di telf aku menangis dan rendi juga ikut menangis.<br /><br />Sebenarnya aku ingin kami tidak berhubungan lagi karna aku tidak mau terus-terusan membohongi orang tua ku, aku dulu berjanji bahwa aku tidak mauberpacaran lagi tapi ternyata aku tetap berpacaran. Berbagai cara ku coba untuk membuat rendi benci kepadaku dan meninggalkan aku. Saat itu aku hanya bisa berkata bahwa aku tidak akan bisa membuat mu bahagia karna keadaan ku yang terlalu di kekang dan aku tidak pernah bisa mengerti kamu. Tapi rendi selalu saja berkata “tujuan hidup ku hanya kamu vita, jadi kalau kita putus, aku tidak punya tujuan hidup lagi. Aku hanya ingin nanti kita bisa menikah dan bersama selamanya. Aku akan selalu mengerti keadaan mu dan memahami segala kekurangan mu”. Aku hanya bisa menangis mendengar perkataannya.<br /><br />Suatu saat aku ingin benar-benar ingin rendi meninggalkan aku dan memberinya kebebasan untuk mencari wanita lain yang lebih baik dari ku, yang dibolehkan pacaran oleh orang tua nya sehingga wanita itu bisa membahagiakan rendi. Aku akhirnya meminta kepada rendi untuk putus dengan alasan aku sudah tidak tahan dan tidak sayang lagi dengan nya, padahal aku sangat sayang kepadanya. Aku tau itu menyakitkan baginya, tapi hanya cara itulah yang bisa ku lakukan. Rendi pun bersedia untuk ku putuskan.<br /><br />Setelah beberapa lama tidak berhubungan dengan rendi, aku merasa sangat kesepian dan hampa. Aku hanya dapat berharap suatu saat kami bisa bersama, kalau pun tidak bisa semoga saja dia mendapatkan kebahagiaan dengan wanita pilihan nya. Amin.<br />***</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Anggi Sagita</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-64631456247458204012012-10-11T05:22:00.001-07:002012-10-11T05:22:35.006-07:00Cerpen Romantis Esther...<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Esther..mgkn esther tidak mau bertemu lagi dengan koko..mungkn esther berusaha menghapus seluruh kenangan kita dan cerita kita yang dulu pernah ada. Dan mungkin semua sudah terlambat menurut esther..Rintangan dan cobaan yang tidak mampu kita lewati berdua akhirnya membuat keadaan yang ada tidak bisa mempersatukan kita kembali..<br /><br />Mungkin semua cerita kita sudah berakhir..sangat terpukul dan shock dengan keputusan dan pilihan esther yang sangat tiba-tiba..<br />Air mata dan penyeselan tiada arti dan tiada guna akhirnya yang koko dapatkan..usaha untuk mendapatkan dan memiliki hati esther sepenuhnya kembali akhirnya gagal..tertutupnya ruang hati dari esther buat koko membuat koko harus merelakan esther meski keikhlasan itu tidak...sama sekali tidak ikhlas...yaa..koko harus merelakan tanpa keikhlasan.<br /><br />Maafkan koko yang sudah membuat keadaan seperti ini..karena koko tidak mau dan tidak bisa membohongi isi hati koko...besarnya sayang dan cinta koko kepada esther tidak akan pernah pudar...maafkan koko karena cinta koko telah mengkhianati esther..koko sudah ingkar janji untuk selalu menjaga esther ,dan mendampingi esther...<br /><br /><br /><br />Meski dengan hati yang sedih, perih, dan uraian air mata,<br /><br />Meski terkadang ucapan dan perkataan koko tidak sesuai dengan isi hati koko,<br /><br />Tapi cerita itu akan abadi di hati koko..selamanya..meski nanti koko akan pergi jauh, bahkan sampai nanti koko tutup usia, cerita kita akan selamanya koko kenang....<br /><br /><br />Meski tersirat tidak akan ada yang abadi, tidak ada yang sempurna...semua pasti akan berlalu..<br /><br />ijinkan koko membuat tulisan hati terakhir ini buat esther di hari yang special buat esther...koko tidak berharap balasan tulisan dari esther..koko hanya berharap esther masih akan senyum dan mengenali koko saat masih diberi kesempatan untuk bertemu koko..dan koko berharap, koko bisa hidup bahagia bersama dengan esther di kehidupan yang mendatang dan memperbaiki kesalahan kesalahan kita di kehidupan yang lalu...jikalau memang kehidupan mendatang itu ada..<br /><br />meskipun esther tidak mau membaca semua tulisan ini sampai habis atau bahkan sampai esther delete, tapi koko sedikit bisa lega dengan membuat tulisan ini...karena tidak ada lagi yang bisa koko lakukan selain meluapkan isi hati koko...<br /><br />Berlalu dan berlalu begitu cepat....<br /><br />Gak terasa..semua harus berakhir..masih terlintas semua dibenak koko apa yang sudah terjadi dan kita lewati bersama selama ini..entah sampai kapan bisa terus dipikiran koko..semoga Tuhan terus bersama kita selamanya mengiringi perjalanan hidup kita..<br /><br />7 tahun lalu, koko memutuskan berhenti kerja di merauke-papua setelah hampir 2 tahun kerja di merauke..koko akhirnya memutuskan untuk ke jakarta selama 1 bulan dan akhirnya memilih ke surabaya..ke surabaya juga karena ingin membantu kakaknya koko namanya ferry, cari barang dagangan untuk kemudian dikirim ke toko kakaknya koko di merauke..<br /><br /><br />Yaa..sepertinya semua tak terduga..Sekitar bulan september 2005, langit sore Surabaya terasa masih terik saat itu..sehabis keliling kota surabaya untuk cari barang dagangan untuk di jual di merauke, koko teringat punya janji dengan teman..teman koko mau kenalin koko ke seorang perempuan..dan sekitar jam 3 sore, koko akhirnya berkenalan dengan perempuan itu di mall Tunjungan Plaza Surabaya..dengan sosok koko yang waktu itu mgkn kurus banget dengan sedikit deg-degan bersalaman dan berkenalan dengan seorang wanita yang .....hmmmm...rambut lurus sebahu, pipi yang chubby dan montok lucuu dehh..sangat sesuai dengan type wanita yang koko suka..yaa manis banget dalam pikiran koko saat ituuu..dia menyebut namanya Estherina..waktu bertemu dia, entah kenapa pada saat dia menyebut namanya estherina, dan koko melihat matanya, koko waktu itu merasa ada yang lain di sosok wanita ini..terlintas di benak koko sekejap kalo dialah..dia..ini dia..dan ini orangnya yang akan banyak mempengaruhi hidup koko...ya..ya..dan waktu itu mgkn koko jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan langsung merasa dia yang paling tepat buat koko.<br /><br /><br />Browser Anda mungkin tidak bisa menampilkan gambar ini.sosok seperti foto disamping ini saat pertama kali bertemu dengan dia.lucu bangettttt Wanita itu akhirnya selalu koko panggil esther..dan dengan seiring waktu berjalan, kami semakin dekat dan dekat..entah kenaapa koko merasa nyaman saat bersama dia..koko mendapat signal positif selama melakukan pendekatan dengan dia..dan tepat hari Sabtu 1 Oktober 2005, sehabis nonton bersama dan malam mingguan di mall tunjungan, koko memberanikan diri untuk menyatakan cinta koko kepada dia..dan dia setuju untuk menjadi pacar koko..esther menjadi milik koko..cerita indah,manis dan pahit semuanya berawal disini..<br /><br />Yaa..bisa dibilang terlalu cepat, terlalu dini untuk masa perkenalan koko dengan esther sampai akhirnya kami berdua jadian..Tapi semua hanya Tuhan yang tahu garis dan takdir cinta koko dengan esther...<br /><br />Entah apa yang ada dlm perasaan koko..senang..gembira dan bahagia..karena wanita yang bersama koko itu lucu, smart, dan selalu membuat koko merasa tenang bila bersama dia...maklum kali yah..semangat anak muda yang jatuh cinta..saat itu usia koko masih 24 tahun dan esther 18 tahun masih SMA kelas 3..hihihi..iyaaaa ....katanya esther pernah gak naik kelas waktu kelas 1 SMA..dasar bandelll kali dia dulu.. <br /><br />Kita akhirnya jadi sering jalan bareng...naik motor bareng..ke mall mengendarai motor honda mega pro koko...kemudian ga lama koko ada tabungan waktu kerja jadi sales disurabaya, motornya diganti dengan motor bebek supra.. lucu banget deh..suka mampir di bakso jalan jagalan..mamam bakso disana, makan di kost koko atau di kost esther..bahkan kita sempet main bilyard bareng jugaa..diaa bisa maen bilyard ternyata..huuuu...tapi koko selalu menang..ihihihi<br /><br />Hmmm..kadang esther ama koko juga suka makan nasi pecel keputran deket sekolah esther...enak banget nasi pecelnya..pedes dengan empal goreng suir-suir..kalo ke surabaya lagi pasti mau mampir kesini akhhh....<br /><br /><br />Hal terlucu lagi pernah ban motor kempes, koko ampe bingung..boncengin cewekk koko abis makan malahh pake acara ban bocorr..huuuu..kan gak lucuu...hujan pulaaa waktu ituu akhirnya drpd esther naik motor kempes, koko suruh esther pulang ke kost naik taksi dan koko pergi tambal ban.hehehe..<br /><br /><br />Dan 18 oktober 2005, koko dapat kado special dr esther..kado pertama dr wanita yang mengisi hari-hari koko di surabaya..wanita yang koko cintai...kado berupa salib emas putih..dikasih saat di orange taksi waktu antar esther pulang ke kost..<br /><br />Perasaan senang campur aduk waktu terima kado itu..hmm..selalu ada di kalung koko bandul salib emas putih itu saat itu..<br /><br />Yaa..koko mengenal esther memang walaupun bukan sosok yang terlalu religius dalam Katolik, tapi esther selalu mencari Tuhan dan selalu mengingat Tuhan dalam segala langkahnya selalu..<br /><br />Yaa..koko selalu diajak ke gereja setiap minggu..satu hal yang sudah sangat jarang koko lakukan dalam 5 tahun terakhir tapi esther selalu mengingatkankan koko untuk selalu gereja dimulai saat menerima bandul salib itu sedikit banyak pikiran koko terbuka untuk selalu berserahkan diri dan mengucap syukur pada Tuhan atas kehidupan ini.....<br /><br />Dan saat itu koko sadar kalau estherina , wanita yang 6 tahun lebih muda dari koko, mampu membantu koko untuk bisa lebih mengenal Tuhan..sikap esther yang sedikit manja, iya koko suka banget dengan kemanjaan dia, tapi mempunyai pemikiran positif yang lebih baik dari koko..<br /><br />Hmmm..seiring waktu berjalan, tak terasa banyak yang telah terjadi diantara koko dan esther..sungguh tah terduga kalo perjalanan koko dengan esther baru dimulai saat itu...<br /><br />Desember 2005, setelah semua berjalan sebagaimana mestinya...akhirnya koko memberanikan diri ke kampung halaman esther di cepu..tentunya dengan seijin esther dahulu..esthernya sudah berada disana duluan awalnya..dan akhirnya koko sampai di cepu untuk merayakan natal dan tahun baru bersama-sama di rumah esther. Koko dijemput sama esther dan kakak ipar esther di stasiun kereta api cepu..kota yang nyaman dan ramah sih menurut koko..iyaaa sempet naik becak bareng berdua juga di cepu....hehehe<br /><br /><br />Banyak hal terjadi di cepu..berkenalan dengan keluarga esther..jalan kaki ke toko-toko sebelah toko kue Gardenanya esther...kenal sama pegawai esther yang namanya cik gien..orang yang saat itu paling dekat dengan esther..tapi belakangan koko dengar dia jadi jauh dengan esther.. ..tapi pengalaman berkunjung ke cepu adalah hal yang luar biasa buat koko..koko bisa berkenalan dengan keluarga esther lebih awal dan cepat...koko merasa senang dan nyaman saat itu..bisa makan bersama keluarga esther..dan makan sate blora bareng esther..yaa..kesukaan esther juga...hihihi..<br /><br />Iya, malamnya juga dibikin pudding di rumah esther..dan iya, pudding itu kesukaan koko banget..dia buatt puddingnya enakk banget..pake fla susu gitu..waktu malam itu makan pudding bareng adik esther namanya adit...makannya adit buanyak banget..gendut..dan iya, adit itu adik kesayangannya esther......sangat dekat waktu itu..<br /><br />Tapi sepertinya semua berjalan tidak sesuai harapan koko..saat itu keluarga esther sepertinya tidak begitu menyukai sosok koko..dan esther diharapkan sama keluarga esther untuk tidak terlalu jauh jalan bersama koko. Tapi atas pemikiran matang koko dan esther, semua berjalan sebagaimana mestinya..<br /><br />Hubungan koko ama esther berlanjut dan terus berlanjut...meski tanpa sepengetahuan keluarga esther di cepu kalau kita terus jalan bareng..satu hal yang koko petik,, esther sayang sama koko dan koko pun tidak mau kehilangan esther, sehingga waktu itu tidak mau memutuskan hubungan yang baru seumur jagung itu...koko berkesimpulan, mgkn orang tua esther tidak siap dengan keadaan yg ada..entah koko yang terlalu tua buat esther, belum mapan,atau ada sesuatu dlm benak orang tua esther..hiks..atau juga esther yang terlalu muda di usia 18 thn belum diijinkan untuk memiliki suatu hubungan yang serius dengan laki-laki...entahlah...dalam benak koko, koko hanya sayang dengan esther dan tidak mau semua berakhir hanya karena rintangan ini..<br /><br />Setelah natal dan tahun baru 2005 usai, koko balik ke surabaya..kerja kembali..2005 berlalu..2006 menghampiri koko dan esther...saat itu semua berjalan sebagaimana mestinya..koko yakin bisa menjalani hub dengan esther baik-baik saja..<br /><br /><br />Hmm..yaa..lucu...Terkadang mama papa esther telp ampe harus menghindar kalo tidak ada koko disamping esther..dan akhirnya demi kelangsungan hub koko ama esther, esther harus membohongi keluarga kalo koko sudah tidak ada apa-apa dengan esther,hanya sebatas teman..terlintas dibenak koko esther sudah melakukan hal yang lumrah demi hub koko dan esther berjalan baik..sedih sih dengan keadaan begitu..tapi kembali lagi, ini hanya ujian dan rintangan dalam hub koko dengan esther.<br /><br />Dan iya..seiring waktu berjalan,koko semakin mengenal karakter esther..sering waktu kita habiskan berdua..makan bareng...makan di pasar atom..makanan kesukaan kita..paniki dan rw masakan manado, bu gris di pasar atom..hampir setiap minggu sepulang gereja atau kalau tidak ke gereja sekalipun akan mampir ke pasar atom untuk makan berdua..rebutan kursi duduk dengan pengunjung lain di food court pasar atom....hihihihi<br /><br />Dan sosok esther koko kenal periang..lucu..manjaaaa bangett....pipinya ituuu lohhh, bikin kepala koko kalo lagi sakit bisa sembuh sendiri..hehehe...kami semakin dekat dan dekat..huuuu..iya..sesekali koko tegur kepala dia yang sering miring sendiri tiba-tiba kalo nonton tv atau bioskop...huuu..bawaan dr kecil sih kata esther..tapi ya sudahlah..koko tidak bosan-bosannya menegur dia kalo kepala dia yang bulat itu tiba-tiba miring sendiri..hihihihi...<br /><br />Ehhh iya,,,,akhirnya koko tau juga kalo dia ternyata bisa dan pintar masakkk..aduuh..dia jadi sosok wanita yang koko impikan dr seorang wanita..huuuu....<br /><br /><br />Di 2006 .......Seringkali saat dia pulang ke cepu, koko sering dibawaain makanan bikinan esther atau mama esther ke surabaya..kadang jjuga dibawain roti gardena yang di jual di toko..hihihi.juga pernah dibawain kodok swikee khas cepu... lumayan, apalagi koko sendiri dikost kadang lupa makan..jadi kalo esther nginap di kost koko aja gak mgkn telat makan..soalnya ada esther yang ingetin makan...<br /><br />Sering juga malam minggu pergi makan ikan bakar..minggu siang makan sop saudara di undaan kulon..seriiiing bangettt makan sop disituu..esther sering minta diajak makan kesana...weeeekk..hihihihii...terus suka banget tuh kalo pergi makan kodok goreng swikee,, tapi koko lupa nama jalannya... tapi lebih enak swikee yang di cepu sih..sepertinya lebih enak..<br /><br />dari situ koko mengenal sosok esther yang doyaaaan makan pedes, doyan makan makanan makassar yang sebelumya gak pernah tau makanan makassar..hehehehe..ampe kadang koko marahin esther kalo makan sambel nya itu gak kira-kira, ampe kadang sambelnya itu bikin koko yang keringetan.... huuuu...<br /><br />Waktu di thn 2006 berjalan sebagaimana mestinya dan terus berlalu...hingga suatu waktu di awal 2007 esther mendapat bea siswa dr st.louis ...bea siswa kuliah jurusan kedokteran di Untar – Jakarta.. bangga dan bahagia saat itu sih..apalagi denger esther ambil jurusan kedokteran...yaa..sulit diungkapkan dengan kata-kata...krn itu adalah jurusan yang diimpi-impikan oleh orang tua kepada anak-anaknya..<br /><br /><br /><br />Akhirnya melalui pertimbangan yang berat, esther memilih kuliah kedokteran di jakarta.apalagi saat itu keluarga esther sangat support kalo esther kuliah kedokteran..<br /><br />Iya,kuliah kedokteran butuh waktu lama, keseriusan dalam belajar dan kemapanan finansial..<br /><br />Dan esther saat itu dengan mantap dan yakin bisa melewati rintangan yang belum kelihatan saaat itu..karena koko melihat di mata esther saat itu, di kamar kost koko, koko dan esther YAKIN bisa.<br /><br />saat itu esther menangis di kost koko..seakan tdk mau dan ingin ada perpisahan dgn koko di surabaya dan koko tau esther pengen dekat di samping koko selalu..waktu itu esther denger lagu kerispatih- “lagu rindu” di kamar kost koko....esther menangiss dan menangiisss... koko coba selalu menenangkan hati esther saat itu..koko coba bersikap tenang, padahal, jujur isi hati koko saat itu adalah pasti akan ikut esther ke jakarta...yaa..jakarta, kota yang sudah tidak terlalu asing buat koko.<br /><br />Akhirnya, koko memutuskan untuk ikut bersama esther ke jakarta..mei 2007 koko resign dr kerjaan koko di surabaya..koko susul esther yang udah lebih dulu ke jakarta, kost di samping kampus untar baru, di jl. taman s parman blok A 1c..hehe..lengkap yaa..koko saat itu hanya punya 1 keinginan, tidak ingin jauh dari esther..karena esther udah banyak merubah hidup koko yang sebelum kenal esther kurang begitu nyaman buat koko dengan pengalaman-pengalaman buruk koko..terlintas di benak koko, tanpa esther koko lemah..lemah dalam segala-galanya...<br /><br /><br />Koko memutuskan ke jakarta juga karena jakarta udah tidak asing lagi buat koko,karena dulu koko sempat SMP dan kuliah di jakarta juga..apalagi ada kakaknya koko juga yang kerja di sinarmas di BSD City..<br /><br /><br />Dan Kokopun cari kerjaan di jakarta..dengan sedikit tabungan yg ada,, koko beli motor untuk mobilitas cari kerjaan di jakarta..<br /><br />Tapi ternyata ga semudah itu cari kerjaan di jakarta..banyak lamaran yang koko masukkan ke perusahaan, tapi hasilnya nihil..akhirnya koko minta bantuan kokonya koko yang di BSD untuk masukkan koko di kerjaan property sinarmas..dan well, its work..koko dpt kerjaan di sinarmas property dengan gaji 1 juta perbulan dan tanpa pengetahuan soal property sedikit pun...buta bangettt soal property...tapi yaaah dengan semangat menyambung hidup, harus dijalani saat itu.<br /><br />Tapi...Gak tau kenapa dan mimpi apa sebelumya atau ada pertanda buruk apa, 2 minggu sebelum masuk kerja di bsd, koko tabrakan di jalan gunung sahari..koko ditabrak sama mobil dr belakang..akh..ini sepertinya pertanda buruk buat koko...tangan kiri koko luka dgn tulang bergeser dan membekas sampai sekarang...tapi yah sudahlah..koko coba melupakan hal buruk tersebut....esther beberapa kali nemenin koko berobat tangan koko kala itu..esther marahin koko kalo koko obatin dengan cara-cara tradisional..harus operasi kata esther..tp dokter minta sekitar 10 jutaan untuk operasi..koko gak punya uang saat itu...akhirnya yah terapi urut kiri kanan aja....esther cemberut aja liat semua tingkah konyol koko dengan berobat tradisional..hehehe..<br /><br /><br />17 Juli 2007 koko mulai kerja di bsd..hadehh..usia koko sudah 26 dan esther 20 saat itu..huff...cepat dan cepat waktu berlalu..koko belajar banyak saat kerja di bsd saat itu..banyak hal yang koko pelajari di saat itu..<br /><br /><br />Tapi saat koko mulai kerja di bsd, disinilah dimulai banyak cobaan dan ujian dalam hubungan koko dengan esther...terkadang benci dan sangat lelah mengingat ujian dan rintangan itu...koko hanya berharap ujian dan rintangan itu bisa buat hubungan kita semakin kuat...<br /><br />Banyak kenangan indah, seru,lucu,menyebalkan dan dalam hubungan koko dengan esther kala itu...di sinilah koko belajar arti hidup, cinta, dan kasih sayang yang sesungguhnya..<br /><br />Yaa..dimulai dengan waktu esther dan koko yang sering ngambek..mgkn dikarenakan sabtu dan minggu koko diwajibkan kerja terus weekday esther kuliah, weekend esther libur tapi koko harus kerja...jadi waktu bareng dengan esther jadi berkurang..tapi koko selalu berusaha untuk bisa bersama esther di saat ada waktu dan waktu koko off di hari selasa..semua itu karena koko tahu, esther selalu ingin dekat dengan koko...demikian pun koko yang selalu ingin dekat dengan esther walaupun kalimat itu jarang terucap dr mulut koko...<br /><br />Malam koko sempatkan bisa makan bareng esther sebelum pulang ke rumah kartini..kadang malam minggu esther nginap di kartini juga..minggu pagi koko antar pulang ke kost esther lagi..<br /><br />Dan 2 bulan setelah kerja, dengan sedikit memaksa tabungan yang ada, koko membeli mobil hyundai yang awalnya tanpa sepengetahuan esther..plat mobilnya B 1800 MF..yaaa mobil si biru itu menjadi mobil pribadi pertama koko ama esther..esther sempet kaget campur senang saat mobil itu koko pake untuk jemput esther di kost..di raut wajah esther terlihat aneh..entah senang atau sedih...pikiran koko esther harus senang..hihihi..tp koko juga pikir mgkn esther sedih..karena koko tahu esther orangnya pelit..ga suka boros dan tahu cara menempatkan diri pakai uang...tapi koko coba mengalihkan situasi saat itu..koko cuek aja..krn koko pikir untuk mobilitas kerja di BSD itu sangat jauh dr rumah kartini di jakarta...dan lambat laun akhirnya esther pun bisa mengerti keadaan itu..<br /><br />Seiring waktu berjalan, koko yang kerja dengan tekanan tinggi di BSD saat itu, dan kerja tanpa kenal waktu, mgkn mendapatkan hasil yang sedikit lumayan...setidaknya hasil kerjaan koko di marketing BSD saat itu bisa untuk ditabung dan buat makan bareng esther...dan iya, dalam tahun pertama kerja,, koko langsung masuk dalam 5 besar penjualan terbaik di BSD saat itu..hasil yang juga diluar dugaan koko...semua karena berkat Tuhan dan pastinya support dr esther juga saat itu...<br /><br /><br />18 0ktober 2007, koko dpt kado special lagi...dpt kue ultah dr esther..kue dari holland bakery..hehehe..enak..apalagi ada esther yang potongin kuenya..<br /><br /><br />saat itu semua berjalan baik-baik aja..seringkali koko cium pipi dan kening esther..dan iya..esther yang koko sering juga panggil rabbit, honey,hunhun, dengan manja hanya mau dan bisa bobo dibawah ketiak koko...rasa itu selalu membekas sampai sekarang..rasanya waktu itu hanya ingin memiliki status hubungan yang lebih dengan esther..tapi apa daya, esther masih baru memulai pendidikan kuliah esther waktu itu...<br /><br />Iyaa...ada kenangan yang tak terlupakan jugaa...pada 2008 awal sempat terjadi banjir besar di jakartaaa..hampir seluruh jakarta terendam banjir...koko saat itu tidak kerja dan esther sedang berada di kost...dan saat itu grogol dan sekitarnya sangat parah kena banjir...dan esther terisolasi dalam kost...mati lampu..mati air..panik..gak bisa kemana-mana...koko di rumah kartini panik..bingung gak tau harus gimana..koko akhirnya minta tolong best fren koko si jemmy untuk jemput koko di rumah, lalu berdua naik motor sampai di depan roxy..karena selepas dr roxy udah banjir lautan yang parahh..hmmm..koko akhirnya liat ada jasa gerobak sampah untuk anterin sampe ke untar..koko jd naik gerobak sampah itu dari roxy sampai ke kost esther...sebelum sampe ke kost esther, gerobaknya kebalik di deket jembatan penyebrangan..hahahaha..kacauuu...gak lama esther keluar naik perahu karet, dan koko udah nunggu di bawah jembatan....dgn naik gerobak berdua, akhirnya bisa keluar dr banjir ama esther dan balik ke rumah kartini..hehehehehe....berduaan bauuu air gottt....<br /><br />Dan iya, dengan tunggangan mobil biru, sering banget pergi makan berdua di tanjung duren..tempat makan anak-anak kost..makan tahu goreng dll..kadang sesekali makan di cafe strawberry jugaa...masih inget maen di cafe strawberry berdua waktu itu..tapi ga inget main apa...dan iya,esther koko tau sebagai wanita yang simple..she’s nice women..<br /><br />Hmm..pertengahan 2008, koko ama esther berlibur ke bali ....ya sepertinya semua tersusun dengan baik sebelum ke bali..beli voucher hotel malam-malam sehabis koko pulang kerja di roxy tepatnya di kantor travel raja kamar..koko ambil cuti dr kantor, dan iya akhirnya kita liburan di bali....seruu..berenang di kuta, makan bebek bengil, keliling naik taksi, ampe makan nasi campur bali di denpasar..iya..liburan di bali yang gak akan terlupakan buat koko...<br /><br />Seiring waktu yang terus berjalan, juli 2008 rumah di kartini akhirnya koko jual..dengan sedikit tabungan yang ada, koko dan esther memutuskan untuk membeli rumah di BSD..dalam waktu singkat setelah bereliling BSD, akhirnya koko dan esther memilih rumah di jl.angsana BSD City. Saat itu rumah itu memang sedikit gak terawat dan teratur sih..tapi sepertinya rumah imut itu nyaman untuk dihuni...dan tak disangka ternyata rumah inilah yang paling banyak menyimpan cerita koko dan esther,,rumah inilah menjadi saksi bisu cerita kita...<br /><br />Hmm..yap..rumah itu akhirnya koko dan esther renovasi supaya nyaman untuk ditinggal dan dihuni..dengan tabungan yang ada dan sedikit memaksa, arsitek andri tamzil dibantu arsitek estherina hehehe, dengan dukungan alat alakadarnya menggambar rumah untuk direnovasi..<br /><br />Selama rumah bsd di renovasi, koko sementara nge-kost di belakang hero tomang, kalo gak salah di jalan delima no.8...kadang-kadang esther nginap di kost koko..koko sebenarnya gak terlalu suka ngekost disitu..orang-orang dikost sepertinya kurang friendly tapi supaya deket dengan kost esther ya koko tetep kost disitu..lagi pula renovasi rumah sekitar 3 bulanan aja selesai..gak sabar banget pengen nempatin rumah di bsd...yaa..saat itu juga bareng-bareng ama esther pindahan barang yang bisa dibawa dari rumah kartini ke kost tomang..pake mobil biru gotong royong bawa barang ke kost tomang<br /><br />Kadang saat ada waktu bersama, keliling ke toko bangunan untuk cari bahan bangunan yang pas untuk rumah itu.. memilih keramik, interior rumah, perabotan dan lain-lain untuk rumah itu..meski renovasi tidak berjalan mulus sih, tapi akhirnya selesai sesuai harapan esther dan koko..rumah itu nyaman buat dihuni..dan simsalabimmm..<br /><br />jadilah rumah itu jadi 2 kamar plus 1 kamar pembatu dan 2 kamar mandi plus 1 kamar mandi pembantu..dengan 1 syarat, wajib di cat warna putih rumah itu, sesuai kemauan komandan esther saat itu..hehehe<br /><br />hmmm..rumah imut yang cozy pun jadi dan siap huni,yaa..rumah esther dan koko....ruangan favorit koko dan esther tak lain dan tak bukan adalah kamar tidur utama koko dan esther...lega dan nyaman dengan kamar mandi dalam yang kecil dan imut..<br /><br />lambat laun juga esther jadi kenal dengan kokonya koko,koko akuang, sau-sau susy dan anaknya si lucu valerie...karena emang mereka juga stay di bsd saat itu..jadi sering main bareng dan ngobrol bareng dengan keluarga mereka..<br /><br />esther juga jadi sering dirumah..saat weekend, esther lebih banyak tidak di kost, lebih memilih di rumah bsd untuk nginap..senangnya kala itu..tidak bisa digambarkan dengan kata-kata..seolah koko memiliki rumah tangga saat itu..tapi hub koko dan esther saat itu memang masih belum sepenuhnya disetujui dengan keluarga esther..<br /><br />seiring waktu, suatu waktu koko memutuskan untuk mengganti mobil..mobil biru 1800 MF akhirnya dijual dan diganti dengan mobil yaris...yah gak semulus itu sih..koko masih ingat dengan jelas, esther marah-marahin koko, knp harus boros sampai harus ganti mobil ..tapi setelah menenangkan esther saat itu, esther akhirnya pasrah..hehehe...koko ama esther dikamar malah hitung-hitungan cara bayar yang paling pas buat mobil yaris itu...hehe..<br /><br />di rumah bsd, esther sering masak buat koko..sering banget siang koko pulang ke rumah untuk mampr makan siang bareng esther di rumah...esther sering masakin koko soto ayam, semur daging, dan masih banyak yang lain..koko selalu merasa apapun yang esther masak selalu enak dan tanpa celah..koko selalu ditanya “enak gak ko ?”...koko selalu jawab “enak”...dalam hati koko, esther sosok yang luar biasa buat koko..untuk 1 hal ini, koko betul-betul kagum dengan sosok kewanitaan dan keibuan esther...yang belum tentu dan sangat jarang dimiliki oleh wanita lain..<br /><br />waktu berlalu...akhir 2008 pun tiba..malam tahun baru 2009 koko menghabiskan waktu berdua di rumah, makan berdua dirumah..beli ikan dan lain lain siang harinya...malamnya bakar-bakar ikan di rumah..hehehe..seru..tapi jadi berantakan deh rumahnya..untung ada esther..hehehe..dan 2009 pun tiba...seolah waktu berjalan begitu cepat..<br /><br />hal yang tak terlupakan juga selama nempatin rumah bsd, nonton bareng indonesian idol di rumah (remote tv udah jadi milik esther kalo ada acara idol ) esther ama koko sering ke mall SMS, maen ke mall TA..kadang ampe kuliner ke tempat kesukaan koko ama esther, nasi pecel lele depan RS.Husada, truss..hmm, dudung roxy makan sate kambing dan sop kambing...makan seafood anton di jembatan lima...makan duren bareng dirumah..iya esther doyan banget ama duren.....abis mam duren, cuci mulut ama cuci tangan pake air dr kulit duren..hehehehe<br /><br />waktu berlalu dan berlalu...............<br /><br /><br />pertengahan mei 2009 koko mendapat tawaran kerjaan di balikpapan....pada saat itu memang kerjaan koko di BSD sedang tidak begitu bagus, penjualan koko menurun dan disorot oleh atasan di BSD..apalagi memang sebelumnya ada kasus besar di BSD yang melibatkan Ko Akuang saat itu dan akhirnya ko Akuang mengundurkan diri...koko yang notabene adik kandung ko akuang, merasa sudah tidak nyaman bekerja saat itu.karena sering muncul cerita gak enak dibelakang koko..<br /><br />Dan iya akhirnya koko ambil kerjaan itu dengan sebelumnya mohon ijin kepada esther....berat...sangat berat...tersirat di mata esther saat itu berat untuk mengatakan “iya”..<br /><br />Koko mengundurkan diri dari bsd, dan coba merantau dan coba peruntungan di balikpapan.<br />entah kenapa saat itu perasaan koko merasa ada yang mengganjal..tapi koko coba buang jauh-jauh rasa itu..pada saat itu koko yang ada dipikiran koko, ada peluang knp tidak koko coba, disaat biaya hidup yang semakin besar dengan adanya cicilan rumah dan mobil...dan koko hanya bisa selalu berdoa semoga hubungan koko dengan esther baik-baik saja dengan keputusan yang koko ambil.<br /><br />dan iya.....tanpa koko sadari sebelumnya, disinilah titik awal hancur leburnya hubungan koko dengan esther....<br /><br />semua berlalu begitu cepat....<br /><br />banyak yang tidak bisa koko bayangkan kenapa akhirnya seperti itu...ujian dan cobaan yang sangat berat kembali harus koko dan esther jalani...<br /><br /><br /><br />semula berjalan baik-baik saja...koko banting tulang di balikpapan untuk menjalankan kegiatan usaha kecil-kecilan dengan modal seadanya dan ditopang sedikit banyak juga biaya dari adik koko...esther di jakarta dengan kegiatan kuliah kedokteran esther..pagi, siang ,malam kalo sempat kita saling telponan untuk melepas rasa kangen...<br /><br />tekanan kerjaan yang koko rasakan disini semakon hari semakin berat...dan sering koko ceritakan juga ke esther saat itu..mulai dr kerjaan karyawan yang amburadul sampe masalah harus nutupin ongkos biaya hidup...krn ada tanggungan yang lumayan berat saat itu..ada cicilan rumah, mobil, sewa gudang dan lain-lain...<br /><br />awalnya esther lumayan sering kunjungin koko ke balikpapan..koko sangatt senang...senang banget..esther bisa bantu-bantu kegiatan koko disini..dan seiring esther di balikpapan, banyak kenangan yang sudah koko lewati dengan esther....koko begitu bangga dengan esther...bangga dengan memiliki esther saat itu...banyak yg sudah esther lakukan buat koko yang tidak bisa koko sebutkan semua...<br /><br />koko ama esther di balikpapan sering hang out bareng, makan bareng, selesaiin kerjaaan bareng...esther banyak memberi kenangan buat koko di balikpapan...hingga akhirnya, sampe saat ini, setiap langkah koko di balikpapan selalu terbayang sosok esther, dan selalu menginginkan pelukan esther setiap saat..<br /><br />November 2010, lagi-lagi koko mendapat ujian yang sangat berat..Papa koko dipanggil lebih cepat oleh Tuhan karena penyakit cancer..sungguh pukulan yang sangat berat saat itu..<br /><br />Disaat koko belum bisa membahagiakan papa, papa pergi lebih cepat..ya, Tuhan sayang papa..Tuhan menyembuhkan papa dari penyakit cancer ganas dengan memanggil papa menghadap Tuhan..<br /><br />Esther di jakarta saat itu sampe terbang ke makassar untuk melayat..meski hanya sehari, tapi koko sangat apreciate dengan sikap esther..esther ama koko sempat tidur bareng di ubin yang dingin...dibawah jasad papa waktu itu..koko bangga dengan semua yang esther lakukan dengan koko..<br /><br /><br />yaa..seiring waktu berjalan, banyak masalah yang timbul akhirnya..pertengkaran sering terjadi....koko paham dan sadari, semua karena koko dan esther jauh...hal itu tidak akan terjadi seandainya koko ada di samping esther di jakarta....<br /><br />selama koko di jakarta memang koko ama esther sering ribut dan tengkar, tapi hanya dalam waktu singkat, semua bisa selesai dengan baik...<br /><br />iya di jakarta, dengan mengaitkan jari kelingking kita berdua, selalu masalah itu selesai dengan kata maaf..dan kita bisa berpikir dengan matang saat itu...<br /><br />di balikpapan, semua tidak berjalan semudah itu..banyak hal yang ternyata mengecewakan esther, banyak hal yang tidak bisa dikompromikan berdua, meski semua bukan maksud dan tujuan koko..koko hanya butuh esther..selalu menginginkan esther di samping koko....ya..semua karena kita jauh..<br /><br />koko tidak bisa melanjutkan tulisan ini lagi..air mata penyesalan koko seolah tidak henti hentinya menghadapi semua ini...semua karena besarnya sayang koko ke esther...<br /><br />masih banyak kenangan koko dengan esther yang selalu membekas di hati koko..getar-getir dan rintangan yang bisa kita lewati berdua dalam hubungan kita<br /><br />meski koko tidak lama mendampingi esther selama kuliah di jakarta, koko selalu ingin melakukan yang terbaik buat esther..dalam kesalahan kesalahan koko dan perbuatan koko yang buat esther menangis, koko minta maaf....<br /><br />satu penyesalan koko sampai saat ini, koko sudah meninggalkan esther di jakarta..<br /><br />koko setiap hari berharap semua yang terjadi sampai saat ini hanyalah mimpi..rasanya pengen bangun dari mimpi ini dan ada esther di samping koko saat koko terbangun....<br /><br />koko sangat merindukan pelukan esther dan kehangatan kasih sayang esther...<br /><br />estherina, maafkan koko..maafkan koko...maafkan koko yang sudah membuat keadaan seperti ini semuanya...<br /><br />Setiap hari sampai saat ini, setiap bangun pagi selalu berharap ada esther disamping koko saat koko terbangun dari tidur..<br /><br />Kalau kesempatan itu masih ada ya Tuhan, ijinkan koko untuk kembali ke pelukan esther..ijinkan koko untuk memperbaiki segala-galanya dalam hubungan koko dengan esther...<br /><br />Tapi jikalau kesempatan itu sudah tidak ada ya Tuhan, semoga di kehidupan mendatang, koko bisa bertemu kembali dengan esther, mencintai esther, dan hidup bersama esther hingga akhir usia..<br /><br />Mugkin terlambat, ya...mungkin koko terlambat menurut esther....esther juga tidak mau menyakiti perasaan orang yang esther pilih saat ini...tapi koko berharap pintu hati esther masih terbuka buat koko..meskipun berat buat esther, koko selalu berharap esther bisa memberikan koko kesempatan itu...Ya Tuhan, koko rapuh...sangat rapuh tanpa esther disisi koko...<br /><br />Apa yang sudah kita lewati bersama selama ini membuat sampai saat ini koko sulit untuk bangkit tanpa esther...<br /><br />Koko selalu berdoa kepada Tuhan, semoga diberikan jalan terbaik buat koko dan esther..<br /><br />Selamat Ulang Tahun ya ther...semoga esther sehat dan diberikan rejeki, kekuatan serta kemudahan oleh Tuhan dalam menjalani hidup dengan lika-liku rintangan yang ada...Amin<br /><br />Kangen banget bisa menjadi bagian di hari ulang tahun esther........<br /><br />Pengen banget rasanya bisa disamping esther.....................................................................<br /><br /><br /><br />Esther..Koko sayang esther..dan selalu sayang esther selamanya...koko kangen ama esther...<br /><br /><br /><br />Apapun yang sudah terjadi diantara kita sampai saat ini, Koko merasa sayang kita masih jauh lebih besar dari rasa benci kita...</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Andri Tamzil</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-74307615382835296652012-10-11T05:17:00.003-07:002012-10-11T05:17:49.126-07:00Diantara Kisahku Kau Dan Dia<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Dewi hanya terdiam, seakan tak percaya apa yang didengarnya.Kekasih yang selama ini ia sangat sayangi, dan ia sangat cintai,brniat memutuskan hubungan mereka.<br /><br />‘’putus” hanya kata itu yang selalu terngiang ditelinganya....sedih,,bingung,,,bercampur baur menjadi satu. Tanpa terasa air mata mengalir dari tepian matanya yang indah.Sambil terbata-bata ia berucap<br /><br />’’kenapa’’ dengan suara yang serak dan perlahan.<br /><br />sebenarnya banyak kata danpertanyaan didalam hati yang ingin diucapkan , namun seakan-akan semua itu tersangkut ditenggorokannya, tak sanggup berkata-kata hanya itu kata yang terucap.<br /><br />‘’Mungkin kita sudah tak sejalan lagi’’ jawab fauzan kekasih yang sangat dewi, namun dengan nada datar.<br /><br />Semakin pilu perasaan hati dewi harus menerima kenyataan ini.air matanyapun semakin deras mengalir.<br /><br />“ya..udah aku pulang dulu”kata fauzan mengakhiri pertemuan mereka disore itu, sambil terus berlalu dari hadapan dewi.<br /><br />Dewi yang sedari tadi tak bisa berjkata-kata dan hanya terdiam dengan air mata yang terus mengalir...seakan sempit dunia ini seakan gelap pandangan mata dewi. Iapun terus menangis......<br /><br />====================================<br /><br />“de...de....bangun...bangun.....liat tuh jam berapa? Gugah mamanya dewi dari depan kamar dewi.<br /><br />“iya maa....”jawab dewi dengan suara yang agak serak.<br /><br />Dewi langsung bangun dan melihat jam beker<br /><br />“hah.... jam segini?” ternyata dia bangun kesiangan karna semalem gak tau dia tidur jam berapa, karna semalaman ia hanya menangis.dewi langsung mandi dan memakai seragam sekolahnya, lalu ia duduk didepan cermin merapihkan wajahnya, terlihat matanya sembab karna habis menangis semalaman.<br /><br />Masih terekam jelas diingatan dewi saat kemarin fauzan memutuskan hubungan dengannya hanya karna persoalan yang gak jelas, karna selama ini nyaris tak pernah ada permasalahan antara hubungan mereka berdua.<br /><br />“de...mau sekolah gak? Dah siang nih? Kk mau ada kuliah pagi”kata kakak dewi yang membuyarkan lamunan dewi<br /><br />“iya sebentar...sebentar,,,jawabdewi sambil menyeka air mata yang tanpa terasa mengalir.<br /><br />“ma ...pa dewi berangkat dulu ya”kata dewi sesaat setelah sampai keruang tengah rumahnya.<br /><br />“gak sarapan dulu?”tanya ibunya<br /><br />“gak mam...ntar aja disekolah”jawab dewi sambil mencium pipi ibunya dan ayahnya<br /><br />“mata kamu kenapa de? Kok sembab gitu?”tanya ayahnya heran.<br /><br />“gak papa kok pa,Cuma kurang tidur aja”jawab dewi.<br /><br />sebenarnya dewi bukan tipe orang yang suka berbohong , apalagi pada kedua orang tuanya.tapi karna tak ingin kedua orang tuanya panik makanya ia berbohong.<br /><br />v ======================<br /><br />“Asalamualaikum” dewi pamit sambil keluar dari rumahnya, dan taklupa ia menyalami kedua orang tuanya.<br /><br />Wa’alaikum salam”. Hati-hati dijalan!”jawab ayahnya<br /><br />Pagi itu seperti biasa dewi berangkat sekolah diantarkan oleh kakaknya. sekalian kakaknya berangkat kuliah.<br /><br />“kakak mau terus aja ya de?...”kata kaknya sesampainya didepan gerbang sekolah dewi.<br /><br />“ya kak” jawab dewi langsung menyalami kakaknya<br /><br />“assalamualaikum” kata kakanya<br /><br />Waalaikum salam”jawab dewi<br /><br />Dewi langsung aja masuk kedalam kelas, disana ada teman sebangkunya EVA.<br /><br />“pagi?”sapa eva.<br /><br />“uga”jawab dewi. Sambil duduk disebelah eva dan meletakan tasnya.<br /><br />“mata kamu kenapa de..?”tanya eva<br /><br />“gak papa”jawab dewi<br /><br />“mungkin karna semalam aku rang tidur jadi mataku sembab”timpalnya<br /><br />Tak berapa lama datanglah yani sahabat eva dari kecil<br /><br />“ “pagi semua”teriaknya dengan senyuman yang khas.<br /><br />“pagi “jawab eva”siap-siap ratu gosip dateng” celoteh eva lagi. Sambil tersenyum melirik yani.<br /><br />“de..de..kamu masih jadian ma fauzan?”tanya yani pada dewi sesaat setelah iya duduk didekat mereka berdua<br /><br />“emangnya kenapa”tanya eva pada yani.<br /><br />”semalem aku dapet sms dari siti, katanya fauzan jalan ma silvi”kata yani dengan antusias.<br /><br />‘dan katanya lagi mereka pelukan mesra banget.”kata yani semakin menggebu-gebu<br /><br />“bukannya kamu pacaran ma fauzan de?”tanya eva dengan muka yang penuh tanda tanya pada dewi<br /><br />Dewi tak bisa menjawab hanya air mata yang mengalir dari matanya yang indah,bibirnya kelu perasaannya semakin hancur, setelah kemarin ia diputuskan oleh fauzan sekarang ia mendengar kabar yang lebih mengagetkannya.<br /><br />Silvi adalah sahabat baiknya yang baru 2 bulan yang lalu ia kenalkan pada fauzan ternyata tega merebut fauzan dari dirinya.<br /><br />“a..aku dah putus”jawab dewi dengan terbata-bata.sambil menyeka air mata yang sedari tadi mengalir.<br /><br />“kapan?”tanya eva lagi.<br /><br />‘’kemaren”jawab dewi agak lebih tegar<br /><br />“tapi tega ya silvi ma kamu de, padahal dia tau bahwa fauzan itu kekasihmu dan baru kemaren kalian putus,kok tega-teganya dia jalan ma fauzan? Sambil peluk-peluk juga.”kata eva dengan nada jengkel<br /><br />“biarin aja”jawab dewi<br /><br />Padahal didalam hati dewi penuh dengan kekecewaan ,kemarahan,kesedihan namun ia tahan ia tak mau menunjukkan semuanya didepan sahabat-sahabatnya.<br /><br />=========================<br /><br />Sesampainya dirumah dewi langsung masuk kekamar. Tanpa ganti pakaian ia menghidupkan laptop putih kesayangannya, hadiah ulang tahunnya yang ke17, dari kakanya. Teringat pesan dari kakaknya<br /><br />“kalo kamu ada unek-unek atau keluh kesah atau apapun yang kamu anggap itu berkesan dan sangat berarti, kamu tulis aja di laptop ini.”pesan kakaknya waktu iyi.<br /><br />Lanngsung saja dia buka microsof world dan menulis puisi<br /><br /><br /> <i> DIA.....<br /><br /> DISAAT RASA INI ADA,,,,,<br /><br /> DISAAT CINTA INI BAHAGIA..<br /><br /> LEPAS BERSAMA ANGIN....<br /><br /> TAPI... SERAYA TERSANJUNG SEPI...<br /><br /> TERBUKA TABIR MENGUSIK....<br /><br /> DIA....<br /><br /> KENAPA HARUS DIA?....<br /><br /> TEMPATKU BERCURAH, DARI SEGALA KELUH KESAH...<br /><br /> TEMPATKU BERBAGI,DARI SEGALA ISI HATI...<br /><br /> DIA ......<br /><br /> KENAPA HARUS DIA?...<br /><br /> Tanpa terasa air mata dewi kembali menetes.tapi ia lanjutkan menulis.<br /><br /> YA ALLAH YA ROBBI...<br /><br /> AKU SADARI DIRI..<br /><br /> BERANJAK DARI SADARI....<br /><br /> ATAS SEMUA INI ...HANYA ENGKAULAH YA ,,, ROBBI...<br /><br /> YANG TELAH MENGHENDAKI KEBAIKAN , DARI DIRI INI,,,,,<br /><br /> NATAR-LAMPUNG-13_O7_2012.</i></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Ardiansyah</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-59886447246523474802012-10-11T05:13:00.000-07:002012-10-11T05:13:36.856-07:00Cerpen Cinta I'm Better Than Him<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pagi ini gue bener-bener kesel seribu kali kesel sangat kesel ampun deh pokoknya gue kesel! Argghh -_- !<br />Gimana gak kesel.. Sisi, cewek yang gue suka selama 2 tahun udah jadian sama Candra.. Candra si cowok aneh bin ajaib sok keren playboy gitu..<br />BRAKK!><br />Gue pukul meja kantin dengan gumpalan tangan gue.. amarah gue bener-bener muncak. Semua seisi kantin pada ngeliatin gue heran, bodo amat.<br />“ Heh ! loe kenape bro? sabar bro.. “ ucap Alvin duduk di sebelah gue sambil minum es tehnya..<br />Tanpa berfikir gue ambil es teh milik Alvin langsung gue minum.<br />“ Hahh .. gue kesel Vin !”<br />“ Tau lah loe kesel.. loe sih nembaknya kelamaan ..tapi gak sampe ngancurin meja gini..”<br />“ Halah peduli amat gue, .. sekarang cuma ada Sisi di otak gue.. “ ucap gue jambak rambut lurus gue.<br />“ Sisi? Sisinya Candra? “ tanya Alvin ngeliat gue heran.<br />Gue diem nunduk..<br />“ Kenapa? Patah hati.. ambil hati ayam sambung ke hati loe “<br />“ gue gak mau becanda Vin.. loe sebagai sahabat bertahun-tahun gue bantu donk.. alah loe ni..”<br />“ Udahlah.. dia udah jalan sama cowok yang dia suka.. masa’ loe gak rela Sisi bahagia?”<br />“ Bukan masalah gitu Vin, loe tau kan Candra kayak gimana? Dia udah terkenal playboy di sekolah tercinta ini.. masih mending lah kalo dia dapet cowok selain dan lebih baik dari Candra..” ucap gue.<br />“ Contohnya gue..”<br />“ Ehh.. gue sumpel gigi loe!”<br />“ Justkid bro.. okee.. gue tau cara nya supaya loe bisa dapetin Sisi..” ujar Alvin dengan sok cool.<br />“Gimana?”<br /><br />***<br /><br />Gue mulai beraksi dengan ide Alvin.. tau lah ide ini berhasil atau tidak. yang penting gue dapetin Sisi..<br />“ Sisi!” panggil gue dari arah taman.<br />Sisi yang saat itu lagi jalan sendiri langsung menoleh dan tersenyum ke gue. Oh~<br />“ Raka.. kenapa?” tanya dia lembut.<br />“ loe suka minuman apa?”<br />“ gue? kenapa Ka? gue suka semuanya..”<br />Wah bagus nih..<br />“ Nih.. gue punya ini buat loe..” ujar gue sambil mengeluarkan es krim dari belakang punggung gue.<br />“ Strawberry?”<br />“ iyaa.. hehe, gue pikir loe cewek jadi kebanyakan cewek suka strawberry gitu Sis.. “ ucap gue nyengir.<br />“ ehmm.. makasi Ka, tapi gue gak suka Strawberry..”<br />JDERR!><br />“ jadi? “<br />“ gue lebih suka coklat..”<br />“ tapii.. terima ini Sis,, gue udah beli ini untuk loe.. “ mohon gue.<br />“ ya udah deh.. makasih ya Kaa.. gue balik ke kelas dulu.. “ Sisi tersenyum ke gue dan jalan ninggalin gue.<br />Halahh.. Alvin sok tau loe -_- , gue mau dia seneng 100% ..<br />Gue segera ngikutin Sisi dari jauh berharap es krim gue di makan cuma sama dia .. dengan gaya ala detektif gue buntutin Sisi sampai ke arah kelasnya dan ternyataa ... disana ada Candra dan Sisi nyamperin dia!<br />Ya Tuhann.. hamba tak sanggup.<br />Sisi ngomong ke Candra, entah apa itu.. ia ngasih eskrim gue ke Candra! Asap amarah gue udah nyampe ubun-ubun.. tanpa sadar gue tendang pintu kelas Sisi langsung pergi.<br />Gagal! Sisi gak suka eskrim gue. Alvin .. gue jebret loe,.<br />Pulang sekolah gue sama Alvin pulang bareng jalan kaki. Secara rumah kita deket banget sama sekolah yaahh kira-kira 4 menit kalo pake motor.gak kurang dan gak lebih..<br />“ Vin! Loe tau darimana kalo Sisi suka strawberry?” tanya gue sinis.<br />“ Tau lah.. dia kan cewek.. mana da cewek gak suka strawberry. Berhasil yo kan bro?? “ PD Alvin yang ngebuat gue smakin pengen ngancurin mukanye.<br />“ Pinter loe.. pinter bikin gue sakit hati! .. Sisi tuh beda Vin.. dia gak suka strawberry. Dan alhasil eskrim gue dikasi ke Candra ! “<br />“ Apa?? Sorry bro.. hemm, atau loe kasih dia bunga aje besok sebagai tanda minta maaf loe ke dia ? “ ucap Alvin ngerangkul gue.<br />“ Bunga?”<br />“Yoi.”<br />“Bunga apa?”<br />“Alahh loe..bunga yang menurut loe wangi dan indahh.”<br />“Jangan menurut gue! menurut Sisi donk.. tapi gue ya gak tau bunga kesukaan dia apa..”<br />“ kebanyakn cewek suka mawarr.. nah loe kasih aja mawar merah sebagai tanda api asmara loe yang membara ke dia.” ujar Alvin sumringah.<br />“ Ehmm.. ntar ada les kan, anter gue sekarang beli bunga.. ntar les gue kasih ke dia.. oke?”<br />“Sip..”<br />Kita pun berbalik arah menuju toko bunga yang gak jauh juga dari rumah gue dan Alvin.<br />Sesampainya kita disana, gue ngeliat motor Candra parkir di depaan toko.<br />“ Vin.. tu kan motornya Candra?” tanya gue memastikan.<br />“ Iye bener.. “<br />“ Ngapain dia kesini?”<br />“ Beli bunga lah.. masa’ beli beton. Udahlah masuk aje.. “ ajak Alvin.<br />Gue dan Alvin pun masuk.. terlihat Candra berdiri milih bunga sendiri.. dia ada di depan kumpulan bunga mawar putihh..<br />“ kok dia berdiri di depan mawar putih? jangan-jangan Sisi sukanya mawar putihh..” tebak gue.<br />“ Hemm.. gak papalah..”<br />“ Gak papa apanya ! ntar gue salah lagii..”<br />“ Loe ini.. loe harus yakin Ka.. dalam hal kayak gini loe harus sok tau, dengan cara sok tau gini Sisi pasti seneng soalnya loe bisa ngebuat dia terhibur sedikit dengan apa yang loe tau sendiri.. “<br />“ Alahh bahasa loe gak gue ngerti.. ya udah deh terserah loe aje..”<br />Gue dan Alvin menuju bunga mawar merah yang udah mekar-mekar indahh.. lalu memilih-milih ditemani penjual bunganya.<br />..<br />“ Raka Alvin kan?” panggil seseorang di belakang kita.<br />Gue sama Alvin noleh, ternyata Candra..<br />“ Berdua beli bunga ngapain?” tanya nya sinis.<br />“ Buat__” kata-kata gue diputus Alvin.<br />“ buat mama kitaa.. kenape loe? Gak boleh kita beli bunga disini?”<br />“oohh.. gue kirain kalian jeruk makan jeruk.. wkwk,, beli bunga aje berdua.. sendiri donk kayak gue maskulin keren ... cemen loe pade!” ejek Candra.<br />“ Eh loe ! “ teriak gue yang ditahan Alvin..<br />Candra langsung pergi meninggalkan toko dengan ikatan mawar putih di genggamannya. Ngajak berantem dia.. gue ambil Sisi baru K.O loe.<br /><br />****<br /><br />Di koridor sekolah, gue genggam mawar merah di belakang punggung gue. gue berharap bertemu Sisi dan dia nerima maaf gue.. ya walau kesalahan gue gak besar bagi dia ngasih eskrim strawberry kemarin, tapi menurut gue itu kesalahan besar! Gue gak salah kan ngerebut cewek orang yang sok cool playboy kayak Candra .. yap gue gak salah. Ini namanya perjuangan cinta.<br />Akhirnyaa..<br />Sisi keluar dari kantin dengan botol mineral di tangannya.. baju lengan panjang celana jeans serta rambut panjang gelombang diikat dan poni ala Jessica SNSD membuat kecantikannya semakin mempesona sangat mempesona di mata gue. *_*<br />“ Sisi !” panggil gue.<br />Sisi langsung ngeliat gue tersenyum dan berjalan ke arah gue.<br />“ iya Ka? loe mau ngasih apa lagi ke gue? “ canda Sisi tersenyum manis.<br />“ ehmm.. “<br />Waduhhh.. kenapa gue jadi deg-degan ginii..<br />“ Ini Sis, loe tau aja gue mau ngasih apaa.. “<br />Gue segera menunjukkan bunga mawar merah lalu menyodorkannya.<br />“ Gue minta maaf karna loe gak suka eskrim strawberry gue kemarinn.. jadi gue ngasih ini..” ucap gue gugup.<br />Sisi menerima bunga mawar gue.<br />“ Ka, kok loe tau gue suka mawar merah? Ini bener-bener wangii ..” seru Sisi seraya mencium wangi mawar gue.<br />Waah....... senangnya gue ! Alvinnn.. makasiihhh Vinn..<br />“ Benerann loe suka Sis ? wahh.. hehehe, gue nebak ajaa Siss.. “<br />“ Makasihh Kaa.. ehmm,, loe tiba-tiba ngasih gue eskrim kemarin kenapa Ka? “ tanya dia serius.<br />Waduhh.. apa’an nih pertanyaan.. masa’ gue jawab basa-basi doank, marah lah Sisi nantii..<br />“ Ituu.. gue, gue Cuma__”<br />“ Rakaaaa !!! “ teriak Alvin yang ngebuat gue langsung diem.<br />Alvin lari ke arah gue dengan nafas yang terengah-engah.<br />“ Sorry Sis.. gue pinjem Raka dulu, ini demi loe juga Sis ! “ ucap Alvin langsung narik tangan gue.<br />“ Tunggu gue Sis ! “ teriak gue dalam pelarian gue sama Alvin.<br />Sisi diam melihat kita dengan heran dan penasaran. Alvin narik tangan gue dan lari menuju belakang gedung sekolah.<br />Kita berhenti setelah lumayan cepat berlari..<br />“ Hahh.. loe kenapa Vinn,, bikin kaget gue aja loe.. “ ucap gue membungkuk.<br />“ Sssst.. diem loe Ka, “<br />Alvin ngeliat gue..<br />“ Apa? “tanya gue.<br />“ coba loe liat disana.. “ ujar Alvin mengarahkanku ke batasan dinding gedung.<br />“ pelan-pelan loe, ngintip ajaa.. “ sambung Alvin.<br />Gue segera mengintip ke batasan dinding.. dan ternyata..<br />...<br />Gue ngeliat Candra sedang berdua mesra dengan wanita dari luar sekolah entah siapa ituu.. mengenakan seragam sekolah lain dan memegang mawar putih yang Candra beli kemarin.gue langsung ngeluarin ponsel lalu gue foto mereka..<br />“ Hehh.. ngapain loe foto?” tanya Alvin.<br />“ gue mau ngasih bukti ini ke Sisi Vin, Candra gak baik buat dia.. “<br />“ Loe hati-hati ngasih ke Sisi, dia bisa shock ..”<br />Gue ngeliat Alvin dan segera meninggalkan dia lalu kembali menuju Sisi di koridor ,. Berharap Sisi masih menunggu disana..<br />Yapp ! Sisi masih menungguku disana dengan mawar merah gue..<br />Gue nyamperin diaa..<br />“ Kenapa Ka? ada hubungannya dengan gue?”<br />Gue mangangguk pasti .. segera gue kasih ponsel gue yang memperlihatkan foto Candra tadi. Sisi menerimanya lalu dilihat..<br />Sekejap mata indahnya terbelalak dan terkejut..<br />“ Maksud loe apa Ka ? “ ujar Sisi pelan.<br />“ Candra gak baik buat loe Sis.. dia bermain di belakang loe. “ jelas gue.<br />Sisi terdiamm lalu memberikan ponsel gue kembali.<br />“ Loe ngasih gue eskrim kemarin supaya loe bisa ngancurin hubungan gue . sementara gue udah punya Candra tapi loe mau ngerebut gue.. gue bisa tau sendiri Ka, loe gak usah ikut campur urusan gue. . “ ucap Sisi dengan mata berkaca-kaca dan membanting mawar merah gue..<br />“ Siss.. gue tauu Candra kayak gitu dari dulu, gue mau loe bahagia dari depan maupun belakang pacar loe, tapi kenyataannya loe sama Candra.. gue gak rela Sis loe dipermainin.. gue .. gue sayang sama loe dari dulu.. maafin guee Sis.. “<br />Jelas gue dengan menahan emosi.<br />“ Udahh diem deh loe Ka. “ ucap Sisi pergi lari ninggalin gue.<br />“ Sisi !! “<br />Hahh.. apa gue salahh,, gue cuma nunjukin faktaa.. gue mau ngerebut loe karna Candra emang gak baik buat loe Sis.. gue bisa berbuat lebih baik dari Candra! Gue lebih baik dari Candra !..<br /><br />****<br /><br />Gue terbaring menatap atap kamar gue,, berharap besok Sisi maafin gue lagi.. gue harus bisa dapetin loe dengan cara baik apapun.. gue salah pasti gue minta maaf .. kalo memang gue ikut campur urusan dan hubungan loe, gue gak akan ikut lagi.. tapi gue bener-bener gak sanggup jika harus ngeliat loe dipermainin dibelakang cowok kayak Candra.<br />Pintu kamar gue terbuka, ternyata si dodol garut Alvin..<br />“Ngapain loe Vin? “ ucap gue balik badan dan nyelimut diri.<br />“ Loe ngapain nyelimut galau begitu?” balasnya duduk di kasur empuk gue.<br />“ Halahh loe, gak punya kamar loe, tiap malem ke kamar gue.. kangen loe tiap hari ama kasur gue.. “<br />“ Gue bisa beli ndiri bro.. udahlah jangan galu-galau gitu. . “<br />“ Shut up! Gue gak galau.. “<br />“ Shut up shut up.. makan singkong aja gaya loe pake bahasa Britis.. udah deh, ada yang nunggu loe tuh diluarr.. “ ucap Alvin.<br />“ Siapa? Mama gue.. gak usah ngebohong loe Vin, mentang-mentang rumah gue gak pernah dikunjungi sekarang loe ngeledek dengan cara kayak gituu .. “ cuek gue dalam balutan selimut hangat.<br />“ Cerewet loe.. ntar Sisi gue suruh pulang lo. “<br />Hahh..<br />“ Sisii ?! “ kejut gue segera membuka selimut.<br />Alvin mengangguk .<br />Dengan semangat gue keluar kamar dan menuju luar rumahh.. emang bener, Sisi di teras rumah gue.. Sisi ngeliat gue tersenyum.<br />“ Siss.. l.. loe, kok disini ? “ tanya gue setengah gugup.<br />“ gak boleh gue kesini? .. gue minta maaf sama loe.. “<br />“ Maaf ? gue yang harus minta maaf Sis. “<br />“ Loe gak salah Ka.. loe udah nunjukin foto itu ke gue, dan gue bisa tau apa yang Candra lakuin di belakang gue.. maaf gue terlalu emosi tadi.. ehm, gue udah ngomong ke Candra dan gue udah pisah sama dia.. sebagai tanda maaf gue, gue kasih ini ke loe.. “ ujar Sisi menyodorkan 2 eskrim Strawberry ke gue.<br />“ Strawberry? 2 ? satunya buat siapaa ? “ tanya gue.<br />“ Alvin donk.. gue kan adill .. “ cengir Sisi maniss.<br />“ lah loe? “<br />“ gue punya coklat .. loe lupa gue gak suka strawberry.. “<br />“ oh iyaa.. thanks Siss.. “ girang gue nerima eskrim Sisi.<br />Alvin tiba-tiba dateng di belakang gue.<br />“ Eh, ni buat loe. “ gue sodor eskrim ke Alvin.<br />“ Enak nihh .. “<br />Akhirnya kita bertiga makan eskrimm ..<br />Guee.. harus ngomong apa lagii .. gue harus dapetin Sisi.. tapi ini gak mungkin terjadi sekarang.. dia kan masih galau.. galau ?<br />“ Gue gak galau kok Ka.. “ cetus Sisi membuyarkan lamunan gue.<br />“ Hemm ? “ gimana dia bisa tau pikiran gue.<br />“ Raka.. loe jangan kelamaan nembak cewek .. nanti diembatt lagii sama orang gak bener.. “ ucap Alvin cengengesan.<br />Ishh.. gue ngeliat Sisi tersenyum malu.<br />Ehmm.. oke, ini waktuku !!!!!!!!!<br />“ Siss.. loe mau gak jadi pacar gue?” nyata gue berani.<br />Sisi terkejut menatap gue.. waduuhhhhh ..<br />Akhirnyaa.. Sisi mengangguk tersenyum ke gue.<br />“ Gyaaa ! gue seneng ...... !! “ seru gue memukul lengan Alvin<br />“ Iyee seneng, jangan mukul gue giniii donk Ka.. ah loe, panci gosong gue goreng loe ntar. “<br />Kami bertiga pun tertawa.<br />Ending pun gue dapetin Sisi.. setelah penantian 2 tahun gue dapetin dia.. lega rasanya..<br />Gue akan jadi yang terbaik buat loe Sis,, gue lebih baik dari dia.. gue akan berusaha ngebahagiain loe semampu gue dan dengan sok tau gue..<br />Gue cinta sama loe.. :*</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Nona Cutes</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-72521401906310512722012-10-11T05:09:00.003-07:002012-10-11T05:09:24.806-07:00Cerpen Penderitaan Itu Kembali<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Jalanan yang sepi. Aku berdiri di samping jendela kamar menatap sunyinya jalan yang hanya dilalui beberapa orang yang lalu lalang. Berlari santai sambil mengirup sejuknya udara pagi, itulah yang mereka lakukan. Mereka terlihat bahagia menikmati suasana pagi bersama orang yang mereka sayangi. Jujur, aku iri melihat mereka. Sangat iri.<br /><br /><br />Sekali lagi kutatap lekat sebuah surat yang ada di genggaman tanganku. Mungkinkah ini hanya mimpi?? Atau… atau ini kenyataan?? Jika ini hanya sekedar mimpi, maka hanya satu hal yang aku inginkan. Aku ingin segera terbangun dan terlepas dari mimpi buruk ini. Hanya itu yang aku inginkan. Sesekali kutepuk pipi kanan dan pipi kiriku. Hingga aku sadar, semua ini benar-benar kenyataan.<br />“Sisy, kamu belum siap-siap ke sekolah? Sekrang udah pukul 06.00, Sisy.” kata mama sambil mengetuk pintu kamarku.<br /><br /><br />“Iya, mama . Tunggu sebentar.” Jawabku singkat.<br />Dengan berat, kugerakkan kakiku secara perlahan menuju kamar mandi. Ya, meskipun masih setengah sadar, tapi aku berusaha berjalan dengan normal. Satu jam telah berlalu, aku sudah siap lengkap dengan seragam sekolah, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya. Kakiku yang mungil terus melangkah membawaku ke ruang makan. Papa dan mama sudah duduk menungguku dari setengah jam yang lalu.<br />“Gimana bobonya, Si? Nyenyak?” tanya mama.<br /><br /><br />“Nyenyak, Ma.”<br />“Sisy, mata kamu agak merah. Kamu abis nangis yah?”<br />“Ehm,,,, Nggak, Pa. Tadi kemasukan sabun pas lagi mandi, jadi merah gini deh.”<br />“Benar?”<br />“Iya, Papa.”<br />“Ya udah, kamu lanjut sarapannya. Ntar telat ke sekolah kalau cerita terus.”<br /><br /><br />Aku hanya tersenyum pada papa. Aku merasa senang bisa duduk dan bercanda bersama mama dan papa. Menjadi anak tunggal dari mereka membuatku bahagia dalam keluarga ini. Keluarga yang harmonis dan saling menyayangi. Cukup melihat papa dan mama tersenyum, sudah membuatku bahagia. Apalagi saat mencium mereka secara bergantian sebelum berangkat sekolah. Aku sayang mama dan papa.<br /><br />*<br /><br /><br />“Sy, kamu nggak lagi sakit kan?” tanya Gita padaku saat aku tiba di kelas.<br />“Sakit..?? Nggak. Aku sehat-sehat aja kok.”<br />“Tapi kamu kelihatan pucat dan lemas.”<br />“Mungkin karena kurang tidur. Tapi ini bukan masalah besar kok.” Jawabku tenang. Aku memang merasa lemas pagi ini, bahkan semangat belajarku hilang. Saat belajar, pikiranku melayang entah kemana. Aku sendiri pun bingung dengan apa yang aku pikirkan, bahkan pagi ini sudah ada tiga guru yang menegurku karena aku sama sekali nggak fokus ke pelajaran.<br /><br /><br />“Sisy, kalau kamu lagi ada masalah, cerita aja. Kamu jangan diam-diam gini.” Kata Gita setelah bel tanda pelajaran usai siang itu.<br />“Gita, aku nggak lagi ada masalah.”<br />“Tapi, Sy..”<br />“Tapia apa?”<br />“Hari ini kamu kelihatan beda. Seperti ada yang menganggu pikiran kamu.” Ucap Gita lalu sesekali menggigit bibir bawahnya, menandakan ia agak ragu untuk bertanya.<br />Sambil berjalan menuju parkiran mobil, aku terus meyakinkan Gita kalau aku benar-benar tidak punya masalah hari ini.<br /><br />“Jangan khawatir, Git. Aku nggak punya masalah kok.”<br />“Tapi….” Belum selesai Gita berbicara, aku sudah memotongnya dengan terbatuk berkali-kali. Aku langsung menutup mulutku dengan tangan kanan dan tanpa melepaskan tanganku dari mulut, aku langsung pamit pada Gita.<br /><br /><br />“Git, maaf. Kali ini aku nggak bisa ngantar kamu ke rumah. Aku buru-buru, ada urusan penting. Nggak masalah kan?”<br />“Nggak, Sy. Kamu hati-hati di jalan. Jangan ngebut.” Kata Gita.<br />Aku pun masuk ke dalam mobil dan langsung tancap gas meninggalkan Gita yang terus menatap mobil yang kukendarai hingga menghilang dari pandangannya. Perlahan kulepas tanganku dari mulut. Dan dugaanku benar, batukku tadi mengeluarkan darah. Aku tidak tahan melihatnya.<br /><br /><br />“Tuhan, apa artinya ini? Aku takut dan aku tidak mau lagi menanggung semua ini…” Aku menjerit dalam hati. Rasanya ingin langsung tiba di rumah dan mengurung diri di kamar.<br />Setiba di rumah, aku langsung masuk kamar. Beruntung mama dan papa lagi nggak ada di rumah, jadi mereka tidak akan melihatku dengan keadaan begini, mata yang lembab dan tangan yang berlumuran darah. Belum selesai aku membersihkan darah yang ada di tangan dan mulutku, aku kembali merasakan sakit yang luar biasa. Dadaku terasa sakit, sangat sakit, seakan ada yang mengirisnya.<br /><br /><br />“Tuhan, kenapa aku harus menderita seperti ini? Kenapa penyakit ini kambuh lagi? Kenapa….?” Aku berteriak seakan menolak semua ini. Aku tidak ingin mengulang kejadian lima tahun yang lalu…<br /><br />*<br /><br /><br />“Anak Bapak positif mengidap kanker paru-paru. Dan sangat kecilkemungkinannya untuk dapat disembuhkan secara total karena umurnya yang masih sangat muda.”<br />Kalimat itu terdengar jelas di telingaku. Seorang dokter ahli kanker mengatakan hal tersebut kepada papa saat kami sedang memeriksa kondisiku yang sedang tidak sehat. Aku langsung shock mendengarnya. Bagaimana mungkin di umurku yang baru 13 tahun ini, aku sudah positif mengidap kanker paru-paru?? Aku sangat takut. Aku takut tidak akan bisa hidup lama, aku takut jauh dari mama dan papa, dan aku takut tidak akan terbangun lagi saat aku sedang tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit.<br /><br /><br />Awalnya aku mulai batuk terus menerus, seuruh badanku terasa nyeri, dahakku pun bercampur dengan darah dan pada akhirnya dadaku terasa sangat sakit. Sangat-sangat sakit. Aku berpikir apakah aku akan meninggal saat itu juga? Tapi mama dan papa sangat menyayangiku, mereka melakukan segala cara untuk membuatku tetap bertahan hidup.<br /><br /><br />“Jangan mau kalah sama penyakit. Sisy harus bisa bertahan, harus kuat dan Tuhan tidak akan pernah ninggalin kamu.” Aku masih ingat betul kata-kata mama saat aku akan menjalani pengobatan kemoterapi. Meskipun umurku belum memungkinkan untuk menjalani kemoterapi, namun aku siap menanggung semua rasa sakitnya asalkan aku bisa sembuh.<br /><br /><br />Menjalani kemoterapi adalah penderitaan terbesar dalam hidupku. Bagaimana tidak? Kemoterapi pertama memang masih terasa normal, namun kemoterapi-kemoterapi berikutnya mulai terasa mematikan. Tubuhku seakan menolak semua obat-obatan keras yang dimasukkan ke dalam tubuhku melalui suntikan, melalui cairan infuse, dan melalui proses kemoterapi itu sendiri. <br /><br /><br />Aku meronta kesakitan, sulit bernapas, menggigil, mimisan, mual dan muntah, kulit jadi kering bahkan aku harus merelakan mahkota terindah di kepalaku rontok hingga tak ada satupun yang tersisa. Sungguh menyedihkan, aku sendiri tak kuat untuk melihat keadaanku yang seperti ini. Air mataku jatuh, apalagi ketika mama dan papa turut menangisiku. Sulit rasanya untuk menjelaskan bagaimana isi perasaanku. Namun, perjuanganku tidak sia-sia. Aku bisa sembuh dari kanker paru-paru. Ini semua berkat doa mama dan papa. Terima kasih Tuhan, aku sayang mereka.<br /><br /><br />*<br /><br /><br />Sekali lagi kepegang dadaku yang terasa sangat sakit.<br />“Tuhan, penyakit ini benar-benar kembali. Surat dari dokter yang aku terima tadi pagi ternyata benar.” Aku duduk merenung. Aku tidak ingin melihat mama dan papa menangis lagi. Sudah cukup semua penderitaan ini, aku tidak ingin mengulang semua penderitaan dengan penyakit kanker. Dan sudah aku putuskan, aku akan menyimpan rahasia ini sendiri. Kali ini aku rela kalah dari kanker asalkan orang yang aku sayangi bisa tersenyum bahagia. Mama, papa, maafin Sisy.<br /><br /><br />Satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan berlalu. Kanker ini mulai menyebar dengan cepat. Berat badanku mulai turun, tubuhku lemas, dahakku selalu bercambur dengan darah dan dadaku terasa sangat sakit setiap hari. Namun aku bersyukur, rahasia ini masih tersimpan dengan baik, hanya aku dan Tuhan yang tahu. Entah bagaimana caraku menyembunyikannya.<br /><br />Pagi ini, aku terbangun dengan cara yang aneh. Aku melangkah perlahan keluar dari kamar, keluar dari rumah dan terus berjalan ke sebuah taman yang sangat indah yang terletak tidak jauh dari rumah.<br />“Hari ini kamu berulang tahun kan? Jadi silakan petik satu bunga yang ada di taman ini. Ingat… hanya satu tangkai bunga saja.” kata seorang penjaga taman yang ada di taman itu. Hari ini memang hari ulang tahunku, dimana umurku genap 18 tahun.<br /><br /><br />“Sebaiknya aku mengambil dua tangkai bunga untuk mama dan papa.”<br />“Jangan. Kamu hanya boleh mengambil satu tangkai bunga.”<br />Aku jadi bingung ingin mengambil bunga warna apa. Semuanya tampak cantik, ada warna merah, putih, kuning, merah muda dan sebagainya. Namun ada satu bunga yang sangat menarik perhatianku. Bunga itu berwarna merah darah dan daunnya yang berwarna hijau layu.<br /><br /><br />“Ini bunga yang aku cari.” kataku sambil memetiknya.<br />Aku lalu kembali ke rumah dengan perasaan yang ringan tanpa beban. Aku bahkan sudah lupa kalau aku sedang mengidap penyakit kanker yang ganas. Rasanya sangat lega..<br />Namun setiba di rumah, aku melihat mama, papa dan Gita sahabatku sedang menangisi seorang gadis yang terbaring di tempat tidur. Gadis itu berpakaian sama seperti diriku.<br /><br /><br />“Mama, Papa, Gita … ini Sisy… Kenapa kalian menangisi gadis itu?” kataku sambil tetap berada di dekat pintu kamar.<br />“Ma... Pa… Kalian dengar Sisy kan? Ma,,, Pa,,, Gita,,,,?? Kenapa kalian nggak jawab?? Kalian dengar Sisy ngomong kan?”<br /><br />Dengan agak kesal, aku lalu melangkah mendekati mereka. “Ya Tuhan..” aku kaget dan bunga yang ada digenggamanku terlepas. Gadis yang terbaring itu adalah diriku yang tak bernyawa lagi.<br />“Tidak… ini tidak mungkin..” aku mencoba menyentuh tangan mama, tangan papa, dan tangan Gita. Namun tanganku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Kini aku hanya menjadi roh yang tidak dapat dilihat manusia.<br /><br />“Mama, Papa, Gita… maafin Sisy. Sisy sudah memilih bunga merah darah dengan daun hijau layu lambang kematian. Sisy sayang sama kalian. Maafin Sisy….”<br />***</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Inggrid Claudine</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-34481937423537263362012-10-11T05:05:00.002-07:002012-10-11T05:05:48.044-07:00Cerpen Remaja SEMPAT MEMILIKIMU<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
“Bodoh!! Bodoh,,knp aku bisa sebodoh ini.menyia nyiakan laki laki yang begitu sempurna.” Umpat Lea pada dirinya sendiri.seminggu setelah Ivan memutuskan hubungan gelap mereka.Ivan adalah laki2 yang di kenal lea selama setahun terakhir.awalnya Mereka dekat karena Rian pacar resmi Lea di kabarkan selingkuh sama temen kerjanya.<br /><br />Rian jadi jarang ada waktu buat lea.selalu beralasan ini itu stiap kali lea mengajaknya bertemu.merasa kesepian akhirnya Lea teringat sosok Ivan teman SMU nya.kebetulan saat lea online FB Ivan juga sedang Online.lea langsung menyapa Ivan via Chat FB<br />Lea:temen SMA ku ya??<br />Ivan:iya kayaknya,,<br />Lea:kok kayaknya sih.kamu ivan kan.yang anak ipa,yang dulu ikutan PPATG.yg agak gendut dan matanya sipit hehehehe<br />Ivan:iya,kok tau.aku aja gak inget kamu.kamu dulu anak ipa/ips sih<br />Lea:ips 1 <br />Ivan:oh ya ya ya<br />Lea:kamu inget van?<br />Ivan:Dikit Dikit :P, inget cantiknya doank. 0838205xxxxx sms aku aja kalo mau.udah mau off nih.salam kenal lagi aja deh sori kalau lupa.<br /><br /><br /> Akhirnya malam itu juga Lea langsung sms Ivan.secara emang dulunya lea sempet naksir kok sama Ivan.mereka mulai deket.smsan stiap hari.secara Ivan gak suka BEBE.jadi gak bisa BBM an deh.mulai dari nanya2 hal hal sepele sampe akhirnya jadi becanda2an.2 bulan saling kenal akhirnya mereka memutuskan untuk Jadian .and endingnya mereka berencana untuk bertemu.secara si Ivan kuliah di bandung sekarang kan.sedangkan Lea di jakarta.jadi susah mau ketemunya.oiya mereka manggilnya udah gak aku kamu lagi loh.sekarang manggilnya sayang2an gitu deh.pagi itu lea telfon ivan.buat mastiin hari itu mereka jadi ketemu apa gak.”Halo,van.mau ketemu jam berapa.kamu pulang kuliah jam berapa?”,”ketemu pagian juga gak apa2 kok sayang.aku mau bolos aja hari ini.cape nih.jam 11 siang aja gimana?aku berangkat dari Rumah jam 10an”,”oh gitu juga gak apa2 sih yank.kalau gitu aku siap2 dulu deh”,”jam berapa ini sayang.ngapain siap2 sekarang.baru jam 7 gitu”,”ih ivan.kan aku harus milih bajunya dulu.harus ke salon dulu benerin rambut kalu gak,gak keburu tar.”,”ya ampun !sayangku,kamu itu gak usah di apa2in juga udah cantik kok.” Ciiieeee romantisnya si Ivan :P “oh gtu ya yank.yaud deh ga jadi ke salon aja.trus ini kamu mau ngapain yank”,”ya tidur lagi aja sih yank.masi pagi bener dah ini.semalem tidur jam 2 aku yank”,”Ooh yaudah si bobok lagi aja.jgan kesiangan ya sayang.mpe ketemu nanti.mmuuah”Telepon di tutup.”Mumpung si Rian lagi Liburan sama temen2 kantornya di bali.aku bisa ketemu Ivan deh.Lumayan lah sehari xixixixi”kata Lea dalam hatinya<br /><br /><br /> Jam 11:05, Ivan sampe di rumah Lea naik motor Vixion warna putihnya.Gilaa keren banget.Ivan udah gak gendud lagi loh.cakep banget,Rambutnya agak di panjangin gitu,kaya yesungnya Super junior hahahaha #Lebay amat.Lea langsung menghampiri Ivan di depan.”Hai van”sapa si lea.lea Grogi banget loh.walaupun tiap hari berhubungan Via telfon.tapi untuk tatap muka kaya gini baru yang pertama kali.waktu SMA lea gak pernah berani nyapa si Ivan.cuman liatin Ivan dari jauh doank.dan sekarang Ivan bener2 di depan matanya.jaraknya gak nyampe 1 meter.waahhh bisa bayangin gak si senengnya Lea.begitu juga dengan Ivan.Ivan yang dari awal emang gak begitu kenal lea.waktu di sekolah emang Ivan sempet berkali2 papasan sama lea tapi gak begitu meduliin.dalam Hati si Ivan bilang “ternyata lebih cantik aslinya”si Ivan malah jadi Bengong deh,”Heeii van,,hellooo kok bengong si”kata Lea sambil sambil megang pundak Ivan.”oh sory2 aduh jadi salting kan akunya.”kata si Ivan malu.”Masuk yuk van.org rumah pada pergi.cuman ada pembantu aku 1 di belakang.jadi santai aja ya”,”oh,iya sayang.udah santai loh ini hehehe”.si Ivan masuk ke rumah lea.mereka duduk di teras belakang rumah.ngobrol banyak hal.waktu rasanya cepet banget.saat mereka lagi asik ngobrol.tiba2 Ivan mendekatkan wajahnya ke wajah lea.Lea kaget dan grogi banget bingung mesthi gimana.”aduh kayaknya dy mau cium gw nih.Tuhan gimana nih.ga siap.gw kan gak pernah ciuman”batin lea dalam hati.suasana begitu mendukung.akhirnya.1 kecupan dari Ivan yang merupakan ciuman pertama Lea,mendarat mulus d bibir Lea .sebelumnya lea pernah sih di ajak ciuman sama rian berkali2 malah.tapi Lea selalu nolak.gak tau kenapa pas sama Ivan lea kaya gak ada keinginan sedikitpun buat nolak.perasaan yang campur aduk d rasakan sama si Lea.nerves,kaget,seneng,pokoknya jadi 1 deh.buat yang pernah ngrasain ciuman pertama pasti tau rasanya.Ivan menatap Lea dalem banget.”<br /><br /><br />Aku mau mati sama kamu suatu saat”kata ivan.lea kaget setengah mati dengernya”kamu ngomong apa sih van.kok jadi bicarain kematian”,”Aku serius Lea,aku mau mati tenang sama kamu suatu saat.karna aku gak bisa milikin kamu seutuhnya,aku pengen hidup sama kamu,aku pengen punya anak dari kamu,aku pengen kamu buatin teh stiap hri,tpi gak mungkin..kamu gak mungkin mau tinggalin Rian kan.”kata Ivan,”van,aku pasti tinggalin dia.suatu saat aku bakal jadi milikmu seutuhnya.”kata lea,” kamu cuma bisa ngomong ..,”sanggah si Ivan.”van,kalaupun nantinya aku gak bisa menikah sama kamu tapi bukan berarti kamu kehilangan aku.aku slalu ada waktu buat kamu.kapan pun kamu butuh aku van.”kata lea”trus,sampai menikah nanti juga harus selingkuh...?aku gak kuat. . .,aku Cuma mau sama kamu.itu aja.kalaupun aku gak bisa hidup sama kamu,ayok kita mati sama2.,”Lea diem,dia gak tau harus bilang apa.Ivan kliatan terguncang banget.Lea pegang tangan Ivan.”Aku mau mati sama kamu.apapun yang kamu minta aku mau Van”,Lea memeluk Ivan kenceng banget.dia gak tau kenapa bisa terucap kata2 seperti itu dari mulutnya.yang ada di pikiran Lea saat ini hanyalah Ivan.dia sangat mencintai Ivan.”Makasi sayang”kata Ivan lirih.semakin erat mereka berpelukan.gak terasa ud jam 5 sore.Ivan pamit buat pulang ke bandung lagi.Lea mengantarnya sampai depan.”Hati hati ya.gak usah ngebut.”,kata lea sambil mengusap kepala Ivan.Ivan meraih tangan lea.di taruh di dadanya.”Kamu tau,hari ini aku seneng banget.sebenernya masi pengen disini terus sayang.”,kata si Ivan.”aku juga yank.besok2 sering2 kesini donk yank.kalo pas kamu Libur.”,kata lea”di usahain honey ku.yaudah aku pulang dulu.”Ivan mengecup kening Lea.adduu so sweet nya ,, .”kalau udah sampai jangan lupa kabarin aku ya sayang.Ivan naik ke motornya sambil terus menatap Lea.kelihatan banget kalau dia sangat mencintai Lea.begitupun Lea.Ivan menstarter motornya.dia melambaikan tangannya pada lea.setelah Ivan pergi Lea langsung masuk ke kamarnya.dia pegang dadanya.”Y ampun kenceng banget jantung gw larinya.saking senengnya jadi nyesek.Ivan,,I love you”<br /><br /><br /> Hari demi hari.Ivan dan lea tetap menjalin hubungan gelap mereka.tanpa di ketahui oleh Rian.pacar resmi Lea.bahkan Lea hampir stiap Hari brantem sama Rian.lea jadi brubah sama Rian sejak kehadiran Ivan.semua perhatian lea hanya untuk Ivan.Lea selalu mengutamakan Ivan.Rian sering heran sama sikap lea akhir2 ini.”sebenarnya Lea ni kenapa sih.dulu dia sabar banget orang nya.sampai gw selingkuh aja di maafin sm dy.kok sekarang jadi brubah 180 derajad gini sih.apa jangan2 dia punya cowok lain.ah gak lah gak mungkin,lea kan gak pernah pergi kemana2.kalaupun dia kluar itupun sama gw.”Rian gak terlalu perduli dengan perubahan sikap Lea.karna rian masih punya Dilla,cewe yang selama ini jadi selingkuhannya si Rian.tapi sayang,nasip Rian gak bagus2 amat.akhir tahun 2011 Rian PUTUS sama Dilla.gara2 Dilla punya laki2 lain lagi.so, , ,si Rian jadi sedih banget gitu deh.lea yang pada dasarnya emang Gadis baik gak tega liat Rian kaya gitu.dengan sabar Lea hibur Rian.sampai akhirnya Rian sadar kalau cewe yang selama ini dia cari ada di depannya.penyesalan yang teramat dalam di rasakan Rian.kenapa dia bisa begitu Bodohnya menyia nyiakan Lea yang sebaik itu.hanya demi cewek kaya Dilla.yang hanya mau sama uangnya Rian aja.Rian memeluk Lea erat.tapi prasaan Lea biasa aja.Hambar,gak ada lagi perasaan cinta yang menggebu gebu kaya dulu.karna prasaanya kini udah berpindah pada Ivan.<br /><br /><br /> Semakin Hari Rian semakin mencintai lea.namun lea semakin mencintai Ivan.begitu juga Ivan.tapi suatu ketika Ivan sempat berpikir bahwa dia lelah.dia lelah menunggu Cinta yang gak pasti kaya gini.dia tahu lea sangat mencintai dirinya.tapi Cinta aja gak cukup.Ivan pengen di akuin di depan semua orang kalo dia itu pacar Lea sekarang.stiap Ivan buka Facebook Lea dan dia Lihat ada Tulisan “In Relationship with Rian” di Info status Lea.hatinya sakitt banget.sakit sesakit sakit saat liat wanita yang dia amat Cintai adalah milik orang Lain.dan dia gak bisa berbuat apa apa.8 bulan sudah Ivan dan Lea menjalin hubungan mereka.sampai pada akhirnya Ivan merasa benar benar udah gak sanggup lagi.Ivan mulai cuek sama lea.mulai jarang ada waktu buat Lea.sering gak ada kabar.Lea sedih banget dengan perubahan sikapnya Ivan.Dia kangen banget sama Ivan.biasanya tiap malem Ivan selalu sempetin waktu sebelum tidur buat telepon Lea.karna hanya itu alat untuk melepas kangen mereka.mereka hanya bisa bertemu kalau Ivan punya waktu longgar.dan itu jarang banget.Setiap kali Lea buka facebook Ivan,Ivan gak pernah menulis status tentang Cinta kaya dulu.kebetulan password facebook Ivan,sempet di kasih tau ke Lea.suatu hari lea buka Facebook Ivan.dia buka Inboknya.banyak banget inbok dari cewe cewe yang gak Lea kenal.Ivan terkesan sedang mencari pacar lagi…Lea kaget baca inbok2 dia.Lea nangis sejadi jadinya.sedih banget,liat cowok yang sangat di cintai nya terang terangan cari pacar baru.jam 1 mlm Lea nelfon Ivan.”Halo lea,knpa kok belom bobok”kata Ivan dari seberang sana.”Yank,bisa ketemuan gak,aku kangen banget sama kamu”,kata Lea Lirih.”Aduh kalau waktu waktu dekat aku sibuk sayang.tapi aku usahain cari waktu deh buat ketemu kamu ya.kalau minggu depan aja gimana yank?”kata Ivan.”oh yaudah,gapapa kok yank.minggu depan ya.mau ke rumahku apa ketemu dimana.”,”ke rumah kamu aja si yank.biar aku yang ke rumah nanti.sekarang kamu bobok ya.udah malem loh.met bobok mami cantik.muuuaachh.”Ivan menutup telfon lea.Ivan merbahkan tubuhnya di tempat tidur.”asal kamu tahu Lea,aku juga sangat sangat merindukan kamu.tapi aku harus belajar kuat tanpa kamu.karna kamu gak akan bisa aku miliki”gak terasa Ivan meneteskan air matanya.Ivan sangat merindukan lea.selama ini dia berusaha agar terlihat kuat di depan semua orang tapi dalam hati ivan Nangis,pedih banget rasanya kalau inget Lea gak bisa dia miliki.<br /><br /><br /> Hari yang di tunggupun tiba.jam 1siang Ivan sampai di rumah Lea.lagi lagi orang rumah pas gak ada semua.seolah-olah keadaan seperti ini sudah di atur .Ivan pake baju warna item dan jaket warna merah.pas banget waktu dia pake.Ivan benar benar kliatan Ganteng banget.Lea langsung menyambut Ivan dengan pelukannya.”Ohh Tuhan sumpa deh gak kuat ini,,pengen nangis rasanya”kata Ivan dalam hati.”kita langsung masuk aja yuk.”ajak si lea.susananya gak kaya waktu pertama kali Ivan dateng ke rumah Lea.hari itu suasana nya sedih aja.walaupun berkali kali Ivan dan lea sama sama mencoba mencairkan suasana,tapi tetep aja,Hati mereka gak bisa bohong.”sayang aku mau ke kamar mandi dulu ya”kata si ivan.”oh iya yank.jgan lama lama ya”Hape Ivan di tinggalin di meja.Lea penasaran pengen buka hape Ivan.akhirnya dia mulai buka buka hape Ivan isi sms nya dari Lea semuanya.catatan panggilannya juga,ada beberapa dari papa and mama nya si Ivan.Lea mulai buka di Galery.dia buka buka album foto dan,Lea Kaget setengah mati liat ada beberapa Foto Christy di Hape Ivan”Loh kok isinya foto si Christy semua”Christy adalah teman mereka berdua waktu sma.Ivan balik ke Teras liat Lea lagi pegang Hapenya.dia Liat Lea buka Foto Christy.Ivan mencoba tetap bersikap tenang.”yank ini si Christy kan”kata lea.”Iya yank,knpa?”jwab Ivan dengan santainya.”gapapa kok yank,nanya aja.”Lea gak berani tanya2 lagi.Lea gak berani ngatur2 Ivan harus jaga jarak sama cewe lain.secara Ivan juga hanya di jadikannya pacar ke 2.jam 7 tepat ivan pamit pulang.sebelum dia naik ke motornya di peluk Lea erat banget.seolah olah dia gak akan ketemu Lea lagi.tapi Ivan gak ngomong satu kata pun.dia hanya diam dan terus memeluk lea.”aku pulang ya sayang.nanti kl udah sampe aku kabarin.”Ivan mengecup kening Lea.Lea gak sanggup ngomong apa2 hatinya sedih gak karuan.gak tau kenapa dia merasa Ivan jauh banget.meskipun mereka saling berdekatan.dalam perjalanan pulang Hati Ivan semakin kacau.”maaf sayang,maaf bikin kamus sedih.Foto foto Christy emang sengaja aku taruh di hape biar kamu bisa benci sama aku.tapi kenapa kamu malah meluk aku seerat itu.”Ivan meneteskan air mata sepanjang perjalanan pulang.dalam Hati dia bertekad hubungan ini harus segera dia selesaikan.di kamar, lea masih terbayang foto Christy yang ada di hape Ivan.”sakit banget hati gue,knapa kamu brubah sih Van.”<br /><br /><br /><br /> Waktu terus berjalan.hubungan Ivan dan Lea semakin renggang.seperti ada jarak di antara mereka.Ivan terus menerus menguatkan hatinya bahwa dia mampu Hidup tanpa Lea.dia hanya harus mengembalikan Hidupnya sama seperti sebelum Lea hadir dalam hidupnya.tepat 9bulan lebih 20 hari,<br /><br /><br />Hari itu Lea sempet berantem sama Ivan.gara gara 2 hari Ivan gak ada kabar,tapi malah sempet bikin status di facebook.akhirnya lea bikin status di facebook ”Kalo di sms tu ngejawab donk jangan diem aja.”akhirnya si Ivan baca status Lea.dia langsung sms Lea.”kok ada yang beda ya”isi sms ivan.”apa nya si yang beda”jawab lea.”gak tau juga yank”kata ivan”Coba deh di cari tau dulu ya ,muach.”ivan jawab dengan emoticon cium doank (:-*) .sepanjang sore Lea nunggu sms dari si Ivan.tapi sampe malem Ivan gak juga sms dia.akhirnya jam 11 malem,Lea buka facebooknya.dia search nama Ivan tapi gak ada.”loh kok fbnya Ivan gak ada.”Lea panik banget.knp Fbnya tau tau di blokir sama Ivan.akhirnya dia buka fb si Ivan pake passwordnya si Ivan.ternyata password udah di ganti jam 16:16.keringat dingin mulai keluar.jantung Lea berdegub kenceng banget.perasaan takut,kawatir,sedih jadi 1.Lea telfon si Ivan tapi gak di angkat.berkali2 dia telfon gak diangkat juga.akhirnya Lea sms.”Papi dimana?”sekitar 1 menit ada balasan dari Ivan”kita putus aja ya.”,Hancuurrr banget rasanya hati si lea.bener bener gak bisa ngomong apa apa.tangan Lea bergetar.kaki rasanya lemes banget.Lea jawab sms Ivan”kenapa yank?aku salah apa sama kamu.sebelumnya kita gak ada masalah apa2 loh.”gak ada jwaban lea sms lagi ”Kamu kenapa van,tolong kasih aku penjelasan.” Sekitar 10menit ivan menjawab “mulai besok jangan hubungin aku lagi ya.maaf,kamu lupain aku aja.”Lea udah gak bisa jawab apa apa lagi.Air mata mulai mengalir deras di wajah Lea.sedih banget,dia terlanjur sayang banget sama Ivan.Lea penasaran dengan status Ivan setelah mutusin Lea,akhirnya dia pinjem password FB temennya Tania,buat buka FB si Ivan,dan bener aja isi statusnya bikin sedih banget<br /><br /><br />“i have no regret. . .<br />this tormented soul are seeking for a new place,<br />and forgetting YOU !!”<br />yang artinya, “Aku punya tidak ada penyesalan sedikitpun... jiwa yang tersiksa ini ingin mencari tempat baru, dan melupakanmu!!”.sakit banget hati si lea.dia nangis sepanjang malem.dan Ivan,dia duduk di kamarnya.dia masih merenung,dia pun sebenernya gak siap kehilangan lea,Gadis yang selama ini sangat dia Cintai.”Maaf sayang.aku nyakitin kamu,tapi aku gak kuat kalau harus terus terusan jadi selingkuhan kamu.maaf”Ivan meneteskan air matanya.dia buka hapenya ada sms dari Lea.” buat yang terakhir aja,kasi aku ciuman terakhir van.setelah itu aku gak akan ganggu kamu.aku cuma nyimpen kamu di hati ku paling dalam.skali ini aja.yang terakhir :'(” Tangis Ivan semakin menjadi.pedih banget hatinya baca sms si Lea,tapi dia harus kuat.dia gak bole cengeng kaya gini.akhirnya Ivan membalas sms nya singkat banget” Muach :-* Goodbye :-)”setelah membalas sms lea Ivan buka FB nya.dia Nulis status “mmmmmmmuach :*,,my last kiss for you :’(”.pedih banget hati Ivan.begitupun lea.kenapa untuk hidup bersama orang yang di cintai harus sesulit ini.sepanjang malam mereka menangis.mengenang semua yang udah terjadi di antara mereka.saat sedih,bahagia,berantem,saat romantis.semua begitu indah dan sayang untuk di lupakan.lagi2 ada sms dari lea yang isinya “kamu dulu bilang pengen mati bareng sama aku.kenapa sekarang malah minta putus ,tapi gak apa2 kok sayang aku hargai keputusan kamu.sayang kamu jaga diri ya,jangan stress lagi.i'll always love u.by my soulmate :*aku janji pada diriku sendiri.slamanya km tetep yang terindah yang pernah aku miliki :').aku berharap kita berjodoh di kehidupan mendatang :') Oiya Twitter kamu udah aku benerin @XXx_x passwordnya :xxxxx kalo mau di ganti pengaturannya bisa.followersnya udah banyak.bye :D”,Ivan tersenyum baca sms terakhir dari Lea.”Lea kamu masi inget aja,pengen sih ngajakin kamu mati bareng,tapi aku gak se egois itu sayang.kamu masi bisa aja senyum.aku sayang banget sama kamu.semoga kamu bahagia ya sayang.makasi buat cinta tulusmu selama ini.aku akan melanjutkan hidupku tanpa kamu.belajar hidup tanpaku ya sayang.aku Yakin kamu akan Bahagia dengan Rian.”Ivan membuka Twitter yang barusan di kasih sama Lea.sebelumnya Twitter Ivan emang gak bisa di buka.trus d benerin sama lea.Ivan buka di tweets,ternyata Lea ud nambahin beberapa foto dia di twitter,”makasih Lea sayang”kata Ivan sambil mencium Foto Lea.Ivan kembali membuka FB nya dan menulis sebuah status “ketika aku mncari, sangat sangat terasa susah didapat, mungkin kalau ak lupakan malah datang sndri kali ya”<br /><br /><br /> 1 minggu sudah Lea dan Ivan putus.Lea masi sangat terpukul atas semua ini.tapi dia gak mungkin terus2an terpuruk seperti ini.dia mau bangkit.karna hidupnya gak Cuma untuk menyesal dan menyesal.”Ivan,dimanapun kamu dan sampai kapanpun.kamu tetap yang terindah buat aku.Aku beruntung SEMPAT MEMILIKIMU”<br /><br /><br /> Lea kembali pada rutinitas nya sebelum ada Ivan begitu juga dengan Ivan.Ivan kembali melanjutkan hidupnya.dan membantu usaha kluarganya.di sisi lain Rian berencana akan melamar Lea Tahun depan.terkadang apa yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan.hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik bagi hidup kita,belajar ikhlas dan bersyukur atas segala yang terjadi. </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i style="color: red;">Chintya Valent</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-27247938291555122942012-10-11T02:00:00.001-07:002012-10-11T02:00:32.475-07:00Cerpen Islami Ada Apa Denganku<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pagi itu langit hitam kelam. Angin membelai masuk melewati jendela kosan 3x4m, Matahari malas keluar, dia terus bersembunyi di balik awan gelap. Seperti halnya aku yang masih bersembunyi di balik selimut tebal peninggalan nenek yang sangat bau yang aku sangat suka. Hari ini adalah hari Kamis, hari terakhir dalam seminggu aku berkuliah. Sungguh malas kuliah pagi ini, ditambah “tamu” yang setiap bulan datang membuat perutku merasa tidak nyaman dan menambah semangatku untuk tidak kuliah. Dan setiap aku teingat raut muka kedua orang tuaku perasaan itu sedikit hilang, ya, hanya sedikit.<br /><br />Berjalan menyusuri gang-gang sempit yang setiap hari aku lalui ini sungguh memuakkan, ditambah dengan keringat orang-orang pasar yang membuat aku semakin muak dengan keadaanku sendiri. Sengaja aku lewat gang pasar karena hanya gang pasar akses tercepat yang menghubungkan kosanku dengan kampus. Bertemu dengan orangorang apatis yang sangat tidak peduli dengan orang lain. Masyarakat kota yang individualis. Berbeda sekali dengan kampungku, kampung cinta damai. Dimana hanya ada satu dua orang yang sedikit individualis dan itupun bukan penduduk asli kampung, orang kota yang punya segudang bisinis di desa. Benar kata Frankie, petani mencari kerja di kota, orang kota mencari kekayaan di desa. Sesaat menerawang jauh ke kampungku tiba-tiba saja ada sepeda motor yang hendak menubrukku dari depan yang kemudian menyadarkanku bahwa inilah kota.<br /><br />“Goblok, jalan gak liat-liat, pake mata dong”, bapak berkumis tebal itu memarahiku. Sepertinya dia tergesa-gesa sekali hendak mengantarkan barang dagangannya. Hanya mampu menghela nafas panjang, terlalu banyak umpatan yang ditujukan kepadaku, tapi kali ini adalah murni salahku. Dengan wajah memelas aku hendak meminta maaf dan sebelum kuucapkan kata maafku orang tua itu sudah enyah dari hadapanku. Mungkin sudah peringaiku untuk selalu berlaku lemah lembut akan tetapi di sini, di kota yang belum pernah aku kunjungi sebelum aku dinyatakan lolos SNMPTN, mereka selalu menyebutnya dengan lelet. Sakit hati iya, tapi lama kelamaan aku sudah bebal dengan ejekan tersebut.<br /><br />Kursi depan selalu penuh setiap kali aku datang, entah jalanku terlalu lambat atau mereka yang datang terlalu dini. Aku selalu menempati bangku paling belakang di kelas. Ada sesuatu yang tidak membuat aku nyaman berada di antara mahasiswa baru ini. Aku jarang sekali mengerti kuliah yang diberikan dosen, dan aku benci ini. Dengan belajar keras pun IP ku hanya mencapai 2,89. Dosen menurutku layaknya sales yang menawarkan produknya yang aku sama sekali tidak berminat dengan produk yang ditawarkannya. Jujur, tidak ada niatan sedikitpun berkuliah jurusan teknik. Dulu aku bercita-cita ingin jadi sastra, tapi Tuhan berkata lain. Katanya Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Dan faktanya sampai saat ini semester 2 aku masih belum bisa menerima keadaan ini.<br /><br />“I’, nanti kita ngerjain tugas kelompok di rumah Gita ya, awas kalau sampai pulang”, ancam Vina salah seorang temanku yang sangat membenci keleletanku. Mereka memanggilku Ai’, nama lengkapku Aina Fitri. Entah apa filosofi dari namaku, setiap kali aku tanya orang tuaku, mereka menjawab dulu waktu lahir bapakku lihat ada model pakaian yang cantik bernama Aina dan karena aku lahir pada hari raya Idul Fitri makanya mereka menambahkan kata Fitri di belakang.<br /><br />“Emangnya tugas dikumpulin kapan? bukannya masih 2 minggu lagi ya? gimana kalau besok Senin aja? aku pengen pulang kampung, hampir tiga bulan aku belum pulang”, tawarku dengan lagi-lagi wajah memelas. Wajah memelasku sering membuat luluh orang dan inilah andalanku.<br /><br />“Yahh, padahal aku pengen cepet selese, ya udah lah aku juga mau main, salam buat orang rumah ya”, meski kadang benci padaku tapi Vina adalah teman yang baik. Dia kadang merasa kasihan dengan keadaanku. Aku juga heran kenapa dia kasihan padaku. Alasannya cukup simpel, katanya aku lugu, mudah dibohongi juga, kalau semua orang ingin memanfaatkan keluguanku setidaknya ada satu orang yang tidak akan memanfaatkan keluguanku dan dia bilang orangnya adalah dia sendiri.<br /><br />Kereta berangkat pukul 14.00. Kereta ekonomi yang baunya nggak karuan adalah transportasi yang biasa aku gunakan untuk mengobati rasa rinduku untuk pulang ke kampung halaman. Alhamdulillah aku berada di samping ibu-ibu dan depanku bapak-bapak. Sepertinya mereka orang-orang baik. Ketika tahu bahwa aku adalah seorang mahasiswa, bapak-bapak di depanku terus menasehatiku,”Sekolah yang bener, Nak, kasihan orang tua yang membiayai, gak usah pacaran-pacaran dulu, nanti kalau sudah jodoh pasti Tuhan akan mempertemukan kamu dengan pasangan yang tepat”. Aku hanya mengangguk-angguk sambil sesekali mengiyakan. “Tuhan itu Maha Adil, laki-laki baik-baik hanya untuk wanita yang baik-baik, begitu juga sebaliknya, jadi kamu tidak usah takut kamu besok dapat lelaki yang tidak baik, kalau kamu adalah wanita baik insya Allah kamu pasti dapat lelaki yang baik pula”, lanjut pak tua yang tepat duduk di depanku. Walaupun agamaku masih sangat cetek, tapi aku tahu dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran. Sangat disayangkan remaja sekarang banyak yang melakukan aktivitas pacaran. Dan yang lebih sangat disayangkan, aku sering melihat mahasiswa perempuan dengan kain yang menutupi kepalanya bergandengan tangan dengan lawan jenis yang jelas-jelas bukan mahramnya. Tak tahulah apa yang ada dipikiran mereka. Mungkin mereka tidak kasihan dengan orang tua yang membiayai sekolah mereka. Mungkin juga orang tua mereka kaya raya jadi tak perlu lah merasa kasihan kepada orang tua. Tapi bukankah kedua orang tua akan lebih senang seandainya anak yang mereka bangga-banggakan itu berada pada jalan yang diridhoi Allah. Sebenarnya aku tidak berhak berbicara seperti ini, agamaku saja masih awut-awutan. Lihat kerudungku, layak dibilang kelambu. Rambutku terlihat dari luar, sempat aku berpikir untuk membenahi cara berkerudungku tapi ibuku bilang ibu tidak suka anaknya terlalu fanatik dengan agama. Padahal jelas-jelas aku tahu bahwa fanatik itu perlu. Aku memang bukan lahir dari keluarga yang agamis, ibuku pun jarang menutupi auratnya seperti apa yang diperintahkan Allah untuk membalut tubuh dengan pakaian taqwa. Jika ada pengajian atau berita lelayu saja ibu memakai kerudung. Sedang bapakku adalah sesosok bapak yang otoriter yang ilmu agamanya sangat minim sekali. Lahir dari keluarga militer membuat bapakku dididik layaknya seorang prajurit. Setelah kakek nenekku meninggal, bapakku menjadi orang yang paling disegani di keluarga meski bapak adalah anak bungsu dari keluarganya tapi anak-anak budhe paling takut sama bapakku.<br /><br />Tak terasa 6 jam sudah berlalu, akhirnya sampai juga aku di stasiun Tugu Yogyakarta, aku lahir di Kali Kotak, sebuah desa terpencil di daerah Sleman. Bapak sudah menjemputku lengkap dengan atribut layaknya tukang ojek kebanyakan. Bapakku memang lahir dari keluarga berada tapi naasnya kakekku suka main perempuan, tak teruruslah keluarga bapakku. Meski kakek seorang tentara berpangkat kapten tapi anaknya tak ada yang meneruskan sekolah hingga ke bangku SMA, hanya budheku saja yang hampir menamatkan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) sayangnya kakekku keburu tergoda wanita lain dan hancurlah rumah tangga kakek nenekku.<br /><br />“Kamu belum makan to? ini bapak beliin bakmi goreng Pak Yanto”, kami memang dari keluarga sederhana tapi bapak selalu menomorsatukan anak, apalagi masalah makanan. Tak ayal tubuhku tambun.<br /><br />“Emang ibu ndak masak, Pak? kan sayang buang-buang uang”, aku mencoba untuk menyadarkan bapak kalau kami adalah keluarga pas-pasan.<br /><br />“Sudahlah, kamu cuma bapak suruh makan aja susah”, bapak memang selalu tak memberiku ruang untuk berpendapat. Dari keempat anak bapak, akulah yang paling disayang dan aku juga yang paling sering membuat bapak murka.<br /><br />Rumah sepi kala aku membuka pintu seraya mengucapkan salam. Rupanya ibu sedang pengajian di Mushola kampung. Mandi kemudian makan bakmi goreng kesukaanku. Dengan mulut penuh dengan makanan dari tepung itu aku bercerita tentang kuliahku yang membosankan, teman-teman yang selalu menertawakanku seolah-olah aku adalah bahan lelucon mereka, dan cerita tentang ospek yang tak kunjung usai.<br /><br />Seharian penuh aku lalui dengan melepas rindu pada rumah dan seluruh isinya. Sore hari biasanya kami sekeluarga kumpul di ruang tengah, mendiskusikan apa saja yang ringan-ringan hingga waktu maghrib tiba kami mengantri kamar mandi untuk berwudlu kecuali bapakku. Tidak lupa aku mengingatkan bapak untuk sholat walaupun aku tahu kalau bapak pasti tidak akan mau. Ini yang membuat aku pilu, selalu pilu. Berbagai macam cara aku ajak bapakku untuk sholat tapi masih saja beliau enggan. Mulai dari sindiran halus sampai tidak halus sekalipun tak mempan. Sampai pernah suatu hari bapak marah padaku karena aku terlalu memaksa untuk sholat. Setiap tahajud aku selalu berdoa kepada Allah supaya Allah mau membuka hati bapakku.<br /><br />***<br /><br />“Bu, aku pengen merubah penampilanku, aku pengen pakai kerudung besar tapi aku malu orang-orang menertawakanku. Nanti dikiranya aku sok alim”,rengekku pada ibu yang tengah menjahit kain.<br /><br />Ibu menghentikan jahitannya,”Kenapa harus malu untuk menjadi lebih baik? Ibu juga ingin sehari-hari menutup kepala ibu seperti yang kamu inginkan, Nduk”. Kaget bercampur haru, aku memeluk ibu erat. Air mataku menetes, langsung kuseka, aku tidak ingin ibu tahu kalau anak perempuannya sudah pandai menangis lagi. Karena dewasa ini aku memang jarang menangis kecuali menonton film India. Ibu melepaskan pelukanku, pergi ke kamarnya dan memanggilku,”Kamu pengen paki rok kan, Nduk? Ibu punya banyak, bawalah dua dulu. Nanti kalau kamu pulang kampung lagi ibu belikan rok lagi”, sekali lagi kupeluk ibu.<br /><br />***<br /><br />Malam sepertinya cepat sekali, ternyata tadi siang ibu menjahit kerudung untukku, kerudung yang tidak seperti kelambu. Kerudung yang menutupi mahkotaku. Dengan rok hitam milik ibu dan setelan putih milik kakakku nomer satu yang sekarang sudah bekerja di pabrik rokok. Kucium pipi dan tangan ibu, seperti enggan untuk melepaskannya tapi waktulah yang mengharuskan semuanya berjalan dengan cepat. Ternyata bapak tidak jadi mengantarku dengan alasan yang rumit daan sulit aku cerna. Setelah kucium tangan bapakku aku diantar Lek Karyo menggunakan motor bututnya. Malam ini aku berjanji aku harus menjadi diri yang baru, aku tidak mampu untuk menyia-nyiakan tanggung jawab yang diberikan orang tuaku. Aku terlalu sayang kepada kedua orang tuaku. Akan kukubur dalam-dalam mimpiku untuk menjadi sastrawan. Jika belajar keras pun tak akan mengubah IP ku maka aku akan belajar dengan temanku yang pandai. Setidaknya aku akan membuka sedikit diriku, aku yakin mereka adalah orang baik, hanya logat bicaranya saja yang “sedikit” kasar bagiku. Perjalanan pulang penuh dengan wajah teduh ibu,”Tuhan, jaga wanita itu. Sungguh, aku rela jika harus menumpahkan darahku untuk kebahagiaan wanita itu”, doaku dalam hati yang kemudian aku amini sendiri. Bagaimana dengan bapakku? Entahlah, aku hanya terus berdoa semoga Allah membukakan hati bapakku. Benci iya, tapi sayang sangat. Dan rasa benciku tertutupi oleh sayangku yang teramat dalam.<br /><br />Pagi buta aku sampai di Surabaya, kota tempat yang indah ketika aku merasakan bahwa disinilah aku akan mendeklarasikan diri menjadi anak yang berbakti dan bertanggung jawab kepada kedua orang tuaku. Kosan masih sepi, anak-anak sepertinya belum semua yang balik ke kosan. Setelah mandi kubaringkan sejenak badanku sebelum harus berangkat untuk mengejar harapan. Ganti pakaian dengan baju “baru” kebanggaanku. Melangkah dengan gontai diiringi senyuman setiap melewati orang yang melihat ke arahku. Gang pasar itu berubah layaknya red carpet yang dengan bangganya aku berjalan melewati gang itu. Ternyata bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur tapi bersyukurlah yang membuat kita bahagia.<br /><br />Kutunaikan maghribku di mushola dekat kos yang berjarak tak lebih dari satu jengkal, kosanku memang bersebelahan dengan mushola. Sesudah sholat kuputuskan untuk pulang. Belum sempat kulepas mukenaku ponsel monochrome ku bordering.<br />“Assalamu’alaikum, Nduk” suara yang selalu aku rindukan .<br />“Wa’alaikumsalam, apa apa Bu?”<br />“Sampai Surabaya jam berapa? Kok ndak kasih kabar rumah?”<br />“Pukul 05.00, aku kira Ibu sudah tahu kalau aku sampai sini puku 05.00”<br />“Ya sudah, itu ndak penting, Ibu punya berita bagus. Bapakmu mau sholat, Nduk”<br /><br />Kaget bercampur haru membuat tangisku pecah seketika. Lama aku tak bicara membuat ibu kebingungan.<br /><br />“Nduk…Nduk…kamu kenapa? Jangan-jangan kamu tidur ya?”, ibu terus kebingungan,”Owalah, ditelepon orang tua kok malah ditinggal tidur, yowes jangan lupa belajar, jangan tidur terus, ndak maju-maju nanti kamu, Nduk”<br /><br />Nut..nut..nut..nut..<br /> </div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="color: red; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<i>Tiara Widodo</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-34924750212169409252012-10-11T01:57:00.000-07:002012-10-11T01:57:13.505-07:00Cerpen Islami Arief Jadi Pengantin<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Pagi masih berkabut. Embun masih bergelayut manja di tepian rerumputan seolah enggan untuk turun membasuh tanah. Hunian serasa sepi ngelangut meski samar-samar terdengar suara beberapa ibu tadarus bergantian di sebuah mushola.<br /><br />“Bu…Ibu…Assalamualaikum!”<br />Seorang pemuda nampak bersijingkat mendekati pintu. Tak ada jawaban.<br />“Bu…Ibu…Assalamualaikum!” ia mengulang sapa. Tetap tak ada jawaban tapi pintu berkerenyit separuh terbuka.<br />“Ya ampuuun Adeeen! Kemana saja selama ini Den. Ibu dan Bapak mencari kemana-mana lho! Kasihan mereka!”<br />“Ibu kemana Bi?” pemuda yang di panggil Aden itu tak menghiraukan pertanyaan perempuan paruh baya si pembuka pintu tetapi malah mengajukan pertanyaan lain.<br />“Ibu pergi tadarus di mushola, Bapak ada di dusun sebelah. Bibi mau nanya, Aden dari mana saja?”<br /><br />Tanpa menjawab, pemuda tadi melenggang memasuki rumah. Sebenarnya ia sangat ingin bertemu dengan sang Ibu tapi rasa lelah begitu menguasai seluruh jiwa dan raga.<br /><br />Arief tertidur dan ia tersenyum dalam tidurnya. Ia melihat Ibu tertawa gembira, menari-nari bersamanya. Arief sangat suka melihat cahaya di mata Ibu, cahaya kegembiraan yang tidak pernah ditemuinya di alam nyata. Sosok Ibu yang ia lihat, adalah sosok yang selalu menyembunyikan kesedihan. Ibu selalu tersenyum di depan Arief, bergembira, bercanda tapi dibelakang itu, ia memergoki Ibu melamun, bersedih.<br /><br />Dulu Arief tak merasakan semua itu sebagai suatu siksaan batin, semakin ia beranjak dewasa, semakin tahu bahwa ibu menderita karena ayah. Ibu memang tak pernah mengeluhkan, dari pancaran mata ibu ia tahu bahwa ibu tak bahagia. Ibu merasa menjadi wanita yang tersisihkan, tak dihargai.<br /><br />Ayahnya, seorang juragan yang paling kaya di dusun . Juragan kelapa dengan tanah berhektar-hektar. Sebelum Arief lahir ke dunia ini, ayahnya itu menikah lagi dengan Lastri, gadis dari dusun sebelah. Alasannya adalah karena Ibu tak dapat memberikan anak laki-laki, ke empat kakak Arief semuanya perempuan. Sebagai wanita kampung yang nerimo, ibu tak berani menentang. Ia pasrah. Tapi ayah semakin bertingkah. Apalagi ayah memiliki semua yang diinginkan wanita. Belum lagi Lastri memiliki anak, ayah menikah lagi dengan Weni, masih satu dusun dengan Ibunda Arief. Ibu tetap nerimo, meskipun gerah karena semua warga dusun memperbincangkan poligami suaminya.<br /><br />Dulu Arief kecil sangat mendamba ayah. Apalagi saat-saat ramadhan tiba. Begitu ingin ia bisa shalat tarawih bersama ayah. Seperti layaknya anak laki-laki lain yang ada di dusun. Tarawih di samping ayah bersama jamaah lain. Arief kecil tak punya pengalaman itu. Kalau saja ibu tak membujuk, rasanya malas untuk ikut shalat tarawih. Ingin berada di depan, di shaf laki-laki, ia belum berani. Ia shalat di samping sang Ibu dan empat kakak perempuannya yang semuanya mengenakan mukena. Ia jengah. Tapi ia tak bisa mengeluhkan karena ibu akan menyuruhnya untuk mencoba ke shaf depan. Sendirian di shaf laki-laki. Arief tak berani. Dimatanya, semua anak laki-laki didampingi oleh ayah mereka. Karena ayah tak ada disampingnya, ia merasa takut.<br />Tak hanya itu yang dirasakan oleh Arief kecil, dalam segala hal ia merasakan timpang. Tak lengkap. Ia sering mendengar cerita kawan-kawannya tentang ayah yang galak, yang suka memukul karena kebandelan anaknya. Ada juga cerita tentang ayah yang baik, yang suka membawa anaknya bermain, berenang, memancing, memanjat, bahkan berburu. Arief tak memiliki pengalaman seperti itu, sosok ayah yang ia lihat adalah sosok laki-laki yang hanya datang untuk memberikan uang nafkah pada ibunya, lalu pergi lagi menemui istri lain yang lebih muda dan lebih memesona. Semakin dewasa Arief menjadi tahu kalau alasan ayahnya menikahi perempuan lain karena ingin mendapatkan anak laki-laki adalah bohong semata. Buktinya setelah ia lahir, ayah tetap bersama wanita-wanita lain. Menikahi banyak wanita merupakan prestasi bagi ayah. Arief tahu, ayah bangga karenanya.<br /><br />“Rief….Arief!” Arief merasa ada sentuhan dirambutnya. Pasti Ibu. Ingin sekali ia membuka mata namun masih terasa amat berat. Usapan lembut jemari Ibu malah membuat ia lena dan meneruskan mimpi. Ia melihat lagi Ibu yang tertawa-tawa gembira bersamanya menari-nari di nirwana. Ibu mendendangkan sesuatu. Arief semakin terlena dalam rengkuhan kasih sayang itu. Semakin lena, membuat matanya enggan terbuka. Arief merindukan sentuhan seperti ini.<br /><br />***<br /><br />“Arief tak lama berada disini Ibu. Arief hanya datang untuk mengucapkan salam perpisahan. Juga bakti terakhir sama Ibu!”<br />“Maksudnya apa nak? Bukankah kamu pergi hanya untuk sekolah? Kenapa bakti terakhir, dan salam perpisahan?”<br />“Ibuuu…berbahagialah Ibu, anakmu ini, menjadi laki-laki yang terpilih untuk menjadi pengantin!”<br />“Pengantin? Bukankah tujuanmu pergi ke luar dusun ini untuk sekolah yang lebih tinggi. Baru juga lulus SMA, belum bekerja, mau menikah?”<br />Arief menatap ibunya. Tersenyum. Ibunya ikut tersenyum.<br />“Kamu itu…le, kenal sama perempuan mana…kok langsung ingin menikah? Katanya mau sekolah, tak ingin mengandalkan harta ayah. Lha kalau menikah sebelum memiliki pekerjaan tertentu bukankah sama saja dengan mengharapkan bantuan ayahmu yang memiliki perkebunan berhektar-hektar itu?”<br /><br />Arief tak menjawab. Ia hanya memeluk ibunya erat. Biarlah ia tak perlu menerangkan panjang lebar karena ia sangat yakin semua yang ia lakukan untuk kebahagiaan ibu. Ia akan menjadi pengantin bukan dengan wanita manapun. Ia akan menikahi syahid, menikahi maut. Dari sekian banyak lelaki, ia yang terpilih untuk menjadi pengantin. Waktunya tidak akan lama dari hari ini. Lokasi sudah ditentukan. Ia mendapat cuti satu minggu untuk mengucap salam perpisahan pada keluarga. Mata Arief menerawang, teringat seorang teman yang telah berpulang karena terpilih menjadi pengantin beberapa waktu yang lalu. Ia yakin, Dani temannya itu kini telah berada di syurga, seperti yang selalu dibicarakan dalam kajian mereka. Dani telah sukses, menjadi pengantin maut. Sebentar lagi ia akan menyusul.<br /><br />Semua untukmu Ibu. Ibu akan memiliki anak yang mati syahid, yang akan membawa ibu bersama menuju syurga. Ibu tak akan menderita lagi. Ibu akan bahagia. Ustad Jabbar el Amin, amir (-pimpinan jamaah-) di tempat ia latihan pernah bilang bahwa ganjaran bagi seorang ibu yang memiliki anak mati syahid adalah syurga.<br /><br />“Ya sudah le, nanti biar Ibu bicarakan dengan ayahmu mengenai keinginanmu itu. Biar kita bisa mempersiapkan lamarannya. Walaupun Ibu merasa kamu masih terlalu muda le, belum genap delapan belas tahun! Cukup umur sih untuk menikah, tapi belum cukup dewasa!”<br />Arief tersenyum, merenggangkan pelukan. Ia yakin, ibunya tak sepaham. Tapi ia yakin akan pemahamannya sekarang. Ia memang tak pernah memiliki ayah yang mengajarinya ilmu-ilmu agama, tak mengajarinya ilmu-ilmu kedewasaan. Ia beruntung telah di rekrut oleh Ustad Jabbar el Amin untuk menjadi santrinya. Hanya tiga bulan, tapi ia sudah banyak menguasai ilmu-ilmu ruhani. Bahkan Ustad Jabbar sendiri yang memberikan ilmu. Arief merasa memiliki seorang ayah, ia selalu pergi bersama-sama. Shalat, berburu, berlatih. Cerita-cerita kawan-kawan yang dulu hanya bisa ia dengar dan lamunkan kini bisa ia rasakan bersama Ustad agung itu. Arief seperti menemukan ayah. Dan ia menelan semua petuah dan ajaran yang diberikan. Arief tersanjung. Arief ingin seperti Dani, temannya yang sudah shahid setelah terpilih menjadi pengantin. Dan saat itu akan segera tiba. Ustad Jabbar memenuhi janjinya untuk menjadikan Arief sebagai pengantin.<br /><br />“Tapi ayahmu baru berkunjung kesini minggu depan, le. Jadi sebaiknya pernikahanmu itu di undur, bagaimana?”<br />Sekali lagi Arief tak menjawab. Ia hanya tersenyum dan memeluk ibunya lebih erat. Memang, ia akan menjadi pengantin, tapi tentu saja bukan menjadi pengantin seperti yang ibunya bayangkan. Sudahlah, tak perlu membicarakan panjang lebar dengan ibu karena ia yakin, ibu tak bisa memahami.<br /><br />***<br /><br />Hari-hari berlalu. Ibu bimbang, ayah tak kunjung datang! Ingin mendatangi rumah Lastri, ia takut suaminya tidak berada disana. Pun ketika ingin mencari suaminya di rumah Weni, meski masih satu dusun, ia malas bertemu dengan madunya. Lagipula ia juga takut kalau suaminya itu tak berada di rumah Weni! Sungguh benar-benar membingungkan. Padahal ia ingin segera membicarakan atau lebih tepatnya meminta pertimbangan atas permintaan Arief. Semakin hari ia semakin tak faham. Yang dibicarakan oleh Arief setiap harinya hanya tentang pengantin…pengantin..dan syahid. Ibu tak paham. Apa hubungannya pengantin dan mati syahid? Arief selalu membicarakan itu. Berpesan supaya ibu menjaga diri baik-baik, mendoakannya. Berpesan supaya Ibu tak terlalu mengingat kesedihan karena dimadu. Ada kebahagiaan lain yang lebih hakiki. Lebih abadi daripada kebahagiaan disisi seorang suami. Kebahagiaan di sisi Tuhan. Kebahagiaan di alam akhirat. Karena sesungguhnya hanya Tuhanlah pemilik cinta sejati semua manusia. Begitu selalu yang dibicarakan Arief Mau jadi pengantin tapi tak pernah mengusahakan atau setidaknya menyuruh ibunya bersibuk untuk mempersiapkan sesuatunya seperti barang-barang hantaran, mahar, atau uang. Arief….Arief…anak itu memang selalu penuh teka-teki.<br /><br />Penuh teka-teki atau ngelantur? Semakin hari semakin tidak bisa dipahami oleh Ibu. Apalagi setelah ramai dibicarakan orang tentang tewasnya gembong teroris bernama Jabbar el Amin. Arief seperti orang gila. Setiap hari kerjaannya membeli surat kabar. Melahap setiap berita-berita.<br /><br />“Ibu…aku bagaimana ibu? Aku bagaimana?” tangisnya meledak suatu ketika, membuat ibu serasa ingin tertawa. Kontradiktif dengan penampilan dan kesan yang secara cepat ingin ditampilkan oleh anaknya itu. Meski masih terlihat belia, Arief memelihara kumis dan janggot yang terlihat mulai melebat.<br />“Tenang nak! Ayah pasti akan datang, ia pasti setuju dengan pernikahanmu itu. Pasti!”<br />“Bukan..bukan itu Bu! Bukan!” Arief tergugu di pangkuan Ibu. Tingkahnya berbanding terbalik dengan saat kedatangannya beberapa minggu yang lalu. Ibu seolah baru bertemu dengan Arief yang benar-benar anaknya. Bukan Arief yang sok dewasa, sok bicara pernikahan, sok berdakwah, sok lebih tahu tentang agama.<br />“Ibu lihat gambar ini Bu? Dia pimpinan Arief, dia yang akan menjadikan Arief sebagai pengantin, dia yang menuntun Arief..tapi dia telah tiada.. Dia di tembak, Bu! Sialan…sial…sial…!” Arief menendang apa saja yang ada di depannya.<br />“Arief…Arief..! Tenang dong! Tenang!” meski tak terlalu mengetahui tentang politik, tentang kisruh perterorisan, ibu selalu mengikuti berita itu. Apalagi ketika Arief pulang dengan penampilan yang tak disangka-sangka. Ibu takut Arief anaknya mengikuti jejak seorang Dani yang ia ketahui lewat berita. Yang dinyatakan sebagai pelaku bom bunuh diri. Ah…akhirnya ia bisa menarik benang merah dari pengantin yang sering dibicarakan oleh anaknya itu.<br />“Arief bener-bener ingin mati syahid, Ibu. Arief ingin jadi pengantin berikutnya!” Arief kembali terduduk, semakin membenamkan kepala dalam pangkuan Ibu . Ada air mata yang mengalir dari sudut mata Arief. Mengalir perlahan. Ibu yakin ada alasan mengapa Arief terlihat begitu kecewa. Sampai-sampai berita tertembaknya seorang gembong teroris yang membuat seluruh rakyat Indonesia bergembira justru membuat Arief anaknya menangis tersedu sedan. Pasti ada alasan.<br />“Ibu…ibu. Maafkan Arief…Sorga itu…sorga itu..ah..ah..sialan…sialan…!” teriaknya lebih keras.<br /><br />Arief kembali mengamuk, menendang apa saja yang ada dihadapannya. Ibu yakin, selama ini otak Arief anaknya telah di cuci oleh seseorang di luar sana. Dan ia mempunyai kewajiban untuk mengembalikannya seperti semula. Menjadikan Arief kembali menjadi sebenar-benarnya Arief, anaknya.<br /><br />Cirebon, 28 mei 2012<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /><i style="color: orange;">Eliyana Zbd</i></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7343929016305323927.post-36286346697869348962012-10-11T01:55:00.002-07:002012-10-11T01:55:16.090-07:00Cerpen Islami Tujuan Hidup Seorang Gadis Kecil<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
Seorang gadis kecil tinggal di suatu kota di Negara Indonesia. Dia mempunyai satu orang kakak perempuan dan kedua orang tua. Sekarang, gadis kecil itu menginjak kelas XII di SMA favorit di kotanya.<br /><br />Suatu hari yang berbahagia, gadis kecil itu sedang memperhatikan seorang guru yang sedang menerangkan sesuatu di depan kelas. Setelah menerangkan sesuatu, guru itu bertanya kepada setiap murid tentang suatu hal termasuk pada gadis kecil itu.<br /><br />“Fatimah, apa cita-citamu kelak?” Tanya Pak Guru.<br />“Saya tidak mempunyai cita-cita yang pasti seperti teman yang lainnya, Pak. Seperti dokter, insinyur, arsitektur, dan lain-lain. Tetapi saya memiliki tujuan hidup yang semaksimal mungkin harus saya lakukan. Tujuan itu adalah saya hidup hanya untuk ibadah kepada Allah, menjadi khalifah fil ard, dan kehidupan saya di dunia ini harus berguna untuk manusia. Itulah tujuan hidup saya. Apa pun profesi yang saya geluti nanti, saya akan menjalankannya dengan baik, yang penting profesi itu sesuai dengan kemampuan dan kecocokan saya dalam bidang tersebut dan tidak terlepas dari tujuan hidup saya.” jawab Fatimah.<br /><br />“Jawaban yang bagus Fatimah, tapi kenapa Fatimah bisa memiliki tujuan hidup seperti itu? Tidak seperti teman yang lainnya yang mempunyai cita-cita setinggi langit?” tanya Pak Guru.<br /><br />“Saya memang tidak punya cita-cita setinggi langit, tapi saya yakin, Pak. Saat saya memiliki tujuan hidup dan saya memaksimalkan usaha dan kemampuan yang saya punya, tanpa bermimpi atau menarget pasti hasilnya akan lebih baik. Mungkin saya bisa melebihi cita-cita teman saya yang setinggi langit yaitu menjadi seluas alam semesta.” jawab Fatimah.<br /><br />“Wah, bagus kamu, Fath. Tak sangka ternyata di zaman seperti ini masih ada seorang remaja yang memliki pola pikir seperti itu.” Kata Pak Guru.<br /><br />Bel berbunyi, tandanya waktu pulang tiba. Semua murid bersiap-siap untuk pulang. Fatimah tidak pulang, dia pergi ke tempat lesnya. Di tempat lesnya terpampang sebuah poster yang isinya menjelaskan tentang beasiswa untuk siswa yang kurang mampu, kalau siswa tersebut lolos dalam tahap-tahap penerima beasiswa, maka siswa tersebut dibebaskan biaya saat dia kuliah nanti. Fatimah tertarik dengan beasiswa itu, dia pikir jika dia diterima menjadi salah satu siswa penerima beasiswa pasti kedua orang tuanya akan tersenyum penuh dengan kebahagiaan. Fatimah pun menulis syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti beasiswa tersebut.<br /><br />***<br /><br />“Mah, tadi di tempat les Ade ngeliat poster beasiswa. Ade mau ikut beasiswa itu, syarat-syaratnya ini, diusahain besok udah ada. Nanti sama Ade syarat-syarat dan formulirnya dikasih ke tempat les.” kata Fatimah. “Emang beasiswa apa, Fath?” Tanya Mamah.<br /><br />“Beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, nanti kalau Ade lolos seleksi, Mamah enggak usah bayarin Ade kuliah.” jawab Ade sambil tersenyum.<br /><br />“Ikutan aja, Fath. Biar Mamah yang ngumpulin syarat-syarat untuk beasiswanya. Kalau kamu nanti lolos, mamah sangat terbantu sekali.” kata Mamah. “Siap deh, Mah. Makasih ya, Mah.” Kata Fatimah sambil memeluk Mamahnya.<br /><br />“Sama-sama, Fatimah sayang.” Kata Mamah.<br /><br />***<br />Ada beberapa tahap untuk bias mendapatkan beasiswa itu. Tahap pertama adalah tes akademik I, tahap kedua adalah wawancara, dan tahap ketiga atau akhir adalah tes akademik II. Tahap pertama yaitu tes akademik I dilaksanakan di Ganesha (tempat dilaksankanannya setiap tahap beasiswa), banyak sekali siswa yang mengikuti beasiswa tersebut. Kurang lebih ada sembilan ratus orang yang mengikuti beasiswa itu. Fatimah menempati duduk di belakang, dengan persiapan tes yang kurang maksimal, Fatimah tetap berdoa agar diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah dan diberikan hasil yang terbaik oleh Allah.<br /><br />Tes akamedik I pun dimulai, semua siswa mengerjakan soal yang diberi oleh panitia. Satu menit, dua menit, tiga puluh menit, waktu berlalu begitu cepat.<br /><br />“Waktu yang tersisa lima belas menit lagi.” kata panitia. Dan waktu untuk mengerjakan soal pun habis. Fatimah mengerjakan soal itu semampunya, semampu yang bisa dia kerjakan. Hasil yang nanti dia dapati, baik buruk maupun baik. Dia serahkan semuanya pada Allah.<br /><br />***<br /><br />Pengumuman siswa yang lolos beasiswa pun dibuka. Dengan cepatnya, Fatimah melihat hasilnya. Syukur Alhamdulillah, Fatimah lolos tahap pertama. Tak ada kata yang bisa Fatimah ucapakan selain ucapan terima kasih kepada Allah atas jalan yang Dia beri untuk Fatimah. Siswa yang lolos tahap pertama kurang lebih tiga ratus orang.<br /><br />Siswa yang lolos tahap pertama, diminta untuk datang ke Ganesha untuk pendataan dan ada beberapa hal yang akan disampaikan kepada siswa yang lolos.<br /><br />***<br />Semua siswa pun berkumpul di Ganesha pada hari yang telah ditentukan. Dalam pertemuan itu dijelaskan bahwa tahap kedua yaitu wawancara telah dilalui, mereka mewawancarai peserta melalui formulir yang diisi oleh peserta.<br /><br />Tersisa satu tahap lagi untuk mendapatkan beasiswa tersebut, tahap ini adalah tes akademik II yang akan diselenggarakan berbarengan dengan gelombang kedua beasiswa tersebut. Pada bulan Desember, tahap ketiga ini akan dilaksanakan. Supaya para siswa mempunyai bekal ilmu yang cukup untuk tes akademik II, siswa diberi les gratis oleh Yayasan Ganesha dan salah satu tempat les di kota itu.<br /><br />Para siswa diberi secarik kertas, di sana tertulis jadwal yang akan dipilih untuk les. Fatimah pun memilih hari-hari yang tidak bentrok dengan kegiatannya.<br /><br />***<br /><br />Saat itu Fatimah merasa bebannya mulai bertambah, dia harus meluangkan banyak waktu untuk belajar. Padahal sudah cukup baginya les sepulang sekolah yang dia lakukan dua kali seminggu. Entah mengapa hatinya tak menerima dirinya disibukkan oleh hal seperti itu. Dia lebih baik disibukkan dengan kerjaan organisasi atau disuruh pergi kesana kemari. Beban yang Fatimah rasakan saat ini membuat dirinya menjadi stres, akhirnya Fatimah pun jatuh sakit. Sangat jarang Fatimah sakit dua kali dalam satu bulan. Dia pun bingung, kenapa dirinya sakit lagi? Pada hari Minggu, Fatimah bertemu dengan seseorang yang suka memberinya solusi. Sebut saja orang itu Kakang. Fatimah pun menceritakan semua bebannya pada Kakang. Dengan bijak, Kakang memberikannya solusi.<br /><br />“Tidaklah satu pun makhluk di dunia ini yang tidak diberi ujian oleh Allah. Semua yang terjadi di dunia ini sudah diatur oleh-Nya. Mungkin saja pandangan kita buruk terhadap suatu hal, tapi ternyata hal itu adalah hal yang baik bagi kita. Allah sudah merencanakan semua hal yang terbaik bagi kita. Janganlah kita selalu suudzan pada-Nya. Sekarang yang Fatimah alami adalah ketidaksukaan Fatimah disibukkan dengan banyaknya tambahan belajar di luar jam pelajaran sekolah. Namun mungkin dibalik ketidaksukaan itu, terdapat suatu hal yang baik bagi Fatimah. Sekarang yang perlu Fatimah lakukan adalah berbaik sangka kepada Allah, Dialah yang mengatur kehidupan kita, baik atapun buruknya hanya Dia yang tau. Pahamilah diri Fatimah bahwa Fatimah sedang berada ditempat yang mengharuskan Fatimah untuk selalu belajar. Mungkin ini juga salah satu doa Fatimah yaitu semoga selalu diberikan yang terbaik oleh-Nya. Mungkin inilah yang menurut-Nya terbaik untuk Fatimah saat ini. Setelah berbaik sangka, yakinkan pada diri Fatimah bahwa ini adalah kesempatan Fatimah untuk memaksimalkan kemampuan dan usaha yang Fatimah lakukan.<br /><br />Teruslah berjuang untuk tujuan hidup yang telah Fatimah pilih. Jangan pernah Fatimah mengeluh akan suatu hal, karena itu tak ada gunanya. Tak ada bedanya kok, setelah atau sebelum Fatimah mengeluh akan suatu hal. Nah terus, sakit yang Fatimah alami sekarang bukan karena Fatimah cape melakukan suatu aktivitas. Tapi Fatimah lelah dengan perasaan Fatimah sendiri, Fatimah stress menghadapi ini semua. Itu bisa membuat seseorang atau Fatimah jadi sakit. Oleh karena itu, kendalikan stres itu. Kakang yakin, Fatimah pasti bisa. Semangat!”<br /><br />Satu, dua, tiga tetes air mata mengalir di pipi Fatimah. Fatimah sadar semua hal yang dikatakan Kakang adalah benar. Kalaulah aku menjadi seorang yang mengeluh, apa gunanya juga?<br /><br />Solusi yang Kakang berikan pada Fatimah membuat Fatimah menjadi lebih yakin bahwa ini bukanlah suatu beban tapi inilah jalan dan takdir Fatimah. Oleh karena itu, Fatimah harus memaksimalkannya.<br /><br />***<br /><br />Sekolah, les, dan les, itulah rutinitas yang Fatimah lakukan tiap harinya. Hari ini, ya, hari ini mungkin Fatimah sampai pada titik jenuh dia untuk belajar. Walau begitu, Fatimah tetap istiqomah untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan memaksimalkan waktu yang ia punya untuk hal yang berguna, salah satunya yaitu untuk belajar.<br /><br />***<br /><br />Beberapa bulan kemudian, bulan Desember. Tahap ketiga atau akhir yaitu tes akademik II telah tiba. Fatimah telah duduk menunggu soal yang datang untuk dia isi. Soal pun dibagikan, Fatimah mengerjakan soal-soal itu dengan teliti dan cermat.<br /><br />Beberapa jam setelah tes, hasil dari tahap ketiga itu dipampang di sebuah mading di Ganesha. Pada tahap ketiga ini hanya 150 orang yang lolos. Fatimah pun berburu dengan siswa lainnya untuk melihat hasil tahap ketiga.<br /><br />“Fatimah Azzahrah LOLOS”<br /><br />Rasa syukur dia panjatkan kepada Allah SWT, tak ada kata yang dia ucap selain Alhamdulillah. Hanya Allah yang dapat memberikan semua ini padanya.<br /><br />***<br /><br />Bulan Maret.<br />Tak terasa bulan yang ditunggu oleh para siswa se-Indonesia akhirnya datang juga. Setelah usaha yang telah mereka lakukan, belajar setiap hari agar dapat mengerjakan ujian nasional dengan lancar dan mereka akan merasakan hasilnya pada hari-hari ujian ini. Tetapi ada beberapa oknum yang mengandalakan kunci jawaban yang telah mereka beli sebelum UN dilaksanakan. Oknum tersebut membagikan kunci jawaban pada semua siswa termasuk Fatimah. Tetapi dengan keyakinan yang kuat Fatimah menolaknya.<br /><br />“Fatimah ingin mengerjakan ujian ini dengan jujur, tanpa kecurangan sedikit pun. Bukan nilai atau kelulusan yang Fatimah diinginkan, tapi yang Fatimah inginkan adalah mental baja seorang pemuda Indonesia di masa mendatang. Bukan para pemuda yang bermental tempe yang tak siap mengahadapi dunia dan malah melakukan korupsi kecil-kecilan seperti ini.<br /><br />Kalau kalian masih melakukan hal semacam ini, tak salah kok kalau negara kita tidak akan pernah maju. Kenapa? Karena pemuda penerus bangsanya sudah diajarkan sejak dini, bagaimana caranya untuk melakukan kecurangan atau korupsi?” kata Fatimah dengan nada yang tegas.<br /><br />Semua oknum yang mendengar ucapan Fatimah seketika terdiam membisu, mereka sadar bahwa yang mereka lakukan adalah salah. Akhirnya, oknum penyebar kunci jawaban UN pun mengambil semua kertas kunci jawaban yang sudah ditulis oleh siswa dan membuangnya.<br /><br />“Berlakulah adil pada diri kita sendiri, kita selalu mengeluh kalau ada pejabat yang korupsi, padahal secara tidak sadar kita pun melakukan korupsi kecil. Sudah cukup sampai sini kita menyontek dan melakukan kecurangan. Ayo kita maksimalkan kemampuan yang kita punya untuk mengisi soal-soal ujian ini. Buktikan bahwa kita bisa dengan kemampuan yang kita punya.” Kata salah satu oknum kepada teman-teman di kelas. Ujian Nasional pun dilaksanakan, semua siswa di ruangan Fatimah mengisi soal-soal ujian dengan jujur tanpa melakukan kecurangan sedikit pun seperti menyontek.<br /><br />Hari-hari Ujian Nasional telah Fatimah lalui. Setelah Ujian Nasional, ada ujian berikutnya yang haru Fatimah lalui, ujian itu adalah PMBP ITB.<br /><br />***<br /><br />Beberapa hari setelah UN dilaksanakan. PMBP ITB (Penelusuran Minat Bakat Prestasi Institut Teknologi Bandung) sudah di depan mata.<br /><br />Fatimah mencari tempat duduknya untuk melaksanakan PMBP ITB. Selama dua hari PMBP ITB dilaksanakan. Fakultas yang Fatimah pilih yaitu 3 diantaranya adalah FTI, FTTM, dan FITB. Tak ada yang bisa membantu Fatimah pada saat PMBP kecuali Allah. Fatimah selalu berdoa setelah solatnya.<br /><br />“ Ya Allah, berilah petunjuk kepada hamba- Mu ini, berilah aku kelancaran dan kemudahan untuk menjalani perjalanan hidup di dunia. Berilah aku jalan terbaik menurut-Mu. Selamatkanlah aku di dunia maupun akhirat. Amin. ”<br /><br />PMBP pun sudah Fatimah lewati. Walau semua ujian tulis telah Fatimah lalui, Fatimah tak hentinya belajar. Karena dia tak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Apakah dia diterima di ITB melalui jalur PMBP atau tidak? Yang tahu hanyalah Allah SWT.<br /><br />***<br /><br />Pengumuman PMPB pun dibuka, Fatimah membuka web ITB dan mengetikkan nama dan nomor peserta ujian pada halaman web tersebut. Setelah menunggu beberapa detik. Keluarlah hasil dari perjuangan seorang gadis kecil.<br /><br />FATIMAH AZZAHRAH<br />Selamat Anda<br />DITERIMA<br />FTTM ITB<br /><br />Sujud syukur, hal yang pertama kali dia lakukan setelah melihat hasil tersebut. Berterima kasih kepada Allah yang memberikan dia hasil yang membuat kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Tidaklah satu makhluk di dunia ini yang tidak diberi ujian oleh Allah, hasil yang Fatimah dapati hari ini bukanlah kesenangan belaka. Tapi itu semua adalah sebuah ujian baru yang Allah berikan untuk Fatimah.<br /><br />***<br /><br />Beban, ya beban, sesuatu yang Fatimah anggap beban kali ini mulai berkurang. Tersisa satu pengumuman lagi yang Fatimah nanti. Itu adalah hasil Ujian Nasional. Tak terasa, hari pengumuman pun tiba. Sekolah mengirim hasil Ujian Nasional via pos ke setiap rumah. Surat itu pun sampai di rumah Fatimah. Perlahan Fatimah membuka isi surat itu. tertulis disana sebuah kata LULUS, tersenyumlah Fatimah.<br /><br />***<br /><br />“ Ya Allah, ya Rabb. Apakah semua ini adalah takdir yang terbaik yang engkau berikan padaku saat ini? Apakah ini jalan yang telah kau berikan agar aku tetap istiqomah pada tujuan hidupku? Jika iya, aku akan berusaha semaksimal mungkin dengan detik-detik terakhir yang aku punya agar aku bisa membuat bumi dan isinya menjadi lebih baik. Terima kasih atas segala yang telah Kau berikan kepadaku ya Allah, tanpa-Mu aku bukan apa-apa di dunia ini. SemogaEngkau selalu menuntun setiap langkah yang aku jalani. Amin. ”<br /><br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: right;">
<a href="http://cerita-cerita-di.blogspot.com/"><span style="color: red;">Sekian Cerpennya...</span></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /><i style="color: red;">Anti Dwi Putri</i><br /></div>
enjoy87http://www.blogger.com/profile/13042118405050815080noreply@blogger.com1