Post View:

Cerpen Romantis Pelangi Cinta

Pagi yang begitu dingin membuatku enggan membuka mata untuk beranjak dari tempat tidurku dan selimut tebal yang membuatku begitu hangat. Sang Matahari tidak menyapaku pagi ini, sebagai gantinya gumpalan awan gelap menyelimuti langit di pagi yang indah ini. Suatu pertanda kalau hari ini akan datang hujan sepanjang hari. Hal yang paling aku benci karena hujan membuat langit menjadi mendung sehingga aku tidak dapat melihat indahnya sinar mentari di pagi hari. "Santi, ayo cepat bangun sayang!" ujar ibu menyuruhku.
     Setelah berlari-larian mengejar bus dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang kebanyakan pelajar sepertiku akhirnya sampai juga di sekolah. Sambil terus berdoa dalam hati semoga hujan tidak turun agar aku tidak sial hari ini. Tanpa aku sadari pak Satpam yang sedang berdiri di Gerbang Sekolah menegurku. "Eh, Santi kamu telat lagi ya?" Sapanya sambil setengah menahan tawa melihatku terengah-engah. "Sudah tau nanya", Batinku. "Ya Pak", Jawabku singkat sambil tersenyum simpul. Kemudian aku melanjutkan perjalanan menuju ke kelas. Di tengah perjalan tiba-tiba aku bertemu dengan Pak Pri, Guru BK yang super galak di sekolah ini. Banyak murid yang membencinya, murid satu sekolah ini rata-rata membencinya dan tak mau berurusan dengan dia termasuk aku. Rasanya ingin sekali menghilang dari pada mesti berhadapan dengan Pak Pri. Tapi kenyataannya sudah terlambat karena Pak Pri kelihatannya memang sengaja menungguku. "Santi, Kamu cepat ikut ke ruang BK", Kata Pak Pri dengan wajah kaku. Hatiku berdebar begitu kencang, keringat dingin pun mengalir. Apa yang akan aku hadapi nanti di ruang BK. "Baik pak", jawabku pasrah sambil mengikutinya dari belakang.
     Sesampainya di kelas aku heran melihat Eni teman sebangkuku duduk dengan Arif. Sedangkan semua bangku telah terisi dan hanya satu bangku yang tersisa di sebelah Andre cowok super pendiam dan cuek. Meskipun dia tampan tapi melihat sikapnya yang begitu pendiam dan cuek membuatku merasa tidak nyaman jika berada di dekatnya. Sambil terus melotot ke arah Eni yang sedang asyik mengobrol dengan Arif aku berjalan menuju bangku yang kosong itu. Tambah lagi kesialanku hari ini. "San, maaf ya hari ini kamu duduk bareng Andre saja ya. Soalnya aku sudah dari tadi duduk sama Arif aku kira kamu gak masuk hari ini, tidak apa kan?" Tanya Eni setelah melihatku. Sebenarnya aku ingin marah padanya tapi setelah aku pikir mungkin ini emang salahku. "Ya sudah terserah kamu lah,"jawabku kepada Eni. "Terimakasih ya, Santi,” ucapnya seraya mencubit kedua pipiku sehingga aku pun meringis menahan sakit. "Tega banget sih, sakit tau,” kataku kepada Eni. Eni hanya tertawa melihat pipiku yang mulai memerah.
     Siang menjelang namun matahari tidak juga menampakan diri, sebaliknya butiran-butiran bening terus berjatuhan dari langit. Hujan memang pertanda buruk bagiku itulah sebabnya aku benci hujan. Aku menerima hukuman harus membersihkan ruang BK setelah pulang sekolah. Dengan terpaksa aku harus membersihkan ruang BK sendirian karena Eni ada les Fisika setelah pulang sekolah. Ruang BK memang tidak begitu luas, tapi karena jarang di bersihkan butuh usaha ekstra untuk membersihkannya. Setelah selesai membersihkan semuanya aku bergegas untuk segera pulang karena hujan sudah lumayan reda hanya tinggal gerimis kecil.
     Suasana sekolah setelah pulang sekolah begitu sepi dan sedikit mencekam, sehingga aku menuju ke luar gerbang sekolah dengan berlari. Di gerbang sekolah terlihat ada seseorang yang sedang duduk di atas motor. Setelah aku perhatikan ternyata cowok itu Andre. Mungkin dia sedang menunggu seseorang. Aku menjawab pertanyaanku sendiri.
     "Ngapain masih disini Ndre?"  Aku memberanikan diri untuk menghampirinya dan bertanya.
     "Ya, Nungguin Kamu lah. Aku udah satu jam lebih nungguin kamu disini,” ujar Andre.
     "Emangnya ada perlu apa sama aku?." Tanyaku kaget sekaligus penasaran.

    "Kita kan ada tugas Bahasa Indonesia yang dikumpulkan seminggu lagi. Jadi kita mesti cari materinya mulai dari sekarang. Mau tidak? Kalau tidak mau aku bisa cari sendiri." Jelasnya dengan nada ketus.
     "Oh ya, Aku lupa. Tapi cepet banget sih mau cari materinya sekarang. Lagian Bu Tini juga baru ngasih tugasnya tadi pagi. Gimana Kalau besok saja? Hari ini kan akan hujan." Jawabku mencari alasan untuk menolak ajakannya.
     "Ya sudah kalau tidak mau, aku bisa cari materinya sendiri," kata Andre yang terlihat sekali kalau dia kesal denganku.
     "Ya sudah deh, aku ikut. Tapi hujan nih." Aku terpaksa menyetujui ajakannya.

     "Terus?" Jawabnya cuek.

     "Ya masak mau ujan-ujanan sih?" Aku mulai kesal dengan sifat cueknya.

     "Ini pake jaket aku biar kamu gak kehujanan." Katanya sambil memberikan jaketnya kapadaku.

     "Terus kamu gimana?" Tanyaku merasa tidak enak.

     "Ach, tidak usah dipikirin" Dia pun menyalakan motornya dan aku pun segera naik. Ternyata dia baik juga. Batinku dalam hati sambil tersenyum sendiri. Hujanpun semakin deras, Andre memutuskan untuk berteduh di sebuah rumah makan. Kebetulan sekali karena perutku sudah begitu keroncongan. Rumah makan itu begitu unik karena di kelilingi oleh hamparan sawah. Suasananya pun begitu nyaman dan tidak terlalu ramai. Heran kenapa Andre bisa menemukan tempat sebagus ini. Kami duduk di lesehan karena dari situ bisa melihat pemandangan yang begitu indah.
     “Kamu pasti belum makan siang kan?" Tanya Andre. Aku heran kenapa dia bisa tahu. Apa dia mendengar perutku keroncongan.
    “Kita makan dulu sekalian nunggu hujannya reda, habis itu baru kita cari materi buatnya" Jelasnya panjang lebar.
     Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan darinya itu. Kemudian dia mulai memesanmakanan dan aku pun idak mau ketinggalan. Tidak berapa lama setelah kami memesan, akhirnya pesanan itu datang. Aku langsung menyantap nasi dan ayam goreng yang tadi aku pesan itu dengan lahap. Tanpa aku sadari Andre melirik ke arahku dan tersenyum sendiri. Aku tidak pernah membayangkan akanmakan berdua bersama dia. Meskipun kita satu kelas tapi kita berdua tidak pernah bicara ataupun menyapa satu sama lain. Aku yang cenderung cerewet dan dia yang hanya berbicara jika itu perlu. Meskipun aku tidak pernah berbicara dengannya diam-diam aku selalu memperhatikannya. Ketika dia menuliskan rumus-rumus di papan tulis untuk setiap jawaban dari pertanyaan Pak Yanto atau ketika dia sedang mengajari seorang teman yang paham dengan pelajaran terentu. Pantas jika dia selalu mendapatkan juara kelas.
    "Makannya biasa aja bisa tidak sih. Tidak usah buru-buru gitu." Dia menegurku. Aku begitu kaget sehingga aku pun tersedak dan batuk-batuk. Dia pun segera menyodorkan air minum kepadaku.
     "Makanya kalau di bilangin itu jangan ngeyel." Dia menertawakanku. Aku begitu malu untuk menatapnya.
     "Siapa suruh kamu ngagetin aku. Aku kan lagi konsentrasi makan." Kataku kesal.
     "Habis ini kita kemana?" Tanyaku setelah selesai makan. Tampaknya hujan juga sudah mulai reda.
Andre hanya diam. Aku hampir kesal karena merasa di cuekin lagi olehnya
     "Coba kamu lihat kearah kanan kamu!" Dia menyuruhku dan aku pun menoleh dan mencari-cari apa yang di maksudkan Andre itu. Sampai aku melihat pemandangan yang luar biasa yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah pelangi melingkar di padang sawah, menambah keindahan ciptaan sang kuasa itu.
    "Ndre bagus banget" Ku ungkapkan kekagumanku tapi Indre lagi-lagi malah sibuk mengambil sesuatu dalam tasnya. Aku pun tak menghiraukannya dan kembali melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Ketika aku menoleh ke arah Andre ternyata dia sudah siap mengambil foto dengan kameranya. "Sejak kapan anak itu suka sama fotograf?" Tanyaku pada diri sendiri.
    "Cepetan berdiri!" Suruhnya kepadaku.
Akupun berdiri kemudian dan dengan cepat dia mengambil fotoku. Aku di suruh bergaya semauku dan aku pun mengikutinya. Gak nyangka ternyata ada sisi lain yang aku tidak tau tentangnya. Sisi lain yang begitu menyenangkan dan nyaman. Hal itu membuatku semakin kagum dan menyukainya.
     "Selalu ada sesuatu yang indah di balik hujan. Makanya jangan jadikan hujan sebagai pertanda buruk atau kesialan." kata Andre.
Aku kaget kenapaAndre bisa tahu. Tapi, perkataannya menyadarkanku. Setelah melihat semua keindahan hari ini mungkin aku akan mulai menyukai hujan dan akan selalu menantikannya agar aku bisa melihat kembali pelangi setelah hujan reda.
     "Kenapa kamu bisa tahu kalau aku benci hujan?" Tanyaku penasaran. Dia hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. Terasa getaran-getaran halus dalam hatiku melihat senyumannya. Kami pun melanjutkan perjalanan ke perpustakan kota untuk mencari materi untuk tugas. Dari semua kejadian yang aku alami, aku mendapat ide membuat materi yang bertema Hujan dan ternyata Andre tidak keberatan dengan usulku.

Utari Usmawati

0 komentar:

Posting Komentar

 

http://cerita-cerita-di.blogspot.com Copyright © 2012-2013 | Powered by Blogger